PTM PJJ Pendidikan
Penulis : Ayu Mela Yulianti, SPt. | Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik
Hari ini, PTM (pembelajaran tatap muka) 100 % Dibatalkan. Setelah sebelumnya PTM dilakukan secara terbatas 50%-50%. Pembelajaran kembali dilakukan secara jarak jauh (PJJ). Kecewa, namun apa daya, pilihan PJJ adalah pilihan yang dianggap paling aman untuk menghindari kemungkinan terjangkit wabah covid -19 varian baru bernama omicron.
Jauh sebelum keputusan PTM 100 % diambil, para ahli kesehatan telah memprediksi akan terjadi gelombang tiga serangan wabah, setelah sebelumnya tidak jadi melakukan PPKM level tiga saat menjelang natal dan tahun baru, sehingga penerbangan keluar negeri masif dilakukan. Alhasil, pulang ketanah air membawa oleh-oleh omicrom yang sedang tren diluar negeri. Pada akhirnya menyebar ditanah air yang berimbas pada dunia pendidikan. Pembelajaran kembali dilakukan secara daring/online.
Keputusan yang membuat tidak nyaman untuk sebagian kalangan di dunia pendidikan, namun tidak ada pilihan yang lebih baik daripada pembelajaran daring, untuk menjaga kemungkinan penyebaran virus yang semakin meluas. Namun seharusnya keputusan tersebut dibarengi dengan keseriusan pemerintah untuk menjaga mutu pendidikan dan mencegah terjadinya learning loss, akibat tidak adanya pembelajaran tatap muka yang pasti lebih efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dalam setiap mata pelajaran.
Keseriusan ini bisa terlihat dari kesiapan pemerintah dalam mempersiapkan pembelajaran jarak jauh dengan mempersiapkan berbagai macam faktor pendukung pembelajaran jarak jauh yang cukup efektif, seperti perangkat teknologi yang digunakan untuk PJJ, dan keamanan penggunaan perangkat teknologi saat melakukan PJJ dari segala sisi. Sehingga pembelajar tidak terganggu saat melakukan proses pembelajaran jarak jauh saat menggunakan perangkat teknologi. Aman dan terkendali.
Selain itu pula, pentingnya melakukan prioritas aktivitas untuk mencapai maksud pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dengan segera membersihkan negeri ini dari wabah, dengan menerapkan kebijakan yang pas dan pasti. Semisal pemberlakuan isolasi wilayah atau lockdown, sehingga wabah tidak menyebar luas dan bisa langsung diatasi dengan cepat.
Sehingga jika wabah bisa dapat cepat diatasi, pembelajaran pun dapat dilakukan normal kembali, anak-anak bisa sekolah tatap muka, bisa kembali bersosialisasi dengan teman-temannya, dan banyak hal yang bisa diperoleh sebagai ilmu dari pembelajaran tatap muka, lebih banyak dan lebih teraktualisasi dibandingkan pembelajaran jarak jauh, yang mengandalkan teknologi, yang kadang saat digunakan tidak berjalan mulus, kadang masalah jaringan, kadang masalah teknis lainnya, belum lagi ancaman radiasi terhadap kesehatan mata anak dan tidak menariknya proses pembelajaran yang menyebabkan anak cepat bosan dan tidak fokus saat belajar. Belum lagi keinginan anak untuk bermain, pasti akan lebih banyak mengganggu saat pembelajaran secara daring.
Karena itu harus ada kesungguhan, kesinambungan dan kesatuan langkah dari seluruh lembaga yang ada di pemerintahan untuk bersinergi menyelesaikan permasalahan wabah. Jangan sampai fokus penyelesaian wabah ini hanya dengan vaksinasi saja, tidak dibarengi dengan memutus dan menutup pintu masuk wabah kedalam negeri. Karena pada akhirnya proses vaksinasi pun tetap tidak efektif menghadapai varian baru covid -19,. Sebab kemampuan virus yang mudah sekali melakukan mutasi sehingga selalu timbul varian-varian baru.
Karena itu untuk menyelamatkan dunia pendidikan dari lost learning untuk para siswanya. Tidaklah bisa diatasi dengan hanya bersegera melakukan PTM 100 % dalam kondisi lingkungan masih ada dalam ancaman sebaran virus varian baru. Namun dengan menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat dulu, yaitu menyelesaikan masalah sebaran virus dengan berbagai variannya. Seiring dengan mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam dunia pendidikan untuk mengejar ketertinggalan pelajaran dan proses pembelajaran. Bukan dengan menawarkan kurikulum yang sifatnya pilihan. Sebab pendidikan adalah hak semua warga negara tanpa kecuali, karena itu perlu keseragaman dan kesamaaan dalam pelayanannya dalam segala aspek dalam segala sarana dan prasarana.
Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi manakala pemerintah benar-benar berikhtiar untuk menyehatkan lingkungan dan masyarakat dengan memutus rantai penyebaran virus dan memperbaiki konsep pendidikan ditengah masyarakat dengan memperbaiki sarana prasarana fasilitas dan semua aspek penunjang proses pendidikan baik saat PJJ maupun saat PTM.
Wallahualam.
COMMENTS