nakes covid 20
Oleh : Nur Rahmawati
Kasus positif Covid-19 kembali melonjak per Juni 2021. Ditengarai lonjakan terjadi akibat varian baru yakni varian Delta yang masuk melalui WNA India awal Mei 2021. Di tengah lonjakan kasus tersebut, sebanyak 336 tenaga kesehata di kota Bogor terpapar virus Covid-19. Bahkan, delapan fasilitas kesehatan (fakes) terpaksa ditutup. Pada saat yang sama, keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di ruangan perawat dan ICU di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 kota Bogor telah mencapai 81,6 persen. “Sekarang ini nakes yang terpapar 336 orang, dan ini kasus terkonfirmasi minggu ini sebesar 78 persen,” ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya. (Liputat6.com, 27/6/2021)
Banyaknya pasien yang harus mendapatkan penanganan, menyebabkan pihak rumah sakit kewalahan. Alhasil, dalam kondisi demikian wajar saja jika daya tahan tubuh nakes melemah sehingga lebih mudah terpapar virus Covid-19. Selain itu, faktor lain tertularnya virus tersebut salah satunya dari pasien yang memeriksakan dirinya ke rumah sakit dengan gejala lain dan tidak menunjukkan gejala klinis Covid-19.
Mortality rate nakes selama pandemi terus bertambah. Sementara, wabah ini belum bisa diperkirakan kapan berakhirnya. Adapun solusi pemerintah untuk menekan penyebaran virus dengan menerapkan PPKM, nyatanya tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, di sisi lain rakyat kecil yang justru begitu terdampak atas kebijakan ini. Tak heran, jika ada satire “mati bukan karena Corona, tapi mati karena kelaparan.”
Saat pemerintah sibuk dengan membatasi aktivitas masyarakat dengan kebijakan PPKM-nya, tetapi di sisi lain sejumlah TKA China memasuki Indonesia dengan alasan pekerjaan. Ibarat mengurusi anak orang lain, tetapi anak sendiri dibiarkan kelaparan. Bukankah awal mula varian Delta masuk ke Indonesia karena pemerintah membuka akses WN India masuk ke Indonesia? Tidakkah pemerintah belajar dari kesalahan sebelumnya.
Dengan kebijakan penguasa yang tetap membiarkan TKA masuk. Tentu saja ini akan melukai hati rakyat Indonesia. Menurut mereka pemerintah tidak konsisten dengan kebijakan yang mereka buat sehingga membuat kepercayaan publik terhadap pemerintah hilang. Ketika rakyat sudah tidak percaya dengan pemerintah, maka kebijakan apapun, bahkan jika benar sekalipun sulit bagi rakyat untuk percaya.
Upaya menggenjot vaksinasi, PPKM akhirnya jadi kebijakan yang kontraproduktif ketika pemerintah masih tebang pilih dalam menerapkan kebijakan. Sudah jutaan nyawa hilang akibat ganasnya Covid-19. Padahal di dalam Islam, hilangnya satu nyawa lebih berharga dibanding dunia dan seisinya. Akibat kegagapan pemerintah sejak awal dalam menangani pandemi, jutaan nyawa seolah sia-sia. Lantas, tidak takutkah pemimpin negeri ini mempertanggungjawabkannya kelak? “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas dibumi tanpa (Mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih”( terjemah QS Asy-Syura: 42)
Lockdown, Solusi Tuntas Pandemi
Wabah bagi kaum muslim merupakan bagian qadha yang harus diterima dengan ikhlas sembari berikhtiar untuk mengatasinya. Dan ini bisa jadi azab atau sebaliknya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Aisyah ra., bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang wabah (tha'un), maka Rasulullah saw. mengabarkan kepadaku: "Bahwasannya wabah (tha'un) itu adalah azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha'un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid" (HR Bukhari).
Islam telah mengajarkan bagaimana sikap kita dalam menghadapi wabah, baik skala individu maupun skala negara. Secara skala negara, Rasulullah telah memberikan contoh konkret dengan mengunci wilayah (lockdown) yang terkena virus supaya virus tidak menyebar ke daerah lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu keluar darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Jika Islam begitu mementingkan satu nyawa manusia dibanding aspek ekonomi, lantas kenapa kita masih mempertahankan sistem yang justru malah membiarkan nyawa manusia mati sia-sia? Sudah saatnya, Islam jadi pilihan. Menjawab berbagai problematika manusia secara paripurna.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
COMMENTS