Sejarah tentang Khilafah di negeri ini, juga tak lepas dari sejarah agama Islam di Nusantara. masyarakat Nusantara, mustahil mengenal dan memeluk agama Islam, tanpa adanya aktivitas dakwah yang diemban oleh Khilafah.
Oleh : Ahmad Khozinudin | Sastrawan Politik
Sejarah, adalah kumpulan fakta di masa lampau. Jika di nisbatkan pada Rasulullah SAW, maka statusnya menjadi shiroh yang berkedudukan sama dengan hadits.
Maksudnya, sejarah perjuangan Rasulullah SAW, dalam menjalankan aktivitas dakwah, hingga mampu menegakkan Kekuasaan Islam wajib diikuti oleh kaum muslimin. Sebab status sejarah Rasulullah adalah af'al Rasulullah SAW, sementara af'al Rasulullah SAW berkedudukan sebagai hadits, sumber hukum umat Islam setelah Al Qur'an.
Sejarah adalah kumpulan fakta di masa lampau, dimana para periwayat atau penulis sejarah, atau fakta peninggalan sejarah, hanya menggambarkan sebagian peristiwa penting dari banyaknya peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Contohnya, sejarah yang ada dalam Al Qur'an yang mengisahkan tentang Nabi Yusuf AS dengan ayahnya Yaqub AS. Didalam kisahnya, tak digambarkan bagaimana peran dan kedudukan istri Yaqub AS yang tak lain ibu Yusuf AS. Al Qur'an lebih Fokus menceritakan tentang Yusuf AS dan Yaqub AS, beserta saudara saudara Yusuf AS.
Menceritakan sejarah, atau menuliskan sejarah, itu sangat terkait erat dengan siapa yang menceritakan atau menuliskannya. Apa motif penulisannya.
Pasca Indonesia merdeka, sejarah bangsa ini didominasi kisah dari peran kaum nasionalis pra hingga pasca merdeka. Fakta lampau, bukan berarti tidak ada peran Islam dan para tokohnya, namun Penulis sejarah memiliki persepektif sekuler sehingga hanya menceritakan kisah heroik kaum Nasionalis dan memposisikan tokohnya sebagai Pejuang, ketimbang tokoh tokoh Islam.
Penyematan Bapak Pendidikan kepada Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa, jelas memiliki motif ingin menjauhkan sejarah dan peran tokoh pergerakan Islam dalam dunia pendidikan. Semestinya, KH Ahmad Dahlan lebih memilih andil dalam dunia pendidikan di Indonesia, baik pra kemerdekaan hingga saat ini.
Lembaga Pendidikan Muhammadiyah masih eksis dan banyak memberikan manfaat bagi bangsa, sementara Taman Siswa bentukan Ki Hajar Dewantara tak jelas kabarnya.
Sejarah tentang Khilafah di negeri ini, juga tak lepas dari sejarah agama Islam di Nusantara. masyarakat Nusantara, mustahil mengenal dan memeluk agama Islam, tanpa adanya aktivitas dakwah yang diemban oleh Khilafah.
Jatuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 direspons umat Islam Hindia Belanda (Nusantara) dengan mengadakan Kongres al-Islam Luar Biasa. Namun pada perkembangan selanjutnya, jatuhnya Turki Utsmani justru menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam Hindia Belanda, baik antara golongan pembaharu dengan golongan tradisional dan antara sesama golongan pembaharu. Perpecahan antar umat Islam ini secara umum dilatarbelakangi dari adanya tarik ulur kepentingan dalam merespon jatuhnya Turki Utsmani.
Selanjutnya dibentuklah Komite (atau Komisi) Hejaz , (Komite atau Komisi Hijaz ) yang dibentuk oleh beberapa Ulama Indonesia atas persetujuan Hasyim Asy'ari . Anggota Komite terdiri dari Wahab Habullah (penasihat), Mashuri (penasihat), Khalil (penasihat), Hasan Gipo (ketua), Hasan Syamil (Wakil Ketua), Muhammad Shadiq (Sekretaris), dan Abdul Halim (Asisten).
Pada tahun 1926 Komite Hijaz dibentuk untuk mengirim delegasi ke Arab Saudi merespons keruntuhan Khilafah. Pada awalnya, komite ini meminta penguasa Arab Saudi untuk menggantikan kekhilafahan Turki yang telah runtuh, dan mengambil tanggung jawab sebagai Amirul Mukminin, pelindung seluruh kaum muslimin. Namun penguasa Saudi menolaknya.
Komite ini juga membahas hal teknis terkait penyelenggaraan haji, yang pasca runtuhnya Khilafah menyebabkan otoritas mekkah tak lagi dibawah kendali Khilafah. Adanya kekhawatiran penguasaan Ka'bah oleh Mahzab yang berkuasa di Mekkah dibawah naungan Bani Sa'ud penguasa Mekkah menyulitkan pelaksanaan ibadah haji. Hal ini menyebabkan Komite Hijaz datang agar kaum muslimin Hindia Belanda (Nusantara) yang mayoritas mahzab Syafi'i tetap dapat menjalani Ibadah haji ke Mekkah, dibawah otoritas kerajaan Saudi, yang juga membelot memisahkan diri dari kekuasaan Khilafah.
Komite Hijaz ini adalah cikal bakal lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama. Sebuah Ormas ahlussunah wal jama'ah yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari.
Khilafah memang lekat dengan Nusantara, sebagaimana Islam yang tak mungkin terpisahkan dari sejarah Nusantara. Khilafah, memiliki peran penting baik saat dakwah menerangi Nusantara, hingga perjuangan Nusantara untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Justru demokrasi adalah Sistem warisan penjajah, yang merusak Nusantara sejak sebelum hingga pasca merdeka. Saat ini, hukum Allah SWT terhalang untuk diterapkan, karena demokrasi sekuler menerapkan hukum buatan manusia.
Sekali lagi, Jas merah. Jangan lupakan Khilafah. Anda bisa memeluk Islam, juga atas peran Khilafah. Karena itu, bersyukurlah kepada Allah SWT atas agama Islam yang anda anut, dengan ketaatan kepada Allah SWT, dengan berjuang mengembalikan hukum Allah SWT, dengan menegakkan kembali Daulah Khilafah. [].
COMMENTS