Benarkah Suara Pengeras Masjid Bikin Gaduh?

aturan adzan kemenag

Oleh: Hani Handayani, A.Md (Penggiat Literasi)

Ash-shalaatu was-salaamu’alaiyk
Yaa imaa mal mujaahidiin ya Rasulallah
Ash-shalaatu was-salaamu’alaaik
Yaa naashirat hudaa yaa khayra khalqillah
Ash-shalaatu was-salaamu’alaik

Masih ingatkah shalawat ini? Ya itu adalah sepenggal shalawat tarhim yang kerap terdengar di masjid-masjid maupun musholla menjelang waktu subuh atau magrib. Shalawat tarhim diputar oleh Takmir masjid bertujuan membangunkan umat muslim agar mempersiapkan diri untuk salat subuh atau magrib.

Namun, keberadaan pengeras suara masjid yang suka memutar sholawat tarhim atau azan akan ditertibkan oleh Kementerian Agama, dengan alasan upaya meningkatkan ketenteraman, ketertiban dan keharmonisan antara umat beragama.

Seperti diketahui Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumss mengeluarkan Surat Edaran terkait atau pengeras suara masjid. Peraturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama No. 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musholla.

Surat Edaran diterbitkan pada Tanggal 18 Februari 2022, dalam aturan tersebut dijelaskan, volume pengeras suara di masjid dan musholla maksimal 100 desibel. Kebijakan ini dimuat dalam poin 2C. Dalam Surat Edaran itu juga diatur bagaimana pembacaan Al-Qur’an atau shalawat /tarhim sebelum azan subuh hanya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 menit.

Begitu pun pelaksanaan salat subuh, zikir, doa dan kuliah subuh hanya boleh menggunakan pengeras suara dalam masjid. Lalu, untuk pelaksanaan sebelum salat azan Dzuhur, Asar, Magrib, Isya dan salat Jumat pembaca Al Qur’an atau shalawat/tarhim bisa menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 5 menit, tetapi setelah azan dikumandangkan maka pengeras suara dalam yang digunakan.

Sejarah Suara Azan

Sahabat Rasulullah, Bilal bin Rabah adalah orang pertama kali mengumandangkan azan. Saat itu kaum Muslim di Madinah berkumpul mereka memperkirakan waktu alat, tetapi tidak ada seorang pun yang menyerukan salat. Oleh karena itu, pada suatu hari mereka membicarakannya. Sebagian di antara mereka berkata “gunakankah lonceng seperti orang-orang Nasrani” sebagian lain berkata “ gunakanlah trompet seperti orang Yahudi” lalu Umar berkata “ mengapa kalian tidak menyerukan seseorang untuk melakukan salat?” kemudian Rasulullah Saw., bersabda “ hai Bilal berdiri dan serukanlah panggilan salat” (HR. Al- Bukhari, Muslim, at- Tirmidzi dan an-Nasa’i).

Di Indonesia sendiri kumandang azan mulai menggunakan pengeras suara sejak tahun 1939, dikuti dari histori.id (11/4/2018), Masjid Agung Surakarta adalah masjid pertama yang dilengkapi pengeras suara, tulis Kees Van Dijk dalam “ Perubahan Kontur Masjid yang Termuat Dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini Arsitektur Indonesia”. Van Dijk mengutip Studien Over de geschiedenis Van de Islam karya Pijper.

Setelah memasuki zaman kemerdekaan pengeras suara di masjid mulai marak. Namun, di era Tahun 1970-an mulai terjadi perdebatan penggunaan pengeras suara. Dimana saat itu sebuah masjid di Kebun Jeruk, Jakarta justru mengharamkan penggunaan pengeras suara . Hal ini menurut koordinator Dakwah Islam A.M Fatwa saat itu mengatakan karena pengeras suara tidak ada pada zaman Nabi.

Keutamaan Azan

“Apabila diserukan azan untuk salat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan kentut hingga tidak mendengar azan Bilal Muadzin selesai mengumandangkan azan ia datang hingga ketika diserukan iqomat ia berlalu lagi”. (HR Bukhari No. 608 dan Muslim No.1267)

Kata azan secara bahasa al- i’lami yang berarti pengumuman atau pemberitahuan. Sedangkan secara syar’i azan merupakan pemberitahuan masuknya waktu salat dengan lafaz-lafaz yang khusus, (Al Mughni, 2:53, Kitab shalat, bab adzan, dinukil dari Taisini Allam, 78)

Pada hakikatnya azan merupakan panggilan Allah Swt., untuk menunaikan kewajiban ibadah salat di masjid. Oleh karena itu, azan sesuatu yang harus dianggungkan bukan malah dianalogikan seperti gonggong anjing. Kalimat-kalimat yang ada di dalam azan adalah kalimat mulia. Jangan menganalogikan antara yang suci, baik dengan najis mughallazah. Maka bila ada seorang muslim yang merendahkan suara azan maka seyogianya beristighfar, bertaubat dan mempelajari Islam lebih baik lagi agar tidak tenggelam dalam kesalahan.

Kebijakan Tepat

Bila pemangku kekuasaan saat ini memahami bahwa persoalan utama negeri ini bukanlah suara pengeras masjid, tetapi bagaimana umat Islam dibuat paham bahwa ketika suara azan berkumandang segera melaksanakan salat. Tidak membiarkan umat Islam di negeri ini lalai dalam menunaikan kewajiban salatnya.

Maka negara wajib membuat peraturan yang tegas bagi yang tidak menunaikan salat bukan hanya mengatur pengeras suara masjid saja. Fakta saat ini sekeras apa pun panggilan azan dari masjid tetap membuat jamaah salat wajib di masjid tidak penuh kecuali di hari Jumat atau salat di hari raya. Maka seharusnya ini yang menjadi PR pemerintah membuat kebijakan agar masjid kembali ramai.

Menyoal kegaduhan suara pengeras masjid maka pemerintah bisa memberi fasilitas dengan memberikan bimbingan kepada para Takmir agar bisa melantunkan suara azan yang enak di dengar. Begitu pun pengeras suara masjid seharusnya pemerintah bisa memfasilitasi peralatan yang sesuai standar agar lebih enak didengar.

Tapi sayang, saat ini permasalahan umat Islam adalah berhadapan dengan penguasa yang fobia terhadap Islam. Hal ini cukup banyak bukti dari berbagai kebijakan yang kontra dengan umat Islam. Bahkan volume azan pun diatur oleh penguasa saat ini.

Maka wajar bila saat ini umat merindukah penguasa yang bisa mengayomi dan memberikan perlindungan terbaik bagi umat Islam. Semua itu hanya akan terwujud saat pemerintah melaksanakan hukum sistem Islam secara sempurna.

Wallahu a’lam