Derita Guru Imbas Kapitalisme

Derita Guru Imbas Kapitalisme

Derita Guru Imbas Kapitalisme

Oleh: Heriani (Pena Ideologis Maros)

Guru adalah suatu profesi mulia yang sangat penting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Namun sungguh miris, fakta saat ini menunjukkan bahwa profesi guru tidak begitu dihargai dan terabaikan statusnya sampai hari ini. Pasalnya guru yang berstatus PPPK saja belum terjamin kesejahteraannya, apalagi guru yang masih pada tingkatan honorer, tentunya ini lebih menonjolkan jeritan hati para guru yang mengarah pada kesengsaraan meningkat.

Dikutip dari beritasatu.com. “Guru honorer memiliki peran penting, tetapi kesejahteraan mereka kurang diperhatikan. Maka, sudah seharusnya pemerintah menaikkan gaji mereka.” Kata Lalu Hadrian Irfani, Wakil Ketua Komisi X DPR, di Jakarta, Senin (22/9/2025).

Di samping itu, Lalu Hadrian Irfani juga menegaskan dirinya akan terus memperjuangkan nasib guru honorer di parlemen. Ia berharap mulai tahun 2026 mendatang tidak ada lagi guru honorer yang menerima gaji hanya Rp.300.000 per bulan. “Sudah sepatutnya kesejahteraan mereka ditingkatkan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan pengabdian,” ujarnya.

Fakta ini jelas-jelas menggambarkan bahwa nasib guru memang sangatlah patut untuk diperjuangkan jaminan kesejahteraannya. Sebab demikian, berkat dari didikan dan ajaran seorang guru, masa depan bangsa bisa tercerahkah. Namun ironisnya negara seakan acuh dengan profesi guru sampai melupakan gelar yang disematkan “pahlawan bangsa” sebagaimana mestinya.

Dari sini perlu diketahui bahwa, kesenjangan dalam menyejahterakan guru memanglah suatu hal yang biasa bahkan terbilang wajar dalam negeri ini. Karena kenyataannya negara yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah, namun dengan justru tidak memiliki anggaran cukup untuk menggaji guru secara layak. Miris memang, namun itulah kenyataannya yang terjadi.

Imbas Kapitalisme

Siapapun mestinya menyadari bahwa hal yang membuat kehidupan jatuh pada ambang kemiskinan yang mencekik, pelayanan negara tidak memadai bahkan gaji guru tidak diberikan secara layak. Hal ini merupakan imbas dari negara ini sendiri yang memakai sistem kapitalisme.

Sistem kapitalisme inilah akar dari segala permasalahan serta menjadi sumber segala kerusakan yang terjadi dalam kehidupan. Dilihat dari bentuk penerapan sistem ekonomi kapitalisme dalam mengelola sumber daya alam (SDA), bukanlah negara yang mengelolanya, melainkan SDA diserahkan oleh pihak swasta/asing atas nama investasi. Maka tidak heran bila rakyat sampai hari ini, masih berada pada titik kemiskinan melarat meskipun memiliki kekayaan SDA yang melimpah.

Selain itu, sisi gelap dari negara sistem kapitalisme menetapkan pemasukan negara hanya bergantung pada pajak dan utang luar negeri. Hal ini, alih-alih memudahkan kehidupan masyarakat, tetapi justru malah menambah beban dan tekanan besar untuk rakyat. Karena itu, memperjuangkan kesejahteraan hakiki untuk rakyat, termasuk jaminan untuk para guru dalam sistem kapitalisme, sungguh hanyalah sia-sia belaka tanpa ada hasil yang memuaskan.

Inilah fakta permasalahan nyata yang tidak lain merupakan imbas dari sistem kapitalisme, maka dengan hal ini, sudah mestinya cukup untuk membuat masyarakat sadar bahwa sistem kapitalisme memang sistem yang rusak dan sudah saatnya untuk ditinggalkan, lalu kemudian beralih kepada sistem Islam yang sudah terbukti selama kurang lebih 13 abad lamanya mampu membawa kesejahteraan hakiki dalam kehidupan.

Kesejahteraan Hakiki

Islam bukan hanya agama yang menyangkut tentang rana spiritual saja, namun kesempurnaan Islam juga meliputi tentang aturan dalam bernegara. Sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang menentramkan, karena sistem mulia ini langsung berasal dari Sang Khalik (Allah SWT), sebagai pencipta seluruh alam semesta dan seisinya.

Beralih pada konsep kesejahteraan hakiki dalam sistem Islam, yaitu tentu jauh berbeda dengan konsep sistem kapitalisme yang serakah. Bentuk dari penerapan sistem ekonomi Islam dalam mengelola SDA bukan diserahkan pada pihak swasta/asing, tetapi justru diambil alih langsung oleh negara sendiri, kemudian hasilnya diperuntukkan untuk kemaslahatan masyarakat.

Adapun mekanisme keuangan negara dalam sistem Islam bersumber pada kas baitul mal yang hasil pendapatannya berasal dari pos kepemilikan yakni (kepemilikan negara dan kepemilikan umum). Maka utang dan pajak bukanlah metode yang ditempuh negara dalam menetapkan pemasukan negara seperti yang dijalankan pada sistem kapitalisme.

Dengan demikian kesejahteraan akan terwujud secara hakiki dalam bidang apapun termasuk profesi seorang guru. Dalam sistem Islam di bawa naungan Khilafah, tentunya tidak akan didapatkan lagi guru yang merasakan kekurangan terkait minimnya upah yang diberikan. Karena semua guru akan disetarakan dalam pandangan Islam, jadi bukan ditentukan dengan status PPPK ataupun honorer.

Jaminan kenyamanan yang di berikan dalam sistem Islam juga mengarah pada pendidikan, kesehatan dan keamanan yang diberikan secara gratis dengan kualitas terbaik. Demikianlah indahnya kesejahteraan hakiki yang sesungguhnya dalam sistem Islam. Tetapi hal ini hanya akan bisa dirasakan ketika Khilafah Islamiyyah kembali tegak di muka bumi.

Wallahu’alam Bisshawab.