SALAH KAPRAH MEMAHAMI BUDAYA

konsep budaya islam

Kesalahan Islam Nusantara

Menurut kamus Wikipedia, kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang maknanya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan akal dan moral manusia. Dalam bahasa Inggris, budaya disebut culture yang berasal dari bahasa Latin cultura atau colere. Banyak orang mendefinisikan budaya adalah hasil cipta cita, karya, dan karsa manusia dalam menjawab tantangan kehidupan. Menurut Koentjaraningrat budaya adalah segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah serta mengubah semesta alam. Sementara menurut Parsudi Suparlan budaya adalah semua pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan memahami pengalaman serta lingkungan dialaminya.

Para ahli sejarah pada umumnya menyebut tiga wujud atau bentuk dari fakta sejarah, yang juga bisa diidentifikasi sebagai fakta dari budaya, yaitu mentifact, sosiofact, dan artifact. Mentifact adalah fakta sejarah atau hasil budaya yang berwujud pemikiran, gagasan, atau keyakinan. Misalnya keyakinan akan adanya Nyai Roro Kidul bagi masyarakat Jawa, atau keyakinan akan adanya reinkarnasi bagi sebagian kalangan masyarakat Cina. Kemudian sosiofact atau hasil budaya yang berupa fakta sosial di dalam masyarakat. Misalnya adanya sistem kelas dalam tradisi Hindu (ada kelas Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra), atau kelas priyayi dan rakyat biasa di dalam masyarakat Jawa. Lalu ada juga artifact (artefak) yang berwujud benda-benda hasil budaya. Misalnya seperti arca, bangunan candi, atau peralatan hidup sehari-hari seperti anglo dan kuali untuk memasak bagi masyarakat Jawa. Termasuk juga berbagai pakaian adat (misalnya batik) atau rumah adat. Terkadang pula, di dalam satu jenis hasil budaya terkandung jenis budaya lainnya. Sebab, terkadang manusia menyisipkan pandangan-pandangan tertentu dalam hasil budaya tersebut. Misalnya seperti kain batik di kalangan masyarakat Jawa yang memiliki motif berbeda-beda dimana pada setiap motif terkandung suatu pandangan atau filsafat tertentu.

Budaya selalu berkembang mengikuti suatu perkembangan pemikiran manusia. Semakin berkembang pemikiran manusia, tentu budaya juga akan semakin berkembang. Sebagai contoh, jika dulu manusia menggunakan kapal layar untuk mengarungi samudera yang luas, dari satu benua ke benua lainnya; dengan ditemukannya mesin uap ditemukanlah mesin kapal yang mampu menggerakkan kapal tanpa harus menggunakan layar yang mengandalkan tenaga angin. Ini satu contoh perkembangan budaya manusia. Dalam hal berpakaian, manusia juga mengalami perkembangan dari yang semula manusia memakai "pakaian tradisional", kini manusia mulai memakai "pakaian modern". Pun di ranah teknologi komunikasi. Dulu orang berkomunikasi menggunakan telepon kabel dengan bentuk yang unik, kini manusia berkomunikasi dengan telepon pintar (smartphone) tanpa kabel dan dengan model layar sentuh. Begitulah perkembangan kebudayaan.

Dari fakta di atas sebenarnya bisa dipahami bahwa akan ada pergantian dari "yang lama" menuju "yang baru". Dalam beberapa kasus, realitas yang terjadi menunjukkan bahwa orang susah meninggalkan "yang lama" karena di sana terdapat begitu banyak kenangan. Karena itu, "yang lama" ini tidak hendak dihilangkan, melainkan disimpan. Wajar, karena memang manusia memiliki kebiasaan mengenang apa "yang lama". Walaupun dalam konteks ini, yang terjadi sebenarnya adalah peralihan fungsi. Pada awalnya "yang lama" ini memiliki fungsi pokok. Namun dengan seiring datangnya "yang baru", maka "yang lama" ini tidak lagi memiliki fungsi pokok, tetapi justru berubah menjadi fungsi tambahan.

Misalnya saja kereta uap. Ini juga merupakan produk budaya yang berupa artifact. Jika dulu pada awal abad 20 kereta uap memiliki fungsi pokok sebagai sarana transportasi pengangkutan, kini kereta uap tak lagi memiliki fungsi tersebut. Saat ini kereta uap berubah fungsi menjadi kereta wisata. Kasus sejenis kita temui di banyak hal.

