produksi GeNose C19
Oleh: Apriliana Putri L. (Mahasiswi, Komunitas Annisaa Ganesha)
Menghadapi pandemi Covid-19 yang sudah terjadi hampir satu tahun di Indonesia, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan alat pendeteksi Covid-19 GeNose C19 (Gajah Mada Electric Nose Covid-19) digunakan secara massal. Luhut memastikan bahwa tarif yang akan dipatok untuk alat ini hanya berkisar dua puluh ribu rupiah (Kompas.com).
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pendeteksian menggunakan GeNose akan dimulai di stasiun-stasiun kereta pada 5 Februari 2021 (Merdeka.com). Namun menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, produksi GeNose secara massal masih terkendala kapasitas (Merdeka.com).
GeNose C19 menjadi harapan agar tracing dan tracking Covid-19 di Indonesia lebih menyeluruh. Masyarakat berharap pemerintah bisa memberikan fasilitas tersebut secara gratis, dan mendistribusikannya secara merata sampai ke pelosok negeri. Sayangnya, pemerintah hanya bisa menjanjikan harga tes yang lebih murah dan malah kekurangan supply dengan alasan kendala produksi.
Dalam sistem sekuler, tidak bisa dipungkiri akan selalu ada kepentingan ekonomi yang melatarbelakangi kebijakan pemerintah. Padahal dalam situasi pandemi saat ini, peran negara sangat dibutuhkan untuk mengurus kebutuhan pokok masyarakat khususnya perihal tracing dan tracking virus, vaksin, obat-obatan, serta kebutuhan akan sarana dan prasarana kesehatan lainnya.
Dalam Islam, menjadi kewajiban negara untuk mengutamakan keselamatan masyarakatnya. Penjagaan akan nyawa menjadi hal yang sangat diperhatikan, seluruh sarana dan prasarana kesehatan tersedia untuk memenuhi kebutuhan umat tanpa ada kepentingan lain di baliknya, terlebih pada situasi pandemi seperti sekarang ini.
Pemimpin adalah Raa’in yang tidak boleh meremehkan pengurusan rakyat demi mementingkan aspek ekonomi semata. Perlindungan dan pemeliharaan akan nyawa dilakukan dengan serius tanpa ada kepentingan ekonomi pada saat bertransaksi dengan rakyat.
COMMENTS