Fenomena Hadang Truk
Oleh. Heni Rohmawati, S.E.I.
Ramai terjadi tren buruk di kalangan remaja yang meresahkan masyarakat. Tren itu adalah 'Menantang Malaikat Maut'. Tren yang bikin kening berkerut. Seolah tak ada tren positif yang bisa dijadikan konten.
Seperti yang diwartakan oleh Kompas.com (11/6/2022), seorang remaja berinisial Y tewas terlintas truk setelah melakukan aksi nekatnya hadang truk. Peristiwa yang berakhir nahas tersebut terjadi di Jalan Otto Iskandardinata, Gerendeng, Karawaci, Kota Tangerang, pada Jumat (3/6/2022).
Tak habis pikir. Remaja yang seharusnya disibukkan dengan suasana belajar kini berani melakukan aksi nekat demi membuat konten viral. Aksi menghadang truk ini pun tidak kali ini saja, tetapi sudah berulang kali bahkan berujung menjemput maut. Namun remaja seakan-akan tak pernah kapok mengurungkan niatnya.
Ada Apa dengan Para Remaja?
Peristiwa menantang 'Malaikat Maut' yang diikuti remaja ini sungguh sangat meresahkan. Masyarakat terutama para supir truk mengeluhkan ulah para remaja ini. Aktivitas ini selain membahayakan orang lain, bisa membahayakan diri sendiri. Bahkan sebagian peristiwa ini berujung pada kematian.
Lalu Apa yang Dibanggakan dari Aksi Mengadang Laju Truk Tersebut?
Menyoroti hal ini, Surakarta Drajat Tri Kartono Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) menyatakan bahwa, fenomena remaja nekat yang mengadang truk saat melaju di jalan raya adalah cerminan usaha mendewakan identitas.
Ia pun menambahkan, para remaja lebih ingin menonjolkan identitas atau eksistensinya dari pada fungsi diri. "inilah yang memaksa mereka untuk mencari momen-momen agar 'siapa saya' betul-betul diakui orang lain."
Drajat juga menjelaskan, pergeseran dari era produksi menuju era komunikasi membuat remaja berlomba-lomba dalam pengakuan diri.
Selain itu menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menyatakan bahwa aksi pengadangan truk bisa dicegah oleh orang tua masing-masing. Pola asuh orang tua harus menjelaskan keburukan hal serupa agar tidak terulang lagi.
Krisis Identitas, Jauhnya Agama dari Dunia Remaja
Jika memperhatikan pendapat para pakar maka dapat disimpulkan bahwa remaja mengalami krisis identitas. Remaja tidak mampu menemukan jati diri sebagai siapa. Sehingga ikut-ikutan arus tren yang sedang viral diamini sebagai cara singkat untuk mendapatkan pengakuan masyarakat.
Tidak ditemukannya jati diri yang sebenarnya bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya :
Pertama, jauhnya kehidupan remaja dari agama. Diakui atau tidak, Indonesia adalah negeri sekuler. Negeri yang memisahkan agama dari kehidupan. Walhasil produk aturan-aturan yang ditetapkan tidak bercorak agamis. Namun lebih kental pada nuansa liberal atau bebas dari aturan agama.
Dengan demikian kebebasan berprilaku, kebebasan berpendapat tidak memiliki batasan baku. Pada akhirnya setiap orang merasa berhak membuat aturan sendiri tanpa boleh diintervensi oleh siapapun. Termasuk agamanya sendiri.
Kedua, pengaruh buruk media sosial. Dunia riil saat ini telah kalah ramai dengan dunia digital. Pasalnya manusia tersibukkan dengan ponsel pintar yang ada di tangannya. Menariknya konten-konten pada gawai membuat remaja enggan bersosialisasi dengan lingkungan. Jadilah ia manusia asing dalam lingkungan.
Merasa lebih asik ketimbang dunia nyata, maka berbagai konten viral mudah memengaruhi akal daripada nasihat yang didapat di dunia nyata. Hausnya akan pengakuan identitas bahkan telah menular kepada sebagian yang terjebak dalam dunia remaja.
