tempe mogok produksi
Oleh: Wiji Lestari (Aktivis Muslimah)
Dilansir dari situs Kompas.com (19/02/2022), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan dua penyebab harga kedelai impor mahal di Indonesia. Penyebab pertama adalah cuaca buruk El Nina di Argentina, Amerika Selatan. Hal itu mengakibatkan harga kedelai per gantang naik, dari 12 dolar AS menjadi 18 dolar AS. Penyebab kedua adalah permintaan kedelai tinggi, terutama dari China.
Mendag mengatakan, pihaknya akan membuat mitgasi dan menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi tingginya harga kedelai. Saat ini, Mendag menjelaskan bahwa kebutuhan kedelai dalam negeri adalah 3 juta ton. Sementara stok dalam negeri yang tersedia hanya 500 hingga 750 ton per tahun. Untuk menutupi kekurangnnya, Indonesia mengimpor kedelai dari negara lain, terutama dari kawasan Amerika Selatan.
Bahkan, perajin yang tegabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempa Tahu (Gakoptindo) mengancam akan mogok produksi pada 21 hingga 23 Februari 2022. Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifudin menyatakan, pihaknya akan mogok karena bahan baku utama tempe dan tahu adalah kedelai. Jika harga bahan baku tinggi, maka modal yang dikeluarkan juga tinggi. Sementara laba yang didapat tidak seimbang dengan modal yang keluarkan. Tentu ini akan merugikan para perajin tempe dan tahu tersebut. Pasalnya bahan utama pembuatan yakni kedelai dalam negeri disuplai dari impor. Alhasil ketika negara ekportir mengalami kendala maka pasokan kedelai pun akan bermasalah.
Selain itu Indonesia sebagai negara agraria sejatinya mampu melakukan swasembada pangan. Sebab banyak lahan pertanian yang harusnya bersama-sama untuk meningkatkan hasil panen dalam negeri. Sehingga negara ini tidak bergantung dengan komoditas impor dari negara lain, jika para petani mampu dan didukung dengan fasilitas tentunya dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjangnya.
Sayangnya lahan pertanian kini beralih fungsi menjadi bangunan. Dampak buruk yang terjadi yakni Indonesia kehilangan lahan pertanian yang dapat digunakan untuk swasembada pangan sehingga rakyat akan sejahtera. Selain itu ketika negara ini terus bergantung kepada komoditas impor maka peluang besar untuk dikuasai dan dijajah semakin terbuka lebar. Belum lagi ketika negara ini masuk dalam cengkeraman keterikatan dalam perjanjian internasional seperti WTO.
Selain itu sulitnya memenuhi kebutuhan dalam pertanian seperti mahalnya pupuk, mahalnya obat-obatan bahkan ketika panen sekalipun harga turun drastis sehingga para petani banyak yang merugi. Permainan inilah tentu didukung dengan sistem negara ini yang berasakan manfaat sehingga ketika swasembada pangan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri maka, keuntungan segelintir orang akan kecil kemungkinannya.
Sistem ekonomi kapitalis tentu tak akan tinggal diam jika swasembada digalakkan, sebab tak ada keuntungan berlipat yang mereka dapatkan. Berbagai cara tentukan dicari guna mengumpulkan keuntungan tersebut. Sungguh sejatinya mampu negara ini untuk menjadi negara yang mandiri tidak bergantung kepada negara lain.
Dalam Islam swasembada pangan menjadi prioritas utama. Khalifah atau pemimpin umat akan menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertanian berasal dari Baitul Mal. Hal ini akan mampu menunjang segala kebutuan para petani sehingga hasil panen dapat digunakan sebagai cadangan pangan dalam negeri. Tak ada lagi istilah impor barang jika negara mampu menghasilkan sendiri.
Adapun dalam Islam terdapat politik pertanian yang mampu mengeluarkan negara dari cengkeraman para korporasi, diantaranya
1. Menghentikan Impor dan memberdayakan sektor pertanian.
2. Dapat menentukan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi.
3. Melakukan distribusi secara adil dan merata.
Islam sangat jelas melarang adanya penimbunan barang dan permainan pasar.
COMMENTS