Soekarnoisme
Oleh : Nasrudin Joha
Salah satu Qoul Mashur Imam Syafi'i adalah jika pendapat beliau bertentangan dengan As Sunnah, maka beliau meminta melemparkan pendapat itu kedinding. Beliau menisbatkan As Sunnah sebagai mahzab beliau. Beliau adalah ulama pendiri mahzab Syafi'iyah, Imam Mujtahidin, yang wawasan samudera ilmu beliau begitu luas.
Bagaimana dengan Soekarno ? Tak ada seujung kuku dari pemikiran beliau. Namun, umat hari ini diracuni pemikiran warisan Soekarno, seolah apa yang dikatakan Soekarno benar dan haram dibantah.
Misalnya saja, ketika Soekarno mencampuradukkan antara yang Haq dan yang bathil melalui pemikiran Nasakom-nya, jelas pemikiran ini bertentangan dengan As Sunnah. Seharusnya, umat Islam mencampakkan pendapat Soekarno ini kedinding.
Termasuk juga, ketika Soekarno menelurkan ide pencasila yang tak Islami, yang tentu tak sejalan dengan As Sunnah, umat juga wajib mencampakkannya ke dinding. Namun umat ini seperti terkena sihir Pancasila, dengan berbagai dalih menolak syariat Islam yang jelas perintah As Sunnah.
Berdalih kesepakatan nenek moyang, khawatir terjadi disintegrasi, dan seabrek alasan lain yang tak sesuai dengan perintah syariah. Padahal, Islam memerintahkan meninggalkan kesepakatan menek moyang jika bertentangan dengan Islam. Islam juga menyatukan umat dan bangsa jika diterapkan. Syariah Islam melindungi semua agama, baik muslim maupun non muslim.
Jadi apa alasannya umat ini masih begitu terpenjara pikiran-pikiran yang tidak Islami ? Apa sebabnya, mempertahankan mahzab Soekarno padahal jelas mahzab politik Soekarno bertentangan dengan As Sunnah ?
Karena itu umat ini harus diedukasi, bahwa yang menjadi jaminan keselamatan baik dunia dan akherat itu ajaran Nabi, As Sunnah, bukan ajaran Soekarno. Umat ini wajib meneladani perjuangan Nabi SAW melalui aktivitas dakwah, bukan meneladani Soekarno dan ittiba' pada demokrasi.
Sebab, mustahil umat ini mendapat jalan keselamatan jika menyimpangi jalan yang pernah ditempuh oleh Nabi SAW. Rasulullah Muhammad SAW adalah suri tauladan sempurna, tak ada satupun urusan dari urusan bagaimana doa mau makan hingga apa saja syarat untuk menjadi Khalifah (pemimpin), kecuali Rasululah yang mulia telah ajarkan.
Kitab panduan bernegara bagi umat ini adalah Al Quran dan As Sunnah, bukan yang lain. Semua pendapat yang dinisbatkan selain dari apa yang Rasulullah SAW ajarkan pasti tertolak.
Lah kalau sekaliber Imam Syafi'i saja pendapatnya bisa dicampakkan kedinding, apalagi pendapat sekelas Soekarno ? Bahkan, jika banyak yang menyelisihi As Sunnah karena ittiba kepada Soekarno, maka hal ini akan menjadi pemberat dosa jariyah bagi Soekarno.
Saya ini lulusan STM, jadi terbiasa berfikir sistematis dan mekanis. Tidak pake redaksi 'satu sisi demikian, namun disisi yang lain..' itu khas pemikiran anak sosial. Anak STM itu berfikir runut dan logic, tak lagi basa-basi atau muter-muter.
Karena itu, beruntunglah para istri yang suaminya dulu alumni STM, karena biasanya cintanya berdasarkan logika yang runut. Pertama, logika mencintai yang didasarkan Allah SWT. Kedua, eksekusinya dengan menikahi, bukan dengan pacaran. Aaow....
Kembali ke laptop,
Kita adalah hamba Allah SWT, jadi wajib hanya terikat dengan aturan Allah SWT. Karena itu, mari jadikan hanya Rasulullah SAW pembawa risalah wahyu Allah SWT, sebagai suri tauladan. []
COMMENTS