Sekularisme Islam
Oleh : Emmy Emmalya
Maraknya perilaku kemaksiatan yang tengah melanda umat saat ini menambah potret buram rusaknya tata pergaulan umat Islam di negeri mayoritas muslim.
Ini pula yang semakin menambah kekhawatiran akan datangnya azab Allah yang tidak hanya menimpa orang bermaksiat saja tapi merata pada semua makhluk, seperti apa yang pernah di riwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrani bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ الْعَامَةَ بِعَمَلِ الْخَاصَةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانِيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوْهُ فَلاَ يُنْكِرُوْهُ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَذَّبَ اللهُ الْعَامَةَ وَالْخَاصَةَ
Sesungguhnya Allah tidak akan
menyiksa masyarakat umum karena perbuatan orang-orang tertentu hingga masyarakat umum melihat kemungkaran di hadapan mereka sedang mereka mampu mengingkarinya tetapi mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka berbuat demikian maka Allah akan menyiksa masyarakat umum dan orang-orang tertentu itu. (HR Ahmad dan ath-Thabrani )
Kemaksiatan seperti LGBT, fenomena "jatah mantan" dan kemaksiatan lainnya jelas merupakan perilaku yang akan menyebabkan kerusakan peradaban manusia hingga berujung pada ketidakjelasan asal usul keturunan persis layaknya binatang.
Akankah dengan fenomena seperti ini, umat Islam tetap bungkam dan tak merasa terusik naluri keagamaannya? Malah dianggap lumrah dan biasa? Seakan-akan perilaku seperti ini adalah suatu hal yang biasa dan tidak melanggar ketentuan agama.
Sedemikian parahkah pemahaman umat Islam hingga kemaksiatan dianggap biasa dan tak lagi mengusik jiwa? Hal ini juga semakin diparah oleh sikap sebagian besar umat Islam yang lebih memilih bersikap netral dan tak mau perduli apalagi diperkuat dengan sikap dari salah satu pemangku kebijakan yang menyatakan, selama tak meresahkan masyarakat maka bentuk kemaksiatan apapun tidak bisa dihukumi.
Lalu apa parameter yang menunjukkan suatu kemaksiatan telah menimbulkan keresahan di masyarakat? padahal sangat jelas terlihat, banyaknya kasus kemaksiatan yang viral dan jadi perbincangan di masyarakat itu sudah menandakan masyarakat merasa resah dan khawatir.
Anehnya penguasa tidak bersikap sama ketika ada yang mengkritisi kemaksiatan. Pelakunya malah dianggap melanggar HAM, membenci NKRI, radikalisme, intoleran dan label-label negatif lainnya.
Seakan-akan orang yang menawarkan sistem yang akan membawa kebaikan dianggap sebagai pengrusak negara dan dicap sebagai teroris. Sungguh tak bisa dinalar oleh akal.
Pelaku maksiat diberi panggung sedangkan penyeru perbaikan untuk negeri dianggap mengancam NKRI. Sungguh Inilah buah dari menerapkan sistem sekularisme di negeri mayoritas muslim ini hingga umat Islam digiring untuk tidak menjadikan agama sebagai tolak dalam menjalankan kehidupannya.
Termasuk dalam menyikapi maraknya kemaksiatan yang telah begitu jauh menyimpang dari hukum-hukum syariat Islam, umat Islam diminta untuk bersikap toleran dan menghargai hak asasi manusia.
Seperti fenomena "jatah mantan" yang telah menistakan kesakralan sebuah pernikahan dan menganggap lembaga pernikahan hanya sebuah permainan belaka.
Padahal di dalam Islam, sangat jelas lembaga pernikahan adalah lembaga yang di dalamnya terdapat ikatan suci berdasarkan kalimat Allah Swt sehingga terkandung konsekuensi yang sangat besar karena akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Maka, sudah saatnya umat Islam mencampakkan sekularisme karena pemahaman inilah biang dari kerusakan sendi-sendi kehidupan manusia termasuk merusak tata pergaulan di masyarakat.
Sistem pergaulan dalam masyarakat hari ini hanya bisa diperbaiki oleh sistem Islam, karena Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur dari A hingga Z. Islam mampu mengurai benang kusut persoalan manusia buah dari rusaknya sistem buatan manusia.
Terlebih lagi, Islam berasal dari pencipta alam semesta yang mengetahui semua kelemahan dan kelebihan dari setiap makhluk ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam ayat berikut :
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطًا
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan (pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa' : 126).
COMMENTS