Ramadhan 2020
©Yuli S Ridwan, S.H.
Ramadhan 1441 H ini terasa luar biasa. Selain diuji dengan lapar dan haus, kita juga diuji dengan musibah pandemi covid-19 yang masih belum mereda.
Lazim diingatkan dalam banyak nasihat, ujian suka dan duka yang menimpa ummat manusia boleh jadi merupakan uslub (cara) Allah Swt untuk mengangkat derajat keimanan hamba-Nya yang tetap bersabar seraya terus berikhtiar yang disertai sikap tawakal kepada-Nya.
Sangat mudah bagi Allah Swt untuk juga berkehendak menghentikan peredaran pandemi covid-19, dari hadapan kita, sesegera mungkin.
Allah Swt berfirman QS. Yā-Sīn:82 -
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Firman Allah dalam QS. Ya-Sin:82 tersebut menyadarkan kita bahwa sangat mudah bagi Allah Swt untuk menciptakan segala sesuatu dan segala keadaan, dari hal-hal yang kasat mata sampai kepada hal-hal yang tidak kasat mata.
Maka, ibadah kita di bulan suci Ramadhan 1441 H ini, sebetulnya menjadi peluang besar untuk melayakkan diri dalam meraih sebanyak-banyaknya pertolongan Allah Swt.
Konon lagi pintu rahmat Allah terbuka sangat luas. Ini menjadi kesempatan baik bagi kita berharap kepada Allah Swt, agar memulihkan keadaan di muka bumi ini dari musibah pandemi covid-19.
Hanya saja, ajaran Islam juga memotivasi kita agar mengiringi doa-doa kita dengan berikhtiar yang maksimal, dan apapun hasilnya kita kembali bertawakal.
Allah Swt menegaskan (QS. Ar-Ra`d):11 -
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dengan bermodal panduan dinullah Islam, harapannya kita tidak mudah putus asa ketika porsi kesulitan ujian dari-Nya terasa lebih berat dari biasanya, seperti yang saat ini kita rasakan.
Ramadhan yang identik dengan bulan perjuangan, memacu kita untuk memfungsikan potensi gharizatul baqo' (naluri mempertahankan diri), dalam konteks berusaha semampu-mampunya mencari solusi tuntas atas ujian musibah pandemi covid-19 ini.
Hindari debat kusir yang mubazir. Saatnya kita samakan persepsi, sehingga tidak gagal fokus dalam menjawab pertanyaan, apakah kita ingin agar Allah Swt segera mengangkat musibah pandemi covid-19 ini dari hadapan kita?
Tentu saja, kita ingin pandemi covid-19 segera berakhir. Pertanyaan tersebut kita jadikan stimulus untuk membuka alam bawah sadar kita, bahwa masalah apapun yang menimpa ummat manusia dari sejak Nabi Adam AS sampai manusia akhir zaman adalah sama, dan solusinya juga sudah tersedia. Maka kini tinggal pilih opsinya saja, apakah kita mau mengambil solusi hakiki atau sekadar solusi pragmatis.
Jika solusi hakiki yang kita harapkan, dan kita benar-benar ingin agar doa-doa dan ikhtiar kita dikabulkan dan dimudahkan oleh Allah, maka kita juga harus ikhlas membuka diri terhadap sunnatullah-Nya. Yaitu, mengambil solusi yang sudah ditetapkan dalam ketentuan syariah Islam.
Saat ini secara mengejutkan, nyaris semua tawaran cara untuk memutus mata rantai penularan pandemi covid-19 yang dipublikasikan para pakar, ternyata semuanya bersesuaian dengan ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah Saw. Meskipun masih belum semua pihak merespon dengan serius.
Dalam ajaran Islam, kesadaran untuk menjemput keadaan yang lebih baik, harus serius dilakukan secara kolektif dan komprehensif.
Untuk itulah, diperlukan figur pemimpin yang tegas, adil dan bertaqwa, sekaligus berada dalam sistem Islam yang shohih, khilafah.
Karena sudah terbukti, kapitalisme yang diadopsi negeri ala nasionalis, ternyata tidak mampu mengurusi apa yang menjadi kebutuhan asasi warganya. []
Darussalam, Banda Aceh
COMMENTS