Kelaparan Gaza: Urgensitas Jihad dan Khilafah

Oleh : Ummu Hanan

Gaza makin merana. Telah terjadi kondisi kelaparan yang luar biasa di wilayah Gaza Palestina akibat habisnya stok makanan. Hal ini diutarakan secara langsung oleh Program Pangan Dunia (WFP) melalui pengumuman seputar stok makanan mereka yang telah habis. Meskipun bantuan umum masih berdatangan untuk membantu rakyat Gaza, namun blokade yang dilakukan zionis Israel selama hampir delapan pekan telah menyebabkan ratusan ribu penduduk Gaza ditimpa kelangkaan bahan makanan. Dari sekitar 30-an dapur umum yang sebelumnya beroperasi terancam tutup akibatnya ketiadaan persediaan makanan. Adapun pihak Israel menganggap keputusan melakukan blokade adalah pilihan yang tepat guna menekan perlawanan dari kelompok Hamas dan selanjutnya bersedia membebaskan para tahananan mereka (kompas.tv). Program Pangan Dunia atau World Food Programme sendiri adalah bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa yang mengurusi masalah bantuan pangan dan gizi utamanya bagi wilayah yang terkena konflik.

Kelaparan di Gaza bukan kelaparan biasa, ini adalah tragedi kemanusiaan. Pasca blokade yang dilakukan oleh Israel tidak ada lagi tumpuan bagi rakyat Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Terlebih ketika satu-satunya pabrik roti yang dimiliki rakyat Gaza juga menjadi target pengeboman tentara zionis. Dengan kondisi semacam ini tentu akan sangat sulit bagi warga Gaza untuk keluar dari ancaman kelaparan. Bukan karena mereka tidak memiliki dapur namun tidak ada bahan makanan yang dapat mereka olah di dalam dapur-dapur tersebut. Di sisi lain, ketersediaan air bersih , juga menjadi langka padahal air adalah kebutuhan vital bagi keberlangsungan hidup manusia. Terlebih naiknya harga bahan pangan di pasar semakin menambah panjang derita warga Gaza. Bencana kelaparan di Gaza mendesak untuk segera ditangani untuk mencegah jatuhnya korban jiwa yang lebih besar lagi.

Berbicara soal Gaza tak bisa kita lepaskan dari penjajahan yang dilakukan oleh zionis Israel. Kondisi ini semakin diperparah dengan abainya para penguasa negeri muslim dengan mencukupkan pada diplomasi semu dan pernyataan mengutuk atau mengecam. Ini semua tidak membawa Gaza pada keadaan yang lebih baik, justru sebaliknya. Kita pun sebagai bagian dari kaum muslim seharusnya mengembalikan masalah ini pada sudut pandang Islam. Bagaimana Allah swt telah memerintahkan kaum muslim untuk melakukan perlawanan ketika negeri kita dijajah. Perlawanan yang dimaksud tentu adalah perang yakni jihad fi sabilillah. Allah swt berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 190 yang artinya, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Pelaksanaan jihad adalah perkara yang wajib ditunaikan sebagaimana kewajiban dalam Islam lainnya. Kewajiban tersebut semakin mendesak dengan ancaman terjadinya genosida sebagaimana di wilayah Gaza. Akan tetapi, jihad merupakan perkara syar’i yang hanya bisa ditegakkan dengan sempurna oleh Khalifah, yaitu kepemimpinan tunggal atas seluruh kaum muslimin. Keberadaan Khalifah tentu tidak akan ada jika tak mewujud negaranya, yakni Khilafah Islamiyyah. Sebab dalam salah satu kaidah fiqih disebutkan, “sesuatu yang menjadi syarat terpenuhinya kewajiban, maka hukumnya juga wajib.” Maka, jika jihad hukumnya adalah wajib dan pelaksanaannya hanya mungkin terwujud sempurna dengan adanya Khilafah, maka hukum Khilafah menjadi wajib pula.

Kewajiban menegakkan khilafah melekat pada diri kaum muslim. Oleh karenanya, perjuangan untuk menegakkan khilafah seharusnya menjadi agenda bersama umat. Tidak ada keraguan akan perjuangan ini. Bahkan Imam Al Qurthubi menyebut aktifitas penegakan khilafah sebagai a’dzamul waajibat atau kewajiban yang paling agung, dan Imam Al Ghazali menyebut khilafah dengan taajul furudh atau mahkota kewajiban. Tentu sematan ini tiak berlebihan karena realitas membuktikan hanya khilafah yang bisa. Sejarah mencatat dengan tinta emas peradaban saat Panglima Islam Shalahuddin Al Ayyubi berhasil memukul mundur pasukan Yahudi dan akhirnya membebaskan Yerusalem atau Al Quds. Kisah bersejarah dan selalu dikenang oleh umat Islam ini terjadi pada masa Kekhilafahan Abbasiyah.

Perjuangan menegakkan khilafah harus senantiasa digelorakan. Perjuangan ini juga tiak boleh berhenti hanya pada satu individu melainkan diaruskan oleh aktifitas dakwah. Umat membutuhkan dakwah dan kelompok yang memperjuangkan tegaknya Islam sebagai sumber pengaturan dalam kehidupan. Itulah dakwah Islam ideologis. Semakin hari semakin banyak umat yang tercerahkan dengan ide Islam idelogis ini. Umat sadar bahwa kehidupan mereka tidak akan menjadi lebih baik kecuali Islam tegak di tengah-tengah mereka. Disinilah kita membutuhkan tidak sekadar dakwah dan perjuangan melainkan juga istiqamah dalam mengarunginya. Kita meyakini akan datangnya pertolongan Allah swt atas segala upaya sungguh-sungguh yang kita lakukan. Allahu’alam.