Covid-19
Oleh: Liza Burhan
Dalam Quran Surat Ar-Ruum Ayat 41 Allah berfirman:
“Dhzaharal fasaadu fil barri wal baḥri bimaa kasabat aidin naasi liyudziiqahum ba'ḍalladzii 'amilụ la'allahum yarji'ụn"
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar.
Penggalan ayat di atas sungguh sangat relevan jika hubungkan dengan masa pandemi Corona yang hingga detik ini belum mampu dihentikan, bisa jadi bencana wabah ini merupakan teguran sekaligus mengusung pesan dari Allah untuk kita manusia sebagai hamba Allah yang sudah banyak tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama-Nya. Sebagai manusia yang dibekali akal maka hendaknya kita mampu merenungkan bahwasanya sesungguhnya Allah ingin memberikan suatu pesan kepada manusia melalui pandemik virus Corona ini yang telah menyerang negara-negara di dunia secara global.
Secara Ideologis sejatinya ada dua golongan yang Allah ingin tuju akan sebuah peringatan atau pesan yang Allah peringatkan melalui serangan makhluk kecil Corona ini.
Yang PERTAMA, untuk golongan orang kafir.
Ditinjau dari definisinya, orang kafir adalah mereka yang tidak mengimani Allah dan Rasul-Nya. Ada 2 kelompok orang kafir, yaitu:
(1) Kelompok yang pertama adalah penguasanya. Dalam hal ini yang dimaksud penguasanya tentu saja penguasa kafir harbi dalam pandangan perspektif Islam, yang selama ini begitu angkuh dan sombong terhadap kekuasaannya, cenderung menampakkan kebenciannya terhadap Islam, kerap mendzalimi dan memerangi kaum muslimin yang berada dalam negara kekuasaannya. Mereka yang seakan selama ingin mengatakan kepada dunia, “kamilah penguasa dunia" baik itu Amerika, China, maupun para penguasa Uni Eropa lainnya.
Mereka begitu pongah dan jumawa saat di dunia tidak ada satupun yang mampu menghentikan penjajahan dan berbagai kedzaliman yang mereka lakukan di negeri-negeri kaum muslim maupun penindasan terhadap kaum muslimin di negaranya, baik di Uyghur, Rohingya, Kashmir, dan lainnya. Namun lihatlah pada saat ini ternyata keangkuhan mereka itu harus kalah dan takhluk oleh serangan sebuah makhluk kecil berbentuk virus dan hingga saat ini pula mereka tidak ada yang mampu untuk menghentikannya.
Serangan virus kecil yang bernama Corona ini kian ganas dan mampu memporak-porandakan tatanan sistem ekonomi, bernegara, maupun kehidupan di negara-negara mereka. Seakan makhluk kecil ini ingin berkata “kalian tidak ada apa-apanya!”. Setiap hari ribuan mayat-mayat bergelimpangan dan telah mencapai puluhan ribu jumlahnya. Tekhnologi canggih maupun peralatan kesehatan yang bermutu tinggi yang mereka miliki sungguh tidak mampu menghentikan kuasa Allah melalui serangan Corona ini.
(2) Kelompok yang kedua yaitu masyarakatnya yang berada di negeri-negeri kaum kafir. Sudah saatnya mereka untuk sadar dan mampu melihat bahwa dengan adanya musibah pandemi yang sangat menimbulkan ketakutan ini, akan sebuah kegagalan para pemimpin yang ada di negara mereka yang cenderung tidak begitu perduli terhadap keselamatan dan nyawa rakyatnya, karena yang terjadi justru mereka terkesan mentelantarkan rakyatnya, dengan besarnya jumlah pajak yang diberlakukan pada umumnya di negara-negara Kapitalis terhadap rakyatnya ternyata tidak mampu digunakan untuk menyediakan jaminan keamanan bagi rakyat dari serangan wabah, para pemimpin di dunia sebagian besar hanya memikirkan dampak materi serta tentang bisnis dan keuntungan semata.
Inilah sesungguhnya buah dari sebuah peradaban kapitalisme yang berasal dari barat dan mereka sebarkan ke seluruh dunia. Karena sistem kapitalisme inilah melahirkan para pemimpin yang hanya memikirkan tentang untung dan rugi dari segi materi semata. Seharusnya keadaan ini mampu membuka pikiran, sampai kapan keadaan ini akan terus dipertahankan?
Di sisi lain para penduduk negara-negara kafir harbi yang saat ini sudah tidak berdaya dalam menghadapi ganasnya wabah ini, dengan penuh harap mereka menyerukan
kepada orang muslim agar mendoakan kepada tuhan kaum muslimin (Allah SWT) untuk menghentikan virus ini. Sejatinya itulah kebenaran yang tidak bisa disembunyikan, pada hakikatnya sungguh mereka begitu tampak lemah dan tidak mempunyai kekuatan apa-apa, akankah ini merupakan pertanda bahwa keruntuhan kapitalisme telah mampu dirasakan dan dilihat secara nyata di negeri-negeri kafir tersebut?
