Namrud dan Fir'aun mewarisi sifat iblis, merasa lebih mulia dari manusia, merasa diri sebagai Rab semesta alam, dan takut singgasananya terancam. Cara mengantisipasi ancaman singgasana kekuasaan juga sama, yakni membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Oleh: Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Namrud dan Fir'aun mewarisi sifat iblis, merasa lebih mulia dari manusia, merasa diri sebagai Rab semesta alam, dan takut singgasananya terancam. Cara mengantisipasi ancaman singgasana kekuasaan juga sama, yakni membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Namrud luput membunuh bayi Ibrahim, karena sang Ayah Azar menyelamatkan bayi Ibrahim, dengan mengungsikan sang Istri agar selamat dalam persalinan dan selamat dari intaian prajurit Namrud. Hingga akhirnya, bayi Ibrahim menjadi Nabi, dan Nabi Ibrahim AS lah yang menggulingkan kekuasaan dan kejumawaan Namruz yang mengklaim diri sebagai Rab semesta alam, dan menghinakannya melalui perantaraan nyamuk.
Bayi Musa luput dari eksekusi titah Fir'aun, bahkan atas kehendak Allah SWT bayi Musa berada dalam buaian istri Fir'aun. Hingga akhirnya, bayi Musa menjadi Nabi.
Begitulah, Nabi Musa AS juga akhirnya menenggelamkan kesombongan Fir'aun, dengan perantaraan kekuasaan Allah SWT. Namrud dan Fir'aun, tak dapat mencegah kelahiran bayi yang mengguncang kekuasaan mereka, dan akhirnya menjatuhkannya.
Hari ini, sosok Namrud dan Fir'aun pewaris watak iblis, telah muncul dalam wujud yang lain. Mereka, adalah orang yang mengklaim sebagai tuhan dengan merampas hak Allah SWT dalam membuat hukum, dengan berhukum pada hawa nafsu yang kemudian dipopulerkan dengan istilah hukum kedaulatan rakyat.
Mereka, telah menjadikan halal haram, terpuji dan tercela, berdasarkan hawa nafsu. Mereka, tak menghendaki hukum Allah SWT mengatur umat manusia.
Tersiar luas, kabar akan kembalinya Khilafah. Sistem pemerintahan Islam yang mengembalikan kedaulatan Allah SWT, untuk menetapkan hukum, mengatur manusia, memerintah dan melarang manusia, berdasarkan hukum Al Qur'an dan as Sunnah.
Para keturunan Namruz dan Fir'aun era Now, berusaha keras mengaborsi kelahiran bayi Khilafah, dengan mengumumkan kepada seluruh manusia, bahwa Khilafah adalah ancaman bagi peradaban. Para penguasa demokrasi, para ulama Syu' yang melanjutkan peran tukang sihir Fir'aun, terus menebarkan jampi-jampi bahaya Khilafah.
Para penguasa demokrasi berkolaborasi dengan ulama jahat, tukang sihir Fir'aun era Now, berusaha keras menebar fitnah pada Khilafah dan para pengembannya. Keduanya, ketakutan pada Khilafah karena khawatir atas singgasana dan pengikutnya.
Ulama jahat, khawatir kehilangan kepemimpinan spiritual mereka terhadap Umat. Penguasa demokrasi, khawatir kehilangan kepemimpinan politik dari umat.
Sebab, Khilafah adalah institusi kepemimpinan spiritual dan politik sekaligus, yang akan menyatukan kaum muslimin. Penguasa rezim demokrasi khawatir kehilangan kekuasaan dan kendalinya atas Kekuasaan politik. Sementara, ulama jahat itu khawatir kehilangan jamaah, kehilangan pengikut, karena manusia lebih ridlo mengikuti dan mendukung pengemban dakwah Khilafah.
Namun pada waktunya, para penguasa zalim, penguasa demokrasi akan tumbang oleh kezaliman mereka sendiri. Sementara Ulama jahat, akan ditinggalkan Umat, kecuali mereka bertaubat, sebagaimana pertaubatan tukang sihir Fir'aun, yang beriman pada Tuhannya Musa dan Harun.
Begitulah, kehidupan hanya merupakan pengulangan sejarah. Dan Kembalinya Khilafah, pengulangan kesuksesan Khilafah memimpin dunia, akan segera kembali, sebagaimana telah Allah SWT janjikan, dan sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW. [].
COMMENTS