Muhasabah bencana
Oleh : Asma Sulistiawati (Pegiat Literasi)
Banjir kembali menyapa beberapa daerah di negeri ini, bahkan menelan korban jiwa. Daerah yang terdampak banjir yakni Kendari, Padang, Jambi, dan daerah lainnya. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 8.000 warga di daerah Padang, Sumatera Barat terdampak banjir setinggi 1 meter (okezone.com, 10/03/2024).
Kemudian, di daerah Kendari, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kota Kendari melaporkan ada 6 kecamatan di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara yang terdampak banjir. Banjir tersebut menyebabkan 715 rumah terendam dan satu orang warga meninggal dunia (08/03/2024).
Menilik Bencana Banjir
Banjir seakan menjadi musibah tahunan yang tidak terelakkan di negeri ini. Bagaimana tidak, hampir setiap memasuki musim penghujan, musibah banjir ini menyapa berbagai daerah di Ibu Pertiwi. Bencana ini pun menyebabkan banyak kerugian material serta lumpuhnya ekonomi masyarakat yang terdampak banjir, bahkan banjir ini menyebabkan adanya korban jiwa. Berulang bencana ini jelas membuat kita bertanya, apakah banjir ini hanya sekadar fenomena alam ataukah ada faktor lainnya?
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) banjir yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia dikarenakan datangnya musim penghujan. Akibat intensitas hujan yang tinggi membuat sungai meluap, drainase tak mampu menampung debit air yang membuat air meluap dan merendam rumah warga, serta menyebabkan bencana.
Memang benar bahwa banjir terjadi karena adanya curah hujan yang tinggi. Akan tetapi, patut disadari bahwa musibah banjir ini bukan hanya terjadi karena curah hujan yang tinggi, melainkan ada faktor-faktor lainnya seperti daerah resapan air yang kurang diakibatkan penggundulan hutan yang kian massif, adanya penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan hidup, serta faktor-faktor lainnya.
Sistem kapitalisme yang berasas pada materi telah memberikan kebebasan kepada para oligarki untuk melakukan kerusakan lingkungan. Bagaimana tidak, pemberian izin penambangan serta pembukaan lahan yang kian massif tanpa adanya pengawasan ketat dari negara membuat faktor lingkungan tercemar, rusaknya hutan, dan lainnya sebagai. Kondisi ini jelas memicu terjadinya berbagai bencana alam, termasuk banjir.
Bahan Muhasabah
Disadari ataupun tidak bahwa banjir yang terus berulang harusnya menjadi bahan muhasabah kita semua di negeri ini. Banyaknya bencana demi bencana yang terus menyapa seakan memberikan peringatan kepada kita bahwa kondisi alam sedang tidak baik-baik saja. Mereka memberikan isyarat kepada penghuni bumi, yakni manusia untuk segera mengintrospeksi diri mereka. Sebab, sejatinya bencana datang, termasuk banjir bukan hanya sebagai ujian, tetapi dia juga datang sebagai teguran kepada manusia karena manusia yang makin jauh dari aturan Allah.
Sebagaimana saat ini kita lihat bahwa manusia begitu royal melakukan berbagai kemaksiatan seperti tanpa ragu melakukan zina, riba dianggap hal yang wajar, membuka aurat menjadi hal biasa, meninggalkan shalat tanpa takut azab Allah, pembunuhan dan tindakan kriminal lainnya menjadi hal lumrah, bahkan kemaksiatan terbesar yakni tidak lagi berhukum kepada hukum Allah. Padahal, hukum terbaik adalah hukum Allah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya "Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (terjemah QS. Al-Maidah: 50).
Inilah sistem kapitalisme yang telah memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini telah membuat kaum muslim jauh dari ajaran agamanya, bahkan menghilangkan ajaran Islam secara kaffah di dalam sendi kehidupan kaum muslim. Ajaran Islam hanya dimaknai sebagai ibadah mahda. Sistem ini pun membuat kaum muslim terlena dengan kehidupan dunia. Semua disandarkan pada asas materi sehingga apa pun yang dia lakukan hanya untuk kesenangan hawa nafsunya yang menimbulkan banyak kerusakan.
Allah berfirman, yang artinya "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (terjemah QS Ar Rum: 41).
Oleh karena itu, bisa jadi bencana yang datang silir berganti begitu juga dengan bencana banjir adalah teguran dari Allah agar kita segera kembali kepada aturan-Nya dan meninggalkan sistem kapitalisme.
Sejatinya suatu negeri akan mendapatkan keberkahan ketika negeri tersebut menjalankan segala apa yang dikehendaki oleh Allah Swt., yakni melaksanakan syariat-Nya dalam segala sendi kehidupan manusia, baik dalam ranah individu, masyarakat, maupun negara. Begitu pun penerapan aturan dalam kehidupan ini juga wajib bersandar pada syariat Allah, mulai dari sistem ekonomi, sistem perpolitikan, sistem sosial, sistem sanksi, dan semuanya. Wallahu A'alam Bissawab.
COMMENTS