Amirul mukminin Umar Bin Khattab
Penulis : Mustaqimatin
Sosok Khalifah Umar bin Khattab memang tak lekang oleh waktu. Meski sudah belasan abad, kisah perjalanan hidup beliau kerap diangkat sebagai bentuk pengakuan sebuah kepemimpinan yang luar biasa. Mengingat kisah beliau, menjadi harapan akan hadirnya sosok “Umar-Umar” baru di jaman now, ditengah pesimisnya rakyat akan pemimpin yang peduli dan berpihak kepada rakyat.
Saat ini, khususnya masa pandemik, umat sangat menanti sosok pemimpin yang mampu menangani wabah dengan kebijakan yang tegas, jelas untuk menyelamatkan rakyat. Lagi lagi, kepemimpinan Khalifah Umar saat menyelesaikan wabah atau krisis pun ada kisahnya yang sangat patut diteladani para pemimpin.
Sayangnya, hari ini sosok Khalifah Umar ada yang menghadirkan kembali untuk kepentingan politik praktis atau “politisasi” untuk memikat hati umat, dengan menyamakan aktivitas bagi bagi sembako atau blusukan seperti aktivitas Khalifah Umar yang memanggul gandum dan berkeliling di masyarakat pada masanya. Tentu saja belum bisa disebut mirip beliau, selain beda niat dan tujuan saat melakukannya, gambaran kepemimpinan Umar tidak hanya dilihat dari aktivitas itu saja, banyak inspirasi dan pelajaran dari kepemimpinan Khalifah Umar yang dicintai dan ditaati rakyat. Perlu melihat gambaran kepemimpinan Khalifah Umar secara utuh dan berusaha mewujudkannya.
Khalifah Umar Bin khattab adalah khalifah kedua setelah Abu bakar ash Shiddiq. Sebagaimana Abu Bakar ash siddiq, Umar meneruskan kepemimpinan Rasulullan Saw, mengatur negara dan rakyat dengan menerapkan Syariah Kaffah. Beliau menjabat khilafah pada 13-23 H. Selama kepemimpinannya, banyak kisah yang menggambarkan kepedulian, perhatian dan tanggung jawab terhadap rakyat, terutama pemenuhan kebutuhan asasi rakyat, keamanan dan ketertiban.
Seperti kisah Khalifah Umar memanggul gandum untuk diberikan kepada keluarga yang tidak mempunyai bahan pokok untuk makan, menolong seorang perempuan yang hendak melahirkan, dsb. Kepedulian terhadap rakyat juga tampak dari perkataan beliau. Kali lain, Umar bin Khathab pernah berkata, ''Kalau negara makmur, biar saya yang terakhir menikmatinya, tapi kalau negara dalam kesulitan biar saya yang pertama kali merasakannya.''
Teladan lain pada kepemimpinan Khalifah Umar adalah kesederhanaan. Di saat penguasa lain tinggal di istana dengan singgasana dan kehidupan yang mewah, Umar r.a hidup di rumah sederhana di antara gang-gang kecil dengan pakaian sederhana.
Khalifah Umar sangat hati-hati dalam menggunakan fasilitas atau harta negara. Beliau mematikan lampu minyak di ruangan kantornya, ketika anaknya mengunjunginya di malam hari untuk membicarakan masalah keluarga. Umar sungguh khawatir dia menghabiskan minyak lampu yang berasal dari uang rakyat ketika sedang membicarakan masalah pribadi bersama anaknya. Pun saat melihat unta milik anaknya yang digembalakan di padang rumput milik umum tampak lebih gemuk dari unta milik orang lain. Umar meminta anaknya untuk menjualnya dan mengambil harga ukuran unta yang wajar, harga selebihnya diberikan kepada Baitul maal (kas negara).
Kepemimpinan Khalifah umar juga tidak anti kritik, meski Umar dikenal dengan sosok yang tegas. Disebutkan beliau menerima kritikan seorang wanita yang disampaikan di depan umum ketika beliau menetapkan batasan mahar bagi kaum wanita. Beliau berkata, “Wanita ini benar dan Umar salah,” setelah mendengarkan argumentasi kuat Muslimah tadi membacakan surat An-nisa’ ayat 20 untuk mengkritik kebijakan Umar.
