Jenderal TNI Kasus Rempang
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
"Ya kan TNI-nya umpanya, masyarkatnya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Nggak usah pakai alat, dipiting aja satu-satu. Tahu dipiting nggak? ya itu dipiting aja satu-satu," ujar dia" [Panglima TNI Yudo Margono]
Beredar viral video yang menampilkan pernyataan Panglima TNI Yudo Margono di media sosial, terkait arahannya untuk penanganan persoalan konflik di Rempang, Batam, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. Dalam arahannya, Yudo tak segan-segan perintahkan kepala Babek (Badan Pembekalan) untuk mengeluarkan peralatan, agar dipakai dan keluar dari gudang, jika diperlukan.
Bahkan, eksplisit yudo beri arahan untuk memiting rakyat satu per satu. Jika ada 1000 rakyat, Yudo juga akan kerahkan 1000 prajurit untuk memiting satu per satu.
Luar biasa rusak pernyataan panglima TNI di era rezim Jokowi ini. Bagaimana bisa, TNI yang lahir dan dibesarkan dari rakyat, digaji dan diberi fasilitas hidup oleh rakyat, diperintahkan untuk memiting rakyat?
Yudo, meskipun dalam konteks memberikan analogi penanganan kerusuhan, tak layak mengeluarkan pernyataan sekasar itu. Apalagi, ini bukan terkait gangguan keamanan Negara, bukan dalam situasi Darurat Militer. Ini hanya kezaliman rezim yang memaksakan proyek oligarki kepada rakyatnya sendiri.
Yudo hanya melihat reaksi rakyat Rempang yang membela tanahnya. Tidak melihat akar masalah adanya pemaksaan sepihak proyek oligarki, yang meminjam stempel PSN (Proyek Strategis Nasional), dan menindas rakyatnya. Alat negara, baik TNI maupun Polri hingga Satpol PP secara telanjang telah menjadi Satpam Korporasi, ditugaskan untuk membersihkan wilayah Rempang agar Clear n Clean diserahkan kepada korporasinya TW, PT Makmur Elok Graha.
Wahai Jenderal, ingat ! Semua baju, celana, gaji, tunjangan, hingga semua peralatan perbekalan dan angkutan yang dimiliki oleh TNI, berasal dari pajak rakyat, bukan dari PT MEG. Jadi, ajarilah prajuritmu bertindak sopan kepada rakyat, menangani masalah dengan pendekatan humanisme, bukan militerisme.
TNI memang didesain sebagai mesin pembunuh, untuk membunuh musuh, demi menjaga rakyat. Bukan untuk dijadikan alat untuk menakut-nakuti rakyat.
Kalau mau tunjukan kehebatan sebagai militer, arahkan pasukanmu ke Papua. Piting anggota OPM satu per satu. Bahkan, tembak saja mereka yang telah membunuh sipil, TNI dan Polri. Karena mereka jelas telah memberontak kepada Negara.
Sementara warga rempang? Mereka adalah rakyat kecil, rakyat yang lemah, rakyat yang butuh perlindungan dan pengayoman. Mereka mau dirampas haknya, mereka mau diusir dari kampung halamannya.
Wahai Panglima TNI ! Wahai Jendral Yudo Margono!
Jangan benturkan TNI yang dicintai rakyat dengan rakyatnya sendiri. Jangan buat jarak antara rakyat dengan TNI. Jangan jadikan prajuritmu rusak dimata rakyatmu.
Lagipula, urusan Rempang adalah urusan Polisi. TNI hanya diperbantukan. Polisi tugasnya menegakkan hukum. Biarkan proses penegakan hukum itu dijalankan oleh Polri.
Biar dibuka secara terang benderang, bahwa pihak yang berhak atas tanah Rempang adalah rakyat Rempang, bukan Tommy Winata. Biar diketahui oleh publik, bahwa kekuasaan sedang diperalat oleh Tommy Winata.
Jangan menjatuhkan Marwah dan wibawa TNI, membenturkan prajurit dengan rakyat, dan nimbrung menjadi satpamnya Tommy Winata. Kalau investasi China itu sampai ke Rempang, maka hilang sudah kedaulatan NKRI. Dan itu, juga tanggungjawab anda wahai Jenderal !
Ya Allah, berikanlah keteguhan, kesadaran, dan kekuatan kepada Saudara kami di Rempang, agar istiqomah membela kebenaran. Kuatkanlah kami dalam persaudaraan Islam, sehingga kami diberi hidayah dan kekuatan, untuk saling membela karena ikatan persaudaraan Islam.
Hasbunallah Wani'mal Wakil, Ni'mal Maula Wani'man Nashir. [].
COMMENTS