Jadi, berpikir tentang budaya harus secara mendalam dan rasional, dan bukan semata-mata mengandalkan sikap emosional. Bahwa akan datang suatu masa dimana "yang lama" ini ditinggalkan atau berubah fungsi.

Sekarang ini zamannya ojek online dengan ditemukannya teknologi tertentu. Maka model ojek konvensional atau yang "biasa" tentu saja akan ditinggalkan, walau di Indonesia belum semua bisa diterapkan karena belum meratanya persebaran teknologi. Karena itu, pengemudi ojek biasa hendaknya turut memahami bahwa kemajuan teknologi tidak akan bisa mereka hindari. Ini bukan soal mengambil rezeki orang lain. Tetapi ini soal kemajuan budaya. Mau tidak mau, orang harus menyesuaikan. Apalagi, ojek online memiliki banyak kelebihan dibandingkan ojek biasa, dilihat dari segi kepraktisan dan keefektifan.

Demikian pula, orang sudah mulai meninggalkan SMS untuk mengirim pesan singkat. Bahkan, dengan menggunakan WA, orang tak perlu lagi mengirimkan pesan singkat kepada teman atau saudaranya. Dia bisa mengirimkan pesan yang panjang. Para pengguna SMS tidak boleh emosi atau marah karena adanya pergeseran budaya ini. Apalagi WA memiliki begitu banyak fitur atau kelebihan dibandingkan SMS. Ya, memang begitulah kenyataannya.

Mohon maaf, sekali lagi mohon maaf sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian maju, seharusnya tidak perlu lagi ada orang Papua yang memakai pakaian tradisional mereka. Dengan kekayaan alam daerah Papua yang dimilikinya, justru orang Papua akan jauh lebih maju, dibandingkan Jawa atau Ibu kota negara. Sekali lagi maaf, mereka tak perlu lagi memakai koteka, rumah mereka tak perlu lagi terbuat dari jerami yang ditata. Ya, dengan kekayaan alam yang dimiliki, seharusnya Papua menjadi daerah paling kaya, paling modern, paling canggih dibandingkan Jakarta, Surabaya, Medan, atau Makassar.

Begitulah seharusnya kita memahami budaya. Pahami secara rasional. Bukan secara emosional. Budaya memang warisan nenek moyang. Namun sekali lagi, jangan hanya karena faktor emosi yang begitu menginginkan budaya nenek moyang dilestarikan, lantas hal-hal yang rasional justru ditinggalkan.

Orang-orang yang senantiasa mengagung-agungkan budaya, selalu membandingkan pakaian muslim dan muslimah dengan pakaian adat. Kata mereka "manakah yang lebih sesuai dengan budaya Indonesia" seraya membandingkan dua gambar orang muslimah memakai cadar serba hitam dengan wanita Jawa yang menggunakan pakaian adat Jawa dengan terlihat wajahnya yang cantik dan rambut yang disanggul rapi. Tetapi, bisa dikatakan hampir tidak pernah mereka membandingkan wanita bercadar itu dengan (mohon maaf) wanita asli Papua dengan pakaian adatnya. Mengapa? Silakan coba Anda bertanya sendiri kepada mereka.

Barangkali kita juga patut bertanya kepada mereka ini, mengapa polisi di Indonesia lebih mewajibkan helm daripada blangkon penutup kepala khas Jawa? Apakah karena alasan keamanan? Jika alasannya adalah karena faktor keamanan, maka demikian pula pakaian jilbab muslimah, baik yang bercadar atau tidak. Memang alasan pewajiban jilbab bukan karena faktor keamanan, tetapi setidaknya bisa dipahami bahwa wanita muslimah insya Allah lebih aman atau terlindungi bagi mereka jika memakai jilbab atau bercadar. Setidaknya melindungi mereka dari mata lelaki hidung belakang.

Kita juga patut bertanya kepada mereka, mengapa dalam kegiatan resmi kenegaraan, justru setelan jas yang justru digunakan? Bagaimana kalau misal kita katakan bahwa itu kebarat-baratan atau tidak sejalan dengan semangat melestarikan budaya? Mengapa tidak (misalnya), orang Bali diminta berpakaian adat Bali saat acara kenegaraan, baik pria maupun wanitanya; orang Papua diminta berpakaian adat Papua saat acara kenegaraan, baik pria maupun wanitanya? Mengapa tidak seperti itu saja? Silakan bertanya kepada mereka.

