Oligarki Demokrasi
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim, dalam salah satu pengajiannya menguliti demokrasi. Sederhana saja basis argumentasinya.
Yakni, setiap yang diyakini apalagi dibela dan diperjuangkan itu wajib ada. Diantara unsur penting iman, itu yang diimani wajib ada.
Keimanan kepada Allah SWT, karena Allah SWT wajibul wujud. Allah SWT ada dan wajib ada. Begitu juga iman kepada Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat, Qadla dan Qadar, itu semua ada. Dasarnya dalil, baik dalil Aqli maupun dalil Naqli.
Demokrasi dibela memangnya di akhirat ada ? Tidak ada. Jangankan di akhirat, didunia saja demokrasi itu tidak ada.
Demokrasi hanya jargon politik yang menipu, yang mengklaim pemerintahan dari dan oleh rakyat. Sistem politik yang menipu, yang menyebut kedaulatan ada ditangan rakyat.
Secara fakta, realitanya yang berkuasa dalam demokrasi itu oligarki bukan rakyat. Oligarki Kapitalis bersekutu dengan partai politik, merekalah yang berkuasa.
Kedaulatan juga bukan ditangan rakyat, tetapi ditangan partai politik dan para kapitalis. Buktinya, saat rakyat mayoritas menolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja, demokrasi justru tunduk pada kedaulatan kapital dan partai politik.
Apalagi di akhirat, jelas tak ada makhluk yang namanya demokrasi. Kelak, orang yang berjuang mati-matian untuk demokrasi juga tertipu, sebagaimana didunia demokrasi telah banyak menipu. Tak ada amal yang tercatat, jika dinisbatkan untuk membela atau diniatkan demi dan atas nama Demokrasi.
Kasihan sekali, jika ada Umat Islam yang memiliki akidah Islam masih mengikuti jalan demokrasi. Demokrasi adalah jalan yang diciptakan Yahudi untuk menguasai umat Islam. Demokrasi adalah 'lubang biawak' yang digunakan untuk menjebak Umat Islam.
Seorang pengemban demokrasi, ketika mati tak akan bisa meminta syafa'at dari Demokrasi. bagaimana memberi syafa'at, lha wong wujudnya tidak ada ?
Membela Allah SWT, membela agamanya, jelas akan diberi syafa'at diakhirat. Berjuang untuk Islam, menegakkan Hukum Nya, pasti akan mendapatkan syafa'at. Membela Risalah Rasulullah SAW, membela as Sunnah, pasti akan mendapatkan syafa'at dari Rasulullah SAW.
Kalau demokrasi tak mampu dan tak bisa memberi syafaat, baik di akhirat juga ketika di dunia, lantas kenapa masih membela Demokrasi ? Bukankah sebaiknya segera melemparkan demokrasi, dan beralih Fokus membela syariat Allah SWT ? [].
COMMENTS