HADHARAH DAN MADANIYAH
Oleh : Noversa Dini Prstiwi, S.E.
Hadharah secara sederhana dapat diartikan sebagai peradaban sedangkan Madaniyah adalah produk/materi peradaban. Pengetian secara sederhana lainnya dari Hadharah menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya yang berjudul “Peraturan Hidup dalam Islam” adalah sekumpulan mafahim (ide yang dianut dan mempunyai fakta) tentang kehidupan. Mafahim adalah makna-makna pemikiran yang faktanya dipersepsikan di dalam benak. Dengan kata lain Mafahim bisa diartikan sebagai cara pandang/persepsi seseorang terhadap suatu fakta yang terindera. Mafahim ini akan mempengaruhi perilaku. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Hadharah adalah seluruh persepsi yang ada pada diri manusia tentang hidup dan kehidupan. Hadharah ini bersifat khas/khusus, terkait dengan pandangan hidup. Di dunia ini terdapat 3 macam hadharah (ideologi) yaitu Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme - Komunisme.
Adapun pengertian Madaniyah, dalam kitab Peraturan Hidup dalam Islam karangan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, adalah bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Ringkasnya, yang mencakup madaniyah adalah semua benda yang dapat dilihat, disentuh, digunakan, keberadaannya menempati ruang dan massa. Bentuk fisiknya dapat beragam seperti barang-barang, peralatan atau perkakas, hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Madaniyah dapat bersifat khas yang dihasilkan dari suatu hadharah (milik umat tertentu), dan dapat pula bersifat umum untuk seluruh umat manusia.
Simbol juga merupakan madaniyah dan termasuk dalam madaniyah khas, contohnya jilbab, sajadah, mukena, masjid yang merupakan simbol agama Islam. Kalung salib, gereja, dan patung Yesus adalah contoh simbol agama Kristen. Contoh lain dari madaniyah khas yaitu topi ulang tahun. Topi ulang tahun ini erat kaitannya dengan kepercayaan tertentu. Ia memiliki sejarah tersendiri. Topi kerucut alias sanbenito ternyata merupakan perlambang dari kaum muslimin Andalusia yang terpaksa murtad dari ajaran Islam. Bagi mereka yang memilih murtad, dipakaikanlah topi kerucut alias sanbenito sehingga terbebas dari penyiksaan fisik. Adapun madaniyah yang di dalamnya tidak menggambarkan hadharah, dan bersifat universal sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu seperti alat-alat laboratorium, perabotan rumah tangga, mesin industri, komputer, media sosial seperti facebook, instagram, whatsApp, dan sebagainya. Produk-produk di atas bukanlah produk hadharah serta tidak ada hubungannya dengan hadharah sehingga hukumnya mubah untuk digunakan.
Setelah memahami perbedaan pengertian Hadharah dan Madaniyah dari penjelasan diatas, Kita sebagai umat muslim wajib berhati-hati dalam menentukan pilihan, kita hanya diperbolehkan mengambil hadharah Islam. Jika kaum muslimin mengadopsi hadharah selain Islam, berarti ia telah melakukan tasyabbuh bil kuffar.Tasyabbuh bil kuffar yaitu menyerupai orang-orang kafir. Meyerupai tidak hanya dengan mengikuti tingkah laku, penampilan, pakaian, kebiasaan, atau adat istiadat mereka. Lebih dari itu, mengikuti keyakinan (akidah) mereka juga termasuk kategori tasyabbuh bil kuffar. Sebab, keyakinan merupakan wilayah akidah yang tidak bisa diganggu gugat. Sebagai seorang muslim yang berakidah Islam, keimanan mestilah mensyaratkan adanya keyakinan yang bulat dan utuh kepada Allah SWT.
Diantara dalil mengenai keharaman menyerupai orang kafir yaitu hadist yang diriwatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata : “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud). Juga, hadist yang diriwayatkan dari Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat hingga mereka menyembah Allah Ta’ala semata dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatupun, dan telah dijadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku, dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa yang menyelisihi perkaraku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Ahmad).