ISLAM MENJELASKAN BERBAGAI HAL DALAM KEHIDUPAN DUNIA

Dengan memahami realitas budaya di atas, sebagai seorang muslim harus bisa memandang setiap persoalan dari sudut pandang Islam. Memang begitulah kenyataan seharusnya. Inilah yang paling masuk akal dan sesuai dengan hakikat Islam yang mengatur seluruh aturan hidup manusia. Adalah hal yang aneh ketika seorang muslim memandang segala sesuatu dari sudut pandang selain Islam, karena Islam memang memerintahkannya. Dan perintah Islam memiliki konsekuensi di dunia dan akhirat. Inilah yang harus dipahami.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal manusia, dan menentramkan hati manusia. Islam mengakui berbagai potensi hidup manusia, mengakui kelebihan dan kekurangan manusia. Tetapi tidak sebatas mengakui saja kemudian membiarkan manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan dorongan-dorongan nalurinya. Namun Allah Swt. juga menjadikan Islam sebagai pengatur yang pas untuk manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan dorongan-dorongan nalurinya. Maka, Islam tetap memandang dan mengakui sebuah tradisi atau budaya sebagai hasil karya dan cipta manusia, selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Sebab, Islam adalah petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Hal itu tercermin dari firman Allah,

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS an-Nahl: 89)

Jadi, Al Quran adalah petunjuk. Maka, menjadikan Al Quran sebagai petunjuk hidup adalah kewajiban bagi seorang muslim. Al Quran inilah yang dijadikan standar untuk bisa menjadi filter atau penyaring bagi berbagai pemahaman, pemikiran (ide), yang berasal dari luar Islam, termasuk budaya atau tradisi yang berkembang.

Ayat di atas juga diakhiri dengan "kabar gembira bagi orang yang berserah diri". Siapa sebenarnya orang yang berserah diri? Yaitu orang yang telah menyerahkan seluruh urusan hidupnya kepada Islam, baik keyakinan maupun aturan-aturannya. Dan orang-orang yang berserah diri ini, kelak Allah akan memberikan kabar gembira, yaitu berupa surga. Bagaimana bisa dikatakan berserah diri jika seorang muslim masih saja dia mengikatkan diri pada aturan selain Islam? Bagaimana bisa? Jadi, menaati seluruh ajaran Islam, itu adalah sikap berserah diri. Tidak mau lagi mencari aturan, selain Islam.

APAPUN BUDAYANYA ISLAM ADALAH FILTERNYA

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa Islam telah menjadi filter terbaik dalam menyaring berbagai budaya dan produk peradaban manusia, sehingga menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Sejarah mencatat bahwa tradisi penyembahan terhadap benda-benda mati atau berhala, kemudian tradisi minum khamr, tradisi mengundi nasib, budaya berzina, dan juga budaya riba yang sering dilakukan masyarakat Quraisy pada masa dulu dihapuskan oleh Islam. Tetapi tradisi memuliakan tamu, menunjung tinggi kejujuran, serta menepati janji yang sering dilakukan orang Quraisy; justru dijunjung tinggi oleh Islam. Islam tidak menghapusnya.

Sebelum Islam datang, di masyarakat Quraisy terdapat empat tradisi perkawinan. Tradisi pertama, ikatan perkawinan yang mirip dengan ikatan perkawinan saat ini, yaitu seorang ayah yang mengawinkan anak gadisnya kepada seorang pria setelah menerima mahar yang disepakati bersama. Tradisi kedua, seorang suami memberikan istrinya yang baru saja selesai haid kepada lelaki lain agar berhubungan dengan istrinya itu dan membiarkan mereka tinggal bersama hingga hamil. Setelah hamil, jika suami pertama mau, istrinya boleh berkumpul lagi dengannya. Jika tidak, maka menjadi milik pria lain tersebut. Tradisi ketiga, beberapa orang laki-laki meniduri seorang perempuan. Jika mengandung dan melahirkan anak, ia akan menyerahkan anak tersebut kepada mereka dan bagi yang ditunjuk oleh si wanita tidak boleh mengingkari. Tradisi keempat, sekelompok lelaki berhubungan intim dengan seorang wanita. Wanita itu sebelumnya telah memasang tanda di depan rumahnya agar para pria mendatanginya. Jika wanita itu hamil dan melahirkan seorang bayi, maka semua lelaki yang menidurinya akan dikumpulkan dan seorang dukun akan menentukan siapa yang harus menjadi ayahnya. Setelah Islam datang, tradisi kedua, ketiga, dan keempat dihapuskan. Tradisi pertama dibiarkan. Ini menunjukkan bahwa Islamlah yang dijadikan filter untuk menerima atau menolak sebuah tradisi, adat kebiasaan, atau budaya. Lantas bagaimana jika budaya dan tradisi justru digunakan untuk menyaring ajaran Islam? Betapa zalim pemahaman semacam itu.

