partai politik islam ideologis
Oleh: Lussy Deshanti Wulandari (Pegiat Literasi)
Akhir-akhir ini, media diramaikan dengan berita kisruh salah satu partai politik (parpol) di tanah air. Kisruh internal parpol ini kian memanas pasca Kongres Luar Biasa di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara. Diawali dengan saling klaim kepemimpinan hingga kini berujung saling lapor. Konflik internal di partai ini menimbulkan dualisme kepemimpinan.
Kisruh internal parpol bukanlah hal yang baru terjadi dalam sejarah Indonesia. Sejak era presiden ke enam hingga kini, banyak internal partai terbelah. Misalnya kemelut yang melanda partai-partai lama sisa Orde Baru seperti PPP dan Golkar, maupun sejumlah partai baru yang memperoleh suara kecil.
Dalam sistem sekarang, perpecahan dalam parpol ayal terjadi. Secara umum, kisruh di tubuh suatu partai politik terjadi karena lemahnya landasan pembentukan partai itu sendiri. Menurut Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Pembentukan Partai Politik, dikemukakan bahwa kuat lemahnya suatu partai politik, ditentukan oleh 4 faktor pembentukannya.
Pertama, kekuatan pemikiran yang melandasi partai itu ada. Dalam sistem demokrasi seperti saat ini, partai yang terbentuk mengadopsi pemikiran yang lahir dari sistemnya. Sistem ciptaan manusia yang meniscayakan segala sesuatu kepada akal manusia yang lemah dan terbatas. Sehingga hasil pemikiran itu lemah dan bisa menimbulkan perselisihan.
Kedua, metode yang digunakan partai tersebut untuk mencapai tujuan. Dalam sistem demokrasi, kekuasaan dan kedaulatan ada di tangan rakyat. Untuk mencapai kekuasaan, cara apapun dilakukan agar mendapat dukungan rakyat. Saat pesta demokrasi tiba, partai-partai yang ada berebut menarik simpati dan suara rakyat. Iming-iming janji, bantuan sosial, atau suap pun dijabani. Mirisnya, pasca rakyat memilihnya, mereka lupa janji dan mengutamakan kepentingan diri dan partainya. Sedangkan kepentingan rakyat diabaikan.
Ketiga, orang-orang yang tergabung di dalamnya. Apakah memiliki visi dan misi yang sama untuk mencapai tujuan? Ikhlas dalam menjalankan tugas dan perannya? Ataukah hanya demi ambisi kekuasaan?
Keempat, ikatan yang mengikat orang-orang dalam partai tersebut. Apakah ikatan kepentingan atau nasionalisme? Kedua ikatan tersebut bersifat temporal. Jika ikatan kepentingan saja yang melandasi, rentan hilang apalagi sudah tidak ada kesamaan kepentingan lagi. Partai bisa bubar atau terpecah. Sedang ikatan nasionalisme, hanya akan muncul jika ada ancaman saja.
Dampak kisruh parpol
Pecahnya perkongsian di tubuh partai politik akan membawa efek negatif terhadap partai itu sendiri. Jika hal ini dibiarkan, akan mengakibatkan terpecahnya partai menjadi dua atau lebih banyak lagi. Ini karena anggotanya sudah tak memiliki kesamaan visi, misi, dan tujuan lagi.
Bukan itu saja, kisruh di tubuh partai juga akan merugikan rakyat. Parpol yang seharusnya menjalankan perannya sebagai perantara rakyat dengan pemerintah dalam menyalurkan aspirasi misalnya, disibukkan dengan konflik internal yang tak kunjung selesai. Saling berebut kepemimpinan. Akhirnya, peran parpol sejatinya teralihkan, bukan untuk kepentingan rakyat lagi.
Peran parpol
Hakikatnya aktivitas partai politik adalah untuk melakukan dakwah amar makruf nahi munkar. Dalam konteks sistem pemerintahan, fungsi dan peranan parpol ini adalah untuk melakukan muhasabah (kritik) atas kebijakan pemerintah agar tidak membuat kebijakan yang dapat menyengsarakan rakyat. Parpol ada demi kepentingan rakyat. Bukan butuh rakyat karena suaranya saja. Setelah itu, rakyat ditinggalkan.
Saat ini, rakyat membutuhkan partai yang memahami betul perannya. Siap membantu dan mengingatkan rakyat dalam beramar makruf nahi munkar. Berani mengkritik kebijakan yang menzalimi rakyat. Berada di garda terdepan dalam membela kepentingan rakyat. Juga ikhlas berjuang untuk memperbaiki kondisi rakyat.
Parpol ideal
Partai ideal akan terbentuk apabila landasan pembentukan partainya benar. Pertama, pemikiran yang menjadi landasan partai dibangun dari aqidah Islam. Landasan pemikiran terkuat karena berasal dari Allah Swt., yang paling memahami fitrah manusia dan paling mengetahui yang terbaik untuk manusia. Allah Swt. berfirman, yang artinya:
" Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah hanyalah Islam.” [terjemah QS. Ali Imran: 19]
Kedua, metode untuk mewujudkan pemikiran, bukan akal-akalan manusia. Allah Swt. memerintahkan untuk meneladani metode dakwah Rasulullah Saw. dalam membangun pergerakan. Sebagaimana firman-Nya,yang artinya
" Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yakni) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah." [terjemah QS. Al-Ahzaab :21].
Ketiga, orang-orang yang tergabung di dalam partai adalah orang yang ikhlas. Mereka memiliki visi, misi dan tujuan yang sama. Saling menguatkan satu sama lain. Berjuang hanya mengharap rida Allah Swt bukan karena ambisi.
Keempat, ikatan yang menyatukan anggota partai adalah ikatan aqidah. Ikatan paling kuat dan permanen. Dengan ikatan ini, anggota satu sama lain solid (menyatu). Perpecahan di dalam partai bisa dihindarkan karena bukan kepentingan yang melandasinya.
Jika keempat faktor ini ada dalam sebuah partai, niscaya partai akan kuat dan bertanggung jawab dalam menjalankan perannya. Inilah partai politik ideologis yang dibutuhkan rakyat saat ini. Wallahu'alam bi ash-showab.
COMMENTS