Selain itu larang untuk mengambil hadharah yang bukan berasal dari Islam, karena tentu bertentangan dengan asas dan pandangan-pandangan Islam tentang kehidupan dan standar kebahagiaan dalam Islam.Hadharah Islam berdiri atas asas dasar iman kepada Allah SWT, dan bahwasanya Dia telah menciptakan aturan bagi alam semesta, manusia, dan hidup yang harus dipatuhi. Hadharah Islam berdiri diatas akidah Islam yaitu beriman kepada Alloh, para Malaikat-Nya, para Rosul-Nya, Kitab Suci-Nya, Hari Kiamat, serta Qodlo dan Qodar baik dan buruk dari Alloh SWT. Dengan demikian Hadharah Islam berdasarkan asas yang memperhatikan ruh, yaitu hubungan manusia dengan Pencipta. Sedangkan Kebahagiaan hidup menurut Islam adalah mendapatkan ridla Alloh SWT bukan kepuasan jasmani dan naluri manusia. Pemuasan kebutuhan jasmani maupun naluri merupakan sarana mutlak untuk kelangsungan hidup manusia tetapi tidak menjamin adanya kebahagiaan.
Bertolak belakang dengan Hadharah Islam, Hadharah Barat dibangun berdasarkan pemisahan agama dari kehidupan dan pengingkaran terhadap peran agama dalam kehidupan. Hal ini mengakibatkan munculnya paham sekuler, yaitu pemisahan agama dari kehidupan (urusan negara). Berdasarkan landasan inilah mereka tegakkan sendi-sendi kehidupan beserta peraturan-peraturannya. Kehidupan menurut mereka hanya untuk meraih manfaat/maslahat. Manfaat menjadi ukuran bagi setiap perbuatan mereka. Manfaat merupakan dasar tegaknya system dan hadharah Barat. Dari sinilah manfaat menjadi paham yang menonjol dalam system dan hadharah ini. Menurut mereka, kehidupan ini semata-mata hanya digambarkan dalam kerangka manfaat.
Sedangkan kebahagiaan mereka artikan sebagai usaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin kenikmatan jasmani, serta tersedianya seluruh sarana kenikmatan tersebut. Dengan demikian hadharah Barat adalah hadharah yang dibangun berdasarkan maslahat saja. Tidak ada nilai lain selain manfaat. Mereka tidak mengakui apapun selain manfaat. Mereka jadikan manfaat sebagai ukuran bagi setiap perbuatan.
Jika umat Islam dapat memahami Hadharah dan Madaniyah dengan baik tentu tidak akan terjadi persoalan kebingungan umat seperti saat ini. Mereka tahu mana yang boleh diambil dan mana yang tidak, mana yang merupakan hadharah asing dan produknya dan mana madaniyah yang bersifat umum. Kebingungan ini muncul setelah umat mengalami kemunduran berpikir. Oleh karena itu, kita harus mengembalikan cara berpikir umat kepada pemikiran Islam, agar mereka tidak terus menerus terjebak dalam kebodohan dan kebingungan.
Selain itu, semakin terasa pula bahwa ketiadaan Daulah Islam membuat umat seperti anak yang kehilangan induknya. Tidak ada yang menjaga aqidah dan memberikan perlindungan ketika umat sedang kehilangan arah. Bahkan mereka malah ikut terombang-ambing dalam kesesatan yang diciptakan oleh penguasa ideologi yang sedang berkuasa saat ini dan berakhir pada penderitaan yang bertambah-tambah.
Maka, mengembalikan kekuasaan Islam menjadi salah satu tugas besar kita. Hanya dengan perjuangan dakwah di tengah-tengah umat-lah semua akan terwujud. Wallahu’alam bi ash-shawab.
COMMENTS