Karena itu, seorang muslim boleh-boleh saja memakai batik Jawa atau batik Kalimantan. Boleh pula kaum muslim memakai beskap dan blangkon dalam resepsi pernikahan Islami (yang tanpa ikhtilat). Tetapi wanita muslimah, tidak diperkenankan memakai kebaya Jawa yang mengumbar aurat. Wanita muslimah boleh-boleh saja memakai pernak pernik aksesoris atau perhiasan daerah pada saat menikah, tetapi harus tetap menutup aurat dan berjilbab, dan resepsi pernikahannya tidak mengandung ikhtilat. Pun demikian di daerah lain seperti Sunda, Betawi, Minang, Minahasa, bahkan di Indonesia Timur pun; kalau ada tradisi tentang pakaian, boleh untuk diambil. Tetapi syaratnya satu, yaitu menutup aurat, dan untuk wanita, jelas harus berjilbab. Mau pakai senjata dengan jenis apa pun, keris, tombak, pedang, golok, kujang, rencong, boleh saja, asal tidak mengandung unsur kesyirikan. Boleh pula memainkan permainan khas daerah, asal tidak melanggar batas-batas syariah, misalnya tidak boleh ada ikhtilat, juga tidak boleh ada unsur kesyirikan.

Jadi, sebenarnya Islam sudah mencukupi semua yang dibutuhkan manusia. Tidak perlu mengada-adakan lagi konsep-konsep yang kelihatannya ‘Islami’, tetapi justru menyimpang dari Islam. Islam telah memberikan pengaturan yang pas tentang budaya. Budaya sebagai hasil dari rasa, karsa, karya, cipta, dan cita manusia; boleh-boleh saja diambil seorang muslim selama tidak bertentangan dengan Islam.

ISLAM NUSANTARA TIDAK SESUAI FITRAH MANUSIA DAN AKAL SEHAT

Justru yang terjadi sebaliknya, konsep Islam Nusantara lebih mencerminkan ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia, dan jauh dari akal sehat. Islam Nusantara menjadikan tradisi atau budaya untuk menyaring ajaran agama Islam. Padahal, ada sekian banyak budaya di negeri ini yang justru mengandung kesyirikan. Padahal, Islam melarang kesyirikan dan Allah tidak mengampuni dosa syirik. Bagaimana ini? Contoh lagi. Dalam tradisi dan budaya berpakaian di negeri ini, banyak yang belum menutup aurat. Padahal, di dalam Islam ada kewajiban bagi setiap muslimah dewasa untuk berjilbab dan berkerudung. Ini bagaimana mempertemukannya? Katanya, Islam itu agama keselataman, selamat dari siksa neraka. Selamat dari siksa neraka itu tentunya kalau mentaati apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Lalu bagaimana dengan hal-hal yang begitu itu?

Kenyataan di atas, justru menunjukkan kesalahan dan penyimpangan dari ajaran Islam Nusantara. Ajaran ini jelas-jelas tidak sesuai dengan akal sehat. Bahkan, tidak sesuai dengan fitrah manusia. Manusia dari zaman Firaun sampai Justin Bieber, memiliki naluri untuk mengkultuskan sesuatu. Bagi umat Islam, mereka mengkultuskan Allah, Zat Yang Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Kuasa. Tidak ada kelemahan dalam diri Allah. Lantas, mengapa ketika umat Islam ingin menyembah Allah, meninggikan Allah, membesarkan Allah; lantas pada saat yang bersamaan umat Islam justru diminta untuk meninggalkan sebagian aturan-aturan yang berasal dari Allah? Jelas sekali bahwa konsep Islam Nusantara ini tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan.