Yang KEDUA, golongan muslimin. Pesan Allah lewat wabah ini juga ditujukan pula untuk kalangan yang kedua yaitu kalangan orang muslim. Golongan muslimin ada dua kelompok:
(1) Kelompok yang pertama, orang muslim yang abai dan lalai, yaitu mereka yang senantiasa menjadi pendukung rezim Kapitalis yang bercokol di negeri-negeri muslim, anti terhadap dakwah syariah Islam dan melakukan berbagai persekusi terhadap para aktivis dakwah dan para ulama. Bahkan mereka dengan sangat mudah menjual agama dan akidahnya hanya untuk recehan kepentingan dunia dan selalu berusaha memusuhi perjuangan penegakan sistem Islam Khilafah ala minhajin nubuwwah.
Sesungguhnya carut marut yang terjadi saat ini adalah buah dari ditinggalkannya syariah Islam. Mereka orang-orang yang tidak mau taat kepada petunjuk Allah rasul-nya dalam menghadapi wabah, dan merekapun enggan bercermin dari kebijakan seorang pemimpin di masa Islam, sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab yang telah memberikan contoh dan teladan bagaimana langkah dan kebijakannya yang tanggap dan sigap dalam menghadapi bencana Wabah, yang ada adalah mereka justru sibuk memikirkan tentang keuntungan dan kerugian materi, sekalipun nyawa rakyat dan para tenaga medis sudah berada di ujung tanduk , mereka seakan hilang hati dan akalnya.
(2) Kelompok yang kedua, yaitu kelompok muslimin yang taat dan senantiasa berjuang di jalan Allah. Taat dalam arti bertaqwa terhadap aturan dan syariat Islam. Menjadikan Islam sebagai standar dan tolok ukur dalam tiap peraturan, perasaan dan pemikirannya. Mereka menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya, mendakwahkannya dan ikut dalam perjuangan mengembalikan kejayaannya.
Kaum muslimin yang senantiasa berusaha taat dan sedang berjuang menegakkan agama Allah dan berusaha mencontoh Sunnah Rasulullah Saw, haruslah senantiasa istiqamah dan yakin bahwa kita sedang berada dalam jalan yang benar. Tidak gentar dan selalu semangat dalam menyampaikan kebenaran sekalipun di tengah ujian masa pandemi yang menerpa. Melawan kesombongan orang kafir harbi dan kaum munafik yang mengingkari akan keniscayaan tegaknya kembali khilafah yakni sebagai adikuasa baru yang akan menggantikan kekuasaan Amerika sebagai pengayom dunia, junnah bagi umat yang akan mengurusi dan memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia.
Jangan pernah gentar terhadap celaan mereka yang meremehkan perjuangan yang dengan berkata: “ Dengan apa kalian akan menghadapi Amerika, kalian hanya memiliki iman dan semangattt dan Ghirah saja.? Apa itu cukup untuk mengubah dunia?” Maka ingatlah akan ayat ini: "Yaa Ayyuhaladzina Aamanu, intan surullaha, yansurkum wayushabit aqdaamakum. Yang artinya: Hai Orang-Orang Mukmin, jika kamu menolong (Agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan Kedudukanmu". Al Qur'an Surat 47 (Muhammad) Ayat 7
Teruslah berjuang dan Istiqamah dalam berdakwah dan menggenggam teguh kebenaran, bekerja dan berjuang dalam rangka meningkatkan taraf berpikir umat, hingga membuat mereka (umat) bisa berpikir Islam sebagaimana yang Rasulullah Saw ajarkan, dan beramal seperti halnya para sahabat Ra contohkan. Membawa dunia pada perubahan hakiki yang dinaungi oleh tatanan kehidupan Islam.
Walaupun demikian jalan ini memang terjal dan berliku dengan berbagai tantangan dan rintangan baik itu berasal dari kita sendiri, keluarga, maupun dari banyak orang pada umumnya. Karena sejatinya memegang al-Haq pada zaman ini selayaknya bagai memegang bara api, sungguh sakit dan memang akan terasa panas. Namun harus kita ingat bahwasanya jalan ini adalah jalan mulia yang ditempuh oleh nabi dan Rasul para sahabat dan para salafus shalih. Karena keistiqamahan merekalah dakwah Islam tetap berjalan, Islam maupun para pejuangnya tetap ditakuti oleh orang-orang kafir dan munafik. Maukah kita masuk pada golongan yang demikian?
Wallahu alam bishshawwab.
COMMENTS