kurikulum berubah
Oleh : Leni Fuji Astuti
Akhir-akhir ini kemendikbud Ristek, Nadiem Makarim menawarkan kurikulum prototipe sebagai kurikulum yang akan disandingkan dengan kurikulum 13. Kurikulum prototipe ditawarkan sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi kehilangan pembelajaran atau learning loss dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional. Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda dalam kesempatan "Lokakarya Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran", di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (27/12/2021) menyatakan dukungannya atas kurikulum prototipe ini. Syaiful Huda menilai, kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe merupakan adaptasi dan inovasi yang diperlukan agar dapat bertahan di tengah perkembangan zaman, di mana salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.
“Sehingga mau tidak mau kita harus gunakan pembaruan-pembaruan. Ini adalah bagian dari risiko langkah terobosan yang harus cepat-cepat kita ambil jika tidak, kita akan tertinggal,” ujar Syaiful Huda memberi penekanan. Kurikulum 2013 menurutnya adalah kurikulum yang padat konten dan bermuatan sangat banyak.
“Dalam dunia disrupsi, jika kurikulum banyak konten dan muatannya, kita tidak bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendalami sesuatu dari kecenderungan bakat mereka. Padahal kita sedang menciptakan generasi yang kompeten,” tegasnya. Dengan kurikulum prototipe, dimungkinkan ruang improvisasi guru diperlebar sehingga guru dapat mengakselerasi dan mencari model terbaik dalam pembelajaran.
“Kurilulum Prototipe ingin mengurangi konten. Hal ini supaya anak-anak lebih memahami tentang suatu hal lebih detil,” jelasnya. Ia menambahkan, sebagai mitra strategis Komisi X DPR RI mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan Kemendikbudristek, khususnya dalam penanganan dampak pandemi, dilansir dari kompas.com, (20/12/2021).
Permasalahan bergantinya kurikulum pendidikan tidak berkesudahan, bahkan dari tahun 1945 - 2021 di Indonesia sudah 10 kali ganti kurikulum. Mirisnya, beberapa kali ganti kurikulum ternyata tidak membuahkan hasil yang bermutu, kesenjangan pendidikan di kota dan di pelosok masih dirasakan.
Bagi mereka yang mempunyai uang dan gadget yang canggih tentu bisa mengakses pelajaran dengan mudah, namun bagi keluarga yang pendapatan ekonominya rendah, pastinya akan sulit mengaksesnya. Pemerintah memang memberikan kuota belajar secara gratis namun pemberiannya tidak merata, sehingga tidak menjadi solusi yang efektif.
Dalam sistem kapitalisme, pendidikan dikomersilkan, untuk mendapatkan pendidikan terbaik harus merogoh kocek yang fantastik. Kalaupun gratis pendidikan yang didapat sangat minim. Begitulah sistem kapitalisme, yang menjadi orientasinya adalah meraih keuntungan materi tanpa memperhatikan kemaslahatan. Peran negara dalam pendidikan pun begitu minim.
Sistem Islam menjamin pendidikan secara gratis tanpa biaya sedikitpun. Orang kaya atau pun miskin bisa mendapatkan pendidikan yang sama, status sosial tidak menjadi pembeda dalam hal pendidikan. Sejarah mencatat peradaban islam mampu menyejahterakan guru dan murid. Guru digaji dengan bayaran tinggi dan sebagian murid mendapatkan uang saku, bahkan penulis pun dihadiahkan emas seberat buku yang ditulisnya. Para ilmuwan banyak berasal dari orang- orang Islam.
Kurikulum dalam Islam berasaskan akidah islam yang bertujuan untuk membentuk kepribadian islam dan pola fikir Islam. Pendidikan Islam mampu mencetak individu yang bertakwa dan berakhlak mulia, mampu menguasai sains dan teknologi. Hanya dengan diterapkan sistem Islam, pendidikan yang bermutu dapat dirasakan.
Wallahu a'lam bishawab.
COMMENTS