KESIMPULAN

Sebenarnya, Allah telah mengakui bahwa manusia diciptakan secara berbeda, baik dari sisi ras, suku, budaya, atau bangsa. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…” (QS al-Hujurat 13)

Dalam ayat yang lain Allah juga menjelaskan,

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu…” (QS ar-Rum 22)

Namun, pengakuan Allah tidak sekadar semata-mata pengakuan. Tetapi Allah juga kembali menjelaskan, bahwa dari berbagai perbedaan budaya, bahasa, ras, suku, dan bangsa tersebut; yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang yang bertakwa. Dan itu dijelaskan dalam ayat yang sama dalam Surah al-Hujurat. Allah menyatakan,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu…” (QS. Al-Hujurat 13)

Dan apa takwa itu? Ingat kembali dalam pelajaran sekolah PPKn, di sana dijelaskan bahwa takwa adalah : mentaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Definisi takwa ini adalah definisi yang disepakati oleh para ulama dari berbagai zaman. Tanpa embel-embel ‘yang sesuai dengan budaya atau tradisi’.

Jadi, tak perlu Islam Nusantara untuk bisa menjaga budaya. Islam saja sudah cukup. Wallahu a’lam.

Penulis : Agus Trisa

COMMENTS

Name

afkar,5,agama bahai,1,Agraria,2,ahok,2,Analysis,50,aqidah,9,artikel,13,bedah buku,1,bencana,23,berita,49,berita terkini,228,Breaking News,8,Buletin al-Islam,13,Buletin kaffah,54,catatan,5,cek fakta,2,Corona,122,curang,1,Dakwah,42,demokrasi,52,Editorial,4,Ekonomi,186,fikrah,6,Fiqih,16,fokus,3,Geopolitik,7,gerakan,5,Hukum,90,ibroh,17,Ideologi,68,Indonesia,1,info HTI,10,informasi,1,inspirasi,32,Internasional,3,islam,192,Kapitalisme,23,keamanan,8,keluarga,50,Keluarga Ideologis,2,kesehatan,83,ketahanan,2,khi,1,Khilafah,289,khutbah jum'at,3,Kitab,3,klarifikasi,4,Komentar,76,komunisme,2,konspirasi,1,kontra opini,28,korupsi,40,Kriminal,1,Legal Opini,17,liberal,2,lockdown,24,luar negeri,47,mahasiswa,3,Medsos,5,migas,1,militer,1,Motivasi,3,muhasabah,17,Musibah,4,Muslimah,87,Nafsiyah,9,Nasihat,9,Nasional,2,Nasjo,12,ngaji,1,Opini,3555,opini islam,87,Opini Netizen,1,Opini Tokoh,102,ormas,4,Otomotif,1,Pandemi,4,parenting,4,Pemberdayaan,1,pemikiran,19,Pendidikan,112,Peradaban,1,Peristiwa,12,pertahanan,1,pertanian,2,politik,320,Politik Islam,14,Politik khilafah,1,propaganda,5,Ramadhan,5,Redaksi,3,remaja,7,Renungan,5,Review Buku,5,rohingya,1,Sains,3,santai sejenak,2,sejarah,70,Sekularisme,5,Sepiritual,1,skandal,3,Sorotan,1,sosial,66,Sosok,1,Surat Pembaca,1,syarah hadits,8,Syarah Kitab,1,Syari'ah,45,Tadabbur al-Qur’an,1,tahun baru,2,Tarikh,2,Tekhnologi,2,Teladan,7,timur tengah,32,tokoh,49,Tren Opini Channel,3,tsaqofah,6,tulisan,5,ulama,5,Ultimatum,7,video,1,
ltr
item
Tren Opini: SALAH KAPRAH MEMAHAMI BUDAYA
SALAH KAPRAH MEMAHAMI BUDAYA
konsep budaya islam
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhdu_LZDEl1fu77RI1-FvVxC7uepnMeO8qhUx-HvFrXJo6YwpWcaUB1_h8X-IgF3lO2VM1xW-TZWBFB32Lz4GCzsW9zrR9ZA_PH_iao7ZYIHEZu_vtu6YDjnnqBNR36cadBzr3UAhZ5ycVDYBKd1WwDN3BU9dL00tmN_3To_sULoB_KSl0Dy9-ef_fv=s16000
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhdu_LZDEl1fu77RI1-FvVxC7uepnMeO8qhUx-HvFrXJo6YwpWcaUB1_h8X-IgF3lO2VM1xW-TZWBFB32Lz4GCzsW9zrR9ZA_PH_iao7ZYIHEZu_vtu6YDjnnqBNR36cadBzr3UAhZ5ycVDYBKd1WwDN3BU9dL00tmN_3To_sULoB_KSl0Dy9-ef_fv=s72-c
Tren Opini
https://www.trenopini.com/2022/02/salah-kaprah-memahami-budaya.html
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/2022/02/salah-kaprah-memahami-budaya.html
true
6964008929711366424
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy