Surabaya Menggugat

Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA, Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Saat ini saya ...

Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA, Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Saat ini saya di Semarang sedang menunggu pemeriksaan Tim Adhoc Etik Senat Akademik ITS atas kasus penyebaran meme pembubaran HTI viral yang mengutip pernyataan saya soal itu. Saya belum tahu dakwaan apa yang akan ditujukan ke saya atas kasus ini : pendukung HTI yang ingin mengubah dasar negara Pancasila ? Pelanggaran UU Guru dan Dosen ? Pelanggaran disiplin PNS ?

Saya akan sampaikan pikiran-pikiran saya dalam kolom ini. Saya berharap pemeriksaan atas saya tersebut terbuka untuk umum. Saya pandang proses pemeriksaan terbuka ini penting menjadi pelajaran bagi saya pribadi, mahasiswa-mahasiswa saya, ITS, alumni-alumninya dan masyarakat umum. Jelas sidang pemeriksaan atas saya itu tidak bakal sefenomenal sidang atas Soekarno sekitar 88 tahun silam dengan judul "Indonesia Menggugat" di hadapan pengadilan Landraad Belanda di Bandung. Namun saya menilai bahwa pemeriksaan ini lebih bersifat politis dari pada pemeriksaan etis apalagi teknis.

Pertama, Saya memandang diri saya lebih sebagai profesional -lihat UU Guru dan Dosen 2005-, bukan sebagai pegawai, sementara dekan hanya tugas tambahan saja. Sebagai orang yang memangku jabatan dekan saya taat pada pemerintah. Rekam jejak saya selama 30 tahun bekerja serta kegiatan sehari-hari saya cukup untuk membuktikan hal tersebut. Hemat saya, pandangan dan sikap saya konsisten dan sesuai dengan UU Guru dan Dosen.

Kedua, sebagai dosen profesional saya memiliki kebebasan akademik dan kebebasan mimbar. Saya meyakini bahwa dua kekebasan inilah satu-satunya alasan paling sah mengapa dosen memiliki posisi berbeda dengan tenaga kependidikan, dan universitas - baik negeri atau swasta- berbeda dengan lembaga-lembaga lain, termasuk lembaga pemerintah sekalipun. Karena alasan yang unik itulah universitas berhak menganugerahibgelar sarjana, magister dan doktor. Gelar itu adalah bukti bahwa para sarjana, magister dan doktor telah dilatih untuk mencari, menemukan, dan mempertahankan kebenaran. Tanpa jaminan kebebasan, semua proses pencarian kebenaran itu akan menghadapi hambatan yang sangat serius.

Ketiga, Saya bersikap bahwa kesetiaan Saya tidak pada Pemerintah yang sedang berkuasa, tapi pada negara dan konstitusi. Perkembangan wacana publik cenderung mengaburkan perbedaan esensial antara Negara dan Pemerintah. Pemerintah partisan boleh berganti sesuai siklus Pemilu, tapi negara dan konstitusi tidak. Selama 10 tahun terakhir, saya melihat sebuah proses birokratisasi PTN yang menjadikan dosen lebih sebagai pegawai daripada profesional. Sikap saya itu seperti sikap anggota TNI dan PNS Jerman : hanya taat dan setia pada negara dan konstitusi, bukan pada Pemerintah. Sikap pemerintah untuk merancukan Negara dan Pemerintah ini saya duga berasal dari kenyataan sejarah bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda. Sebagai pemerintahan kolonial, Belanda merekrut pegawai untuk menjalankan pemerintahan.

Keempat, birokratisasi kampus itu secara perlahan tapi pasti akan menempatkan universitas pada _maqom_ yang lebih rendah dan akan kehilangan _privelege_ untuk memberi gelar akademik. Mungkin keistimewaan itu akan tetap ada, tapi gelar itu makin tidak bernilai. Oleh karena itu merampas iklim kebebasan universitas dengan menempatkan dosen PTN lebih sebagai PNS daripada sebagai profesional adalah membahayakan eksistensi universitas sebagai benteng terakhir nurani bangsa ini. Pergeseran PTN BLU menjadi PTN BH seharusnya menempatkan ITS menjadi kampus yang lebih bebas dan mandiri. Bukan sekedar mandiri secara keuangan tapi juga mandiri dan bebas menggagas ide-ide yang tidak sekedar inovativ tapi juga disruptif yang dituntut oleh Revolusi Industri 4.0. Tentu agak mengherankan jika pejabat-pejabat fasih bicara soal revolusi, tapi menumpas iklim kebebasan sambil mengembangkan ketakutan di mana-mana, termasuk di kampus.

Dalam upaya membangun masyarakat yang bebas itu, sebagai dosen saya menolak kerangka pikir UU Ormas, juga UU anti-teror. Jika ini dinilai mendukung Ormas-ormas Islam tertentu, ya apa boleh buat.

Saya ingat pesan Ki Hadjar Dewantara. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah membangun jiwa merdeka. Hanya di atas kemerdekaan jiwa itulah integritas menemukan lahan yang subur. Sebagai warga Surabaya Kota Pahlawan, dan dosen ITS sebagai Kampus Pahlawan, saya menggugat proses-proses perampasan kebebasan berserikat, dan menyatakan pendapat yang telah dijamin konstitusi. Perlu segera disadari bahwa pahlawan-pahlawan itu gugur untuk merebut dan membela kebebasan -untuk mencari dan menemukan kebenaran-, bukan membela yang mbayar.

Jatingaleh, 20 Mei 2018
sumber 
https://www.mediaoposisi.com/2018/05/surabaya-menggugat.html

COMMENTS

Name

afkar,5,agama bahai,1,Agraria,2,ahok,2,Analysis,50,aqidah,9,artikel,13,bedah buku,1,bencana,23,berita,49,berita terkini,228,Breaking News,8,Buletin al-Islam,13,Buletin kaffah,54,catatan,5,cek fakta,2,Corona,122,curang,1,Dakwah,42,demokrasi,52,Editorial,4,Ekonomi,186,fikrah,6,Fiqih,16,fokus,3,Geopolitik,7,gerakan,5,Hukum,90,ibroh,17,Ideologi,68,Indonesia,1,info HTI,10,informasi,1,inspirasi,32,Internasional,3,islam,192,Kapitalisme,23,keamanan,8,keluarga,51,Keluarga Ideologis,2,kesehatan,83,ketahanan,2,khi,1,Khilafah,289,khutbah jum'at,3,Kitab,3,klarifikasi,4,Komentar,76,komunisme,2,konspirasi,1,kontra opini,28,korupsi,40,Kriminal,1,Legal Opini,17,liberal,2,lockdown,24,luar negeri,47,mahasiswa,3,Medsos,5,migas,1,militer,1,Motivasi,3,muhasabah,17,