𝗣𝗘𝗠𝗕𝗜𝗖𝗔𝗥𝗔𝗔𝗡 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗨𝗡𝗝𝗨𝗞𝗞𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗧𝗨𝗡𝗗𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗨𝗥𝗞𝗜 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗘𝗡𝗧𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗗𝗜 𝗔𝗭𝗘𝗥𝗕𝗔𝗜𝗝𝗔𝗡

𝗣𝗘𝗠𝗕𝗜𝗖𝗔𝗥𝗔𝗔𝗡 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗨𝗡𝗝𝗨𝗞𝗞𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗧𝗨𝗡𝗗𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗨𝗥𝗞𝗜 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗘𝗡𝗧𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗗𝗜 𝗔𝗭𝗘𝗥𝗕𝗔𝗜𝗝

𝗣𝗘𝗠𝗕𝗜𝗖𝗔𝗥𝗔𝗔𝗡 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗨𝗡𝗝𝗨𝗞𝗞𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗧𝗨𝗡𝗗𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗨𝗥𝗞𝗜 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗘𝗡𝗧𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗗𝗜 𝗔𝗭𝗘𝗥𝗕𝗔𝗜𝗝𝗔𝗡

Berita:

Pertemuan teknis pertama antara Turki dan entitas Yahudi diselenggarakan pekan lalu di Azerbaijan untuk membahas mekanisme bersama guna menghindari konflik antar kedua negara. Mekanisme ini bertujuan mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan di Suriah. Pembicaraan ini merupakan awal dari upaya membentuk saluran komunikasi guna menghindari bentrokan atau kesalahpahaman dalam operasi militer masing-masing negara di wilayah tersebut.

Kantor Perdana Menteri entitas Yahudi, Netanyahu, menegaskan bahwa sebuah delegasi yang dipimpin oleh penasihat keamanan nasional mereka, Tzachi Hanegbi, telah bertemu dengan pejabat Turki di Azerbaijan. Kantor tersebut menjelaskan: “Kami sepakat dengan Turki untuk melanjutkan dialog demi menjaga stabilitas keamanan.” Seorang pejabat dari entitas tersebut mengatakan kepada situs berita AS Axios: “Akan dibangun sistem koordinasi antara kedua negara, mirip dengan sistem yang sebelumnya diterapkan dengan Rusia saat berada di wilayah Suriah.” Menteri Luar Negeri Turki pun menyatakan bahwa negaranya mengadakan pembicaraan teknis dengan entitas tersebut guna meredakan ketegangan di wilayah Suriah bila diperlukan.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memuji Presiden Turki dan mengatakan bahwa “hubungannya sangat baik dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.” Ia menambahkan: “Saya memiliki hubungan yang luar biasa dengan seorang pria bernama Erdoğan,” dan melanjutkan: “Dia adalah pria yang keras dan sangat cerdas.”

Komentar:

Pembicaraan antara Turki dan entitas Yahudi ini muncul setelah ketegangan antara kedua belah pihak akibat serangan jet tempur entitas Yahudi yang menghancurkan total Bandara T4 dan Bandara Hama di tengah Suriah. Penghancuran ini terjadi setelah upaya Turki membangun pangkalan militer di kedua lokasi tersebut.

Terlihat jelas bahwa pernyataan Trump di atas bertujuan untuk menenangkan situasi dan meredam ketegangan guna menjaga kendali atas hubungan antara kedua negara. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bentrokan langsung antara mereka di Suriah serta menghindari konflik di masa depan antara pasukan keduanya di wilayah tersebut.

Dan tidak akan terjadi pembicaraan teknis antara kedua negara tersebut jika bukan karena intervensi cepat dari Amerika yang memaksa kedua pihak untuk memulai negosiasi di Azerbaijan sebagai bentuk kepatuhan terhadap permintaan Amerika.

Negosiasi antara kedua negara ini berlangsung di bawah pengawasan penuh Amerika, dan didasarkan pada pembagian pengaruh serta pembagian wilayah udara Suriah di antara keduanya, khususnya setelah sebagian besar pasukan Rusia mundur dari Suriah.

Entitas Yahudi berusaha melalui negosiasi ini untuk menegaskan dominasinya secara mutlak di wilayah selatan Suriah, sementara Turki berusaha memperluas pengaruhnya ke wilayah utara dan tengah Suriah. Ketika terjadi perbedaan antara keduanya, Amerika bertindak sebagai penengah dan pengambil keputusan akhir.

Dengan demikian, Turki telah menerima sejak awal pembicaraan ini untuk menjadi sekadar pemain regional kecil yang menyetujui keberadaan entitas Yahudi di “wilayahnya” di Suriah, dan rela menerima Amerika memainkan peran sebagai komandan tertinggi atas Suriah dan kawasan.

Seandainya Turki menjalankan kebijakan politiknya berdasarkan pandangan politik Islam, maka ia tidak akan pernah menerima dikte Amerika itu, dan tidak akan menyetujui penetapan dominasi entitas Yahudi di dalam wilayah Suriah.

Adapun penyebab kehinaan dan kerendahan yang tampak jelas pada para pemimpin Turki tidak lain adalah karena keterikatan para penguasanya dengan NATO, serta keterlibatan negara Turki dalam kebijakan premanisme Amerika.

Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir

Ahmad Al-Khatwani