Sebagai seorang pemimpin, Khalifah Umar bin Khattab adalah pemimpin yang cerdas. Dengan kecerdasannya, beliau menelurkan konsep-konsep baru untuk keefektifan pengelolaan negara, pengurusan rakyat dan penjagaan agama. Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar membentuk delapan provinsi Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir, yang masing masing dipimpin seorang gubernur untuk membantu khalifah di daerah. Hal ini karena luasnya wilayah kekuasaan akibat intensifnya pembebasan negeri negeri. Khalifah Umar mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Pada kepemimpinannya, beliau menciptakan lembaga peradilan, membentuk dewan militer (tentara resmi), membentuk lembaga perkantoran, audit bagi para pejabat serta pegawai, dll. Pada bidang ekonomi, beliau membentuk kas negara (Baitul Maal), memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, mencetak mata uang dirham, menetapkan kharaj (pungutan atas tanah). Khalifah Umar juga membangun fasilitas umum seperti membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, perbaikan jalan umum, membangun Dar ad Daqiq untuk rakyat (gudang makanan berupa tepung, kurma, mentega, anggur), membangun kota, memberi penerangan Masjid Haram dan Nabawi, dll.
Terkait penerapan syariat dan agama, kebijakan beliau diantaranya menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, mempercepat proyek pembukuan Al Qur’an, dll.
Kepemimpinan Khalifah Umar r.a yang fenomenal bukan semata-mata faktor individu atau pribadinya. Adalah tuntunan wahyu Allah, ajaran Islam yang dibawa Muhaammad ﷺ menjadikan Umar bin Khattab memiliki kepribadian unggul termasuk saat menjadi pemimpin. Masuk Islamnya telah mengubah karakter Umar yang keras kasar menjadi keras tegas berpegang pada kebenaran, melawan kebatilan dan kedzaliman sekaligus lemah lembut terhadap yang lemah dan terdzolimi. Saat jahiliah Umar sangat memusuhi Nabi ﷺ dan ajarannya, setelah masuk Islam kerasnya Umar ditampakkan dengan pembelaannya yang begitu lantang terhadap Islam, menghadapi orang orang yang memusuhi Islam.
Karena Islam dan iman, Khalifah Umar bin Khattab merasa takut dengan amanah kepemimpinan. Hingga selalu menjaga dan hati-hati saat menjalankan kepemimpinannya. Tampak dari perkataan Umar menjawab tawaran Aslam yang hendak menggantikan memanggul gandum, “Aslam, jangan kau jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau bisa menggantikanku mengangkat karung gandum ini, tetapi apakah kau mau memikul beban di pundakku ini kelak di Hari Pembalasan?”. Meski sebagai salah satu sahabat yang telah dijamin Rasulullah SAW masuk surga, setiap malam sebelum tidur, beliau selalu menghisab dirinya atas apa yang sudah dilakukannya sepanjang hari. Umar berkata, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk akhirat (yaumul hisab)."
Dengan pemahaman Islam yang kuat, Khalifah Umar tegas menjaga hukum Allah tetap tegak dan diterapkan dan mendakwahkan ke seluruh penjuru dunia. Berbagai kebijakan pengaturan negara dan rakyat yang dikeluarkan Umar selalu disandarkan pada dalil syariat. Dakwah dan jihad pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu telah menghantarkan wilayah kekuasaan Islam meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Tampaklah, kepemimpinan Khalifah Umar R.a yang luar biasa tak bisa dilepaskan dari penerapan sistem pemerintahan Islam (Daulah Khilafah Islamiyyah) yang merupakan warisan Nabi ﷺ. Sistem pemerintahan Islam adalah sistem yang menerapkan syariat kaffah dalam berbagai bidang: politik dalam negeri, luar negeri, ekonomi, sosial, pendidikan, pertahanan. Sistem ini menjadikan fungsi penguasa adalah pengurus urusan rakyat Sebagaimana sabda Rasul ﷺ “Sesungguhnya seorang penguasa adalah pengurus (urusan rakyatnya) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." (HR Muslim dan Ahmad).
Begitulah kepemimpinan Umar bin Khattab yang berdasarkan keimanan dan semata mata menerapkan syariat Allah Swt. Kepemimpinan yang memastikan untuk mengurusi rakyat, baik kebutuhan dan kemashlahatan. Kepemimpinan yang membawa kemuliaan rakyat, umat dan negara. Kepemimpinan yang membawa terjaganya din, aqidah dan syariah. Sungguh kepemimpinan yang diharapkan umat saat ini.
Karenanya, saat umat merindukan sosok kepemimpinan Khalifah Umar, sejatinya merindukan tegaknya kembali khilafah Islamiyyah. Kepemimpinan Umar bin Khattab hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam, Khilafah Rasyidah berdasar manhaj kenabian. Allahu Akbar!
COMMENTS