kisah hidup tiga orang kakak beradik. Komang (16) Ketut (13) dan Dika (7). Mereka menjalani hidup seadanya
By : Ummu Fillah
Alkisah di sudut negeri antah-berantah, hiduplah tiga orang kakak beradik. Komang (16) Ketut (13) dan Dika (7). Mereka menjalani hidup seadanya setelah sang ayah meninggal dunia 2 tahun yang lalu, kemudian ibunya pun menyusul kepergian sang ayah 9 bulan yang lalu.
Ketiganya harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Namun malang nian, tak jauh dari kehidupannya. Kakak yang menjadi tulang punggung keluarga sakit epilepsi. Dan selang berapa lama sang kakak pun menyusul kepergian kedua orang tuanya.
Tinggalkan dua orang adik yang masih kecil. Peran selanjutnya adik yang nomer 2 menjadi tulang punggung menggantikan sang kakak.
Ketut dan Dika terpaksa harus meminta-minta untuk bisa menyambung hidupnya. Karena di kampung tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup adiknya. Kian hari tubuh mereka semakin kurus akibat kekurangan gizi. Setiap hari makan nasi dan sambal bawang. Terkadang nasi putih saja. Tak pernah mencicipi semangkok sayur, sepotong daging, seiris buah dan segelas susu. Terkadang mereka makan dari pemberian tetangga yang berbelas kasih.
Problematika kemiskinan yang tak kunjung usai memberi kontribusi besar atas tingginya anak gizi buruk.
Sementara penguasa dengan sistem kapitalis semakin memperlebar kesenjangan sosial di tengah masyarakat.
Gizi buruk hanya salah satu dampak penerapan sistem kapitalis yang menyisakan PR bagi penguasa.
Apakah kita akan tetap bertahan di sistem yang menyengsarakan ini.?
Negeri yang konon kaya raya dengan tambang emasnya, gemah ripah loh jinawi, tanah subur bak surgawi. Sumur minyak bumi yang melimpah ruah. Tak memberikan kehidupan yang layak bagi anak bangsa.
Ibarat anak ayam mati dilumbung padi, betapa miris hidup yang dijalani. Jauh panggang dari api.
Islam solusi yang hakiki. Hingga tak ada lagi kelaparan menimpa anak negeri.
Allahu a'lam bish showab.
COMMENTS