Gila konten adalah contoh dari pengaruh buruk gawai untuk menunjukkan jati diri. Padahal jati diri tidak melulu hanya membuat konten viral. Bahkan terkadang tidak nyambung antara keinginan dengan yang dilakukan.
Ketiga, abainya negara. Negara seolah absen dari buruknya dunia remaja. Jarang sekali ada pejabat negara yang menanggapi secara serius terhadap kondisi dunia remaja yang meresahkan. Padahal remaja adalah warga negara yang menjadi tanggung jawabnya.
Ketiadaan ruang yang mampu mengakomodir remaja membuat remaja mencari cara lain untuk menunjukkan eksistensinya. Hal ini menunjukkan kegagalan negara dalam mendidik remaja yang notabene generasi penerus bangsa. Pendidikan yang digulirkan dalam sistem pendidikan tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Output pendidikan rendah bahkan jati diri saja tak mampu mereka temukan. Negara tidak hadir dalam menyelesaikan persoalan remaja. Remaja kian ambyar dalam keadaan negara yang krisis visi misi masa depan bangsa.
Islam Solusi Tunggal Atasi Permasalahan Remaja
Remaja dalam Islam memiliki fungsi vital sebagai penerus negara. Maka negara sangat serius memperhatikan masalah yang melanda. Negara juga dengan segenap kemampuan dan tanggung jawabnya, akan mendidik, membina, dan melatih remaja agar menjadi pemuda-pemuda hebat yang sanggup meneruskan estafet kepemimpinan di masa yang akan datang.
Karena itu melalui kurikulum pendidikan, semua pelajaran yang diajarkan berdasarkan akidah Islam. Menjelaskan siapakah manusia, untuk apa ia diciptakan dan akan kemana setelah di dunia. Dengan melalui proses berpikir, sesuai jenjang pendidikan, remaja akan memahami identitas dan tau tugas apa yang akan ia jalani.
Selain memiliki akidah yang kokoh, kurikulum pendidikan islam juga bertujuan untuk membentuk kepribadian islami. Melalui pelajaran tsaqofah pemahamannya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga remaja memiliki cara pandang yang islami dalam memandang berbagai perkara. Serta remaja mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan syariat islam. Tidak asal bertindak semaunya.
Negara dalam sistem Islam sangat menghargai dan membanggakan para remaja yang berprestasi. Negara juga akan memberikan kebutuhan dasar yang menjadi kebutuhan asasinya seperti, sandang, pangan, papan secara tidak langsung. Dan akan menjamin kebutuhan dasar lainnya seperti, pendidikan, kesehatan dan keamanan secara langsung. Sehingga remaja tidak mengalami kesulitan untuk membangun mental dan mendalami ilmu-ilmu Islam dan ilmu lainnya yang ia butuhkan.
Berkaca pada Remaja Islam di Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan islam begitu banyak sosok remaja yang sangat berjasa dalam menjaga kejayaan islam. Pada awal generasi islam, adalah Usamah bin Zaid diangkat oleh Baginda Rasulullah saw. sebagai komandan pasukan kaum muslimin untuk menyerbu wilayah Syam dengan usianya saat itu 18 tahun.
Ada juga seorang remaja berumur 13 tahun yang datang pada Rasulullah saw. untuk meminta diijinkan ikut Perang Badar. Remaja itu adalah Abdullah bin Umar. Saat itu Rasulullah saw. menolak karena ia masih terlalu kecil. Pada tahun berikutnya ia datang lagi kepada Rasulullah saw. agar diperkenankan ikut pada Perang Uhud. Dan beliau Rasulullah saw. mengijinkannya.
Tentu masih banyak lagi kisah para remaja hebat di masa kejayaan Islam. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan Islam dalam mendidik generasi agar menjadi generasi yang berkepribadian islam dan memiliki kecintaan terhadap Islam
Demikianlah, butuhnya remaja pada Khilafah Islam yang terbukti mampu mewujudkan generasi berkualitas di masanya. Hingga kini nama-nama indah dalam sejarah Islam tak kan terlupa sampai generasi saat ini.
Mari perjuangan sistem Islam, agar sinarnya mampu menerangi dunia yang telah gelap menjadi cahaya kemuliaan. Dan remaja kembali bersinar.
Wallahu a’lam bishowab.
COMMENTS