Perempuan dan HIV aids
Penulis: Ummu Haura (Aktivis Dakwah)
Hari HIV/AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 01 Desember setiap tahunnya. Menurut UNAIDS (United Nation Programme on HIV and AIDS) memperingatinya adalah untuk mengenang mereka yang meninggal karena penyakit HIV/AIDS juga mengingatkan masyarakat bahaya penyakit ini. Sayangnya laju angka penderita HIV/AIDS setiap tahunnya bertambah bahkan saat ini perempuan dan generasi dalam ancaman terinfeksi HIV.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia
Melansir KataData.co.id, kasus penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2022 ada 62.856 kasus HIV/AIDS. Berdasar data tersebut, kaum laki-laki mendominasi sebagai penderita HIV/AIDS dengan 38.593 kasus. Penderita pada kaum perempuan ada 24.258 kasus, sisanya 5 kasus tidak diketahui gendernya.
Mayoritas kasus penularan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2022 karena hubungan homoseksual sebanyak 17.983 kasus, sedangkan 12.072 kasus karena hubungan heteroseksual dan sisanya karena transfusi pranatal, jarum suntik tidak steril, biseksual, dlsb.
Sedangkan data penderita kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2023 yang diambil dari bulan Januari-September 2023, diprediksi mencapai 515.455 kasus. (Katadata.co.id)
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril, 35% penularan HIV/AIDS pada tahun 2023 didominasi oleh ibu rumah tangga. Dibandingkan kasus HIV yang menimpa kelompok lain seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man), angka penderita dari kelompok ibu rumah tangga sangat tinggi. Sedangkan kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun mencapai 14.150 kasus dan setiap tahunnya bertambah sekitar 700-1.000 anak.
Perempuan dan Generasi Terancam HIV/AIDS
Dari paparan diatas jelas terlihat bahwa perempuan dan generasi dibayangi oleh ancaman kasus HIV/AIDS yang akan menjadikan mereka sebagai penderita. Perilaku kelompok suami pekerja seks dan kelompok MSM telah menyumbang sekitar 30% penularan dari suami ke istri. Akibat dari perilaku seksual yang menyimpang dari sang suami, setiap tahunnya bertambah 5.100 kasus penderita dari kelompok ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV berisiko tinggi menularkan virus kepada anaknya. Penularan HIV melalui jalur ibu ke anak menyumbang sebesar 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV. Akibat hal tersebut, sebanyak 45% bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan terlahir dengan HIV dan akan menyandang status sebagai penderita HIV positif sepanjang hidupnya.
Pada tahun 2022, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) melaporkan bahwa ada 741 kasus infeksi HIV pada kelompok remaja usia 15-19 tahun. Penularan HIV pada remaja disebabkan antara lain, penggunaan narkoba suntik, homoseksual, seks bebas, dan transfusi darah.
Islam Solusi Mengatasi HIV/AIDS
Langkah-langkah yang telah diambil pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus HIV/AIDS sejauh ini belum mampu menekan pertambahan kasus setiap tahunnya. Maka dari itu perlu penanganan yang lebih tegas agar kasus penularan HIV bisa ditekan dengan sangat minim. Dari penjelasan diatas bahwa penularan HIV dikarenakan perilaku menyimpang manusia seperti homoseksual, heteroseksual, pekerja seksual, seks bebas dan penggunaan narkoba suntik.
Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka sewajarnya penanggulangan virus HIV menggunakan standar syariat Islam. Islam memberi solusi dimulai dari memberikan pendidikan berbasis akidah Islam. Penanaman akidah Islam yang kuat akan membuat manusia berfikir ribuan kali melakukan perbuatan menyimpang. Setiap individu akan diarahkan kesadaran untuk tunduk pada larangan Allah swt. terkait pengharaman zina, narkoba, homoseksual dan perilaku menyimpang lainnya. Islam juga akan memunculkan kesadaran tiap anggota masyarakat bahwa akan ada pertanggungjawaban setiap perbuatan mereka di hari akhir.
Pemberian hukuman yang tegas terhadap perilaku menyimpang akan dijalankan menggunakan syariat Islam seperti cambuk 100 kali dan diasingkan selama 1 tahun bagi pezina yang belum menikah, rajam bagi pelaku zina yang sudah menikah, hukuman mati bagi pelaku homoseksual, serta hukuman lain yang akan menjerakan setiap orang yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Dalam sudut pandang Islam, hukuman tegas tidak hanya memberi efek jera tetapi juga sebagai penebus dosa di akhirat.
Sedangkan bagi anggota masyarakat yang telah tertular infeksi HIV, Islam akan memberikan layanan kesehatan secara gratis dengan layanan terbaik. Karena dalam syariat Islam, penguasa dan negara wajib menyediakan layanan kesehatan secara cuma-cuma dengan fasilitas terbaik kepada seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali. Islam juga akan melarang setiap hal dan kegiatan yang akan mendorong munculnya perilaku menyimpang pada setiap individu.
Penutup
Atas berbagai perilaku menyimpang yang saat ini dilakukan manusia, korban terbesarnya adalah perempuan dan generasi mendatang. Akan seperti apa kondisi masyarakat Indonesia di masa mendatang jika generasi selanjutnya telah terinfeksi penyakit berbahaya ini?
Sudah sepatutnya para pemimpin negeri, ulama-ulama dan kaum muslim menghentikan penularan virus HIV dan menyelamatkan perempuan dan generasi dari terinfeksi virus ini dengan menjadikan syariat Islam sebagai pondasi dalam bernegara. Tidak ada aturan sesempurna Islam karena syariat Islam berdasar dari Pencipta manusia. Menerapkan aturan selain dari Islam hanya membawa kerusakan bagi manusia dan tidak turunnya rahmat dari Allah.
COMMENTS