khilafah bukan ideologi
Oleh : Aisha Elfath
Petinggi Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Baraja, ditangkap polisi setelah gegernya konvoi yang dilakukan Khilafatul Muslimin di Cawang, Jakarta Timur (29/05/2022). Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Endra Zulpan menyatakan penangkapan tersebut bukan hanya terkait konvoi yang dilakukan tapi juga soal ujaran kebencian terhadap pemerintah yang sah. Isu ini nyatanya menjadi semacam ‘pemantik’ untuk menyalakan api yang lebih besar dalam rangka memperdalam stigma negatif terhadap Khilafah dan Ajaran Islam.
Bagaimana tidak, respon serta tanggapan yang mengalir tidak lepas dari narasi citra negatif atas Khilafah yang jelas-jelas merupakan ajaran Islam. Seolah bisa ditebak arah arus issue ini mengalir kepada citra buruk Islam di benak para pemeluknya bahkan sampai ke tataran menjauhkan umat dari ajaran Islam. Perguruan tinggi pun ikut pro-aktif menanggapi issue ini seolah mengamini narasi kampus sebagai salah satu ‘lahan basah’ untuk menanam benih radikalisme ini.
Berbagai program penanganan dan penangkalan radikalisme mulai digaungkan kembali bahkan sampai ke tataran narasi dibutuhkan regulasi khusus untuk penanganan radikalisme di kampus. Hal tersebut diungkapkan oleh akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Weda Kupita. Menurut Weda, regulasi yang ada saat ini belum bisa memenuhi standar untuk penanggulangan paham-paham radikal di kampus. Hal ini terkait dengan terbatasnya ruang gerak aparat penegak hukum menertibkan penyebar narasi radikalisme terutama di lingkungan kampus (www.merdeka.com, 5/06/2022).
Respon ‘over dosis’ ini justru dinilai tidak nyambung. Sibuk memperkarakan issue Khilafah sementara pada saat yang sama masyarakat, pada umumnya, dan para akademisi, pada khususnya, sedang dihantam berbagai masalah yang real dan krusial yang harus segera dibenahi dan diselesaikan. Mulai dari kesulitan ekonomi, utang negara yang melambung tinggi, hantaman kaum LGBT yang terus menggemakan promosi dan normalisasi hingga separatisme dan perampasan sumber daya strategis yang merugikan negeri. Kemana suara mereka untuk semua kasus ini?
Di titik ini menjadi satu titik yang wajib dikritisi dan diwaspadai. Betapa tidak, stigma negatif Khilafah atas nama radikalisme nyatanya digelindingkan ke arah penguatan Islamophobia. Sehingga umat takut, jauh, bahkan menentang ajaran agamanya sendiri. Dengan kondisi umat mayoritas saat ini yang sudah terlanjur asing dengan ajaran Islam ditambah dengan hantaman tsaqofah asing yang semakin mendarah daging, memungkinkan umat Islam dengan mudah tergiring ke arah yang diopinikan.
Tak bisa berdiam diri dengan kondisi ini, tapi harus ikut bergerak membela dan memposisikan kembali Islam dan ajarannya sebagai pedoman dan aturan hidup yang wajib dipegang teguh. Sebagai satu tatanan peraturan yang hanya akan melahirkan ketenteraman dan keselamatan. Amat penting untuk memberikan gambaran yang jelas dan kokoh tentang ajaran Islam, yang mengatur seluruh aspek kehidupan yang dapat memberikan keteraturan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Daya kritis dan analisis pun harus terus diasah agar bisa menelaah berbagai upaya untuk mencitraburukkan Islam dari berbagai arah. Dengan begitu, bisa membedakan madu ajaran Islam yang manis dan racun yang dibuat oleh orang kafir. Sehingga umat tidak akan tergiring dengan stigma negatif tentang Khilafah. Karena Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang akan meregulasi dan mengatur terlaksananya keseluruhan ajaran Islam. Sebagaimana yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah ayat 208).
Keberadaan Khilafah sejatinya sebagai wadah agar seluruh aturan Islam bisa terlaksana secara sempurna. Seluruh aturan yang Allah turunkan dari mulai hablum-minallah, hablum-minan-nafs dan hablum-minan-nas dapat terlaksana dengan adanya Khilafah. Seluruh kewajiban yang menjadi tugas utama peribadatan kepada Allah dapat ditunaikan.
Adakah
yang lebih membahagiakan selain tertunainya seluruh kewajiban kepada Rabb Yang
Maha Menciptakan? Jika ada yang ingin mencitra-burukan Khilafah seolah bukan
ajaran Islam, maka dapat dipastikan misi utamanya adalah menjauhkan umat dari
sempurnanya ketaatan. Poin penting yang wajib dicatat adalah tata cara penegakan
Khilafah yang wajib mengikuti apa yang sudah dicontohkan Baginda Rasulullah SAW
baik secara fikrah maupun thariqah. Tidak bisa serampangan dilakukan. Dan hal
menuntut pengetahuan serta pemahaman. Sehingga ketika datang stigma negatif
atas Khilafah yang dianggap sebagai radikalisme, dapat dipahami dan diyakini
bahwa stigma negatif itu adalah upaya untuk meracuni umat Islam.
Namun, sekuat apapun orang-orang kafir berusaha mencitra-burukan Islam dalam rangka menghalangi umat dari ketaatan sehingga islam jauh dari kemenangan. Upaya mereka tidak akan bisa menandingi qudrat dan iradat Allah Yang Maha Mengatur dan Menciptakan. Tegaknya Khilafah sudah dijanjikan oleh Nya, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghalanginya. Allah SWT berfirman :
وَعَدَ
اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا
يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ
الْفٰسِقُوْنَ
Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalamal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS An Nur 55).
Rasulullah
SAW bersabda: “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas
izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia
berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj
kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat
zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang
zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan
mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada
kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan
tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj
kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar). Hadis ini makbul,
artinya diterima dan dapat dijadikan sebagai hujah. Al-Hafizh al-‘Iraqi
berkomentar, “Hadis ini sahih, Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini dalam
Musnadnya.” (Al-‘Iraqi, Mahajjat al-Qurb ila Mahabbat al-‘Arab, hlm. 176).
Wallahu
a’lam bish-shawabi.
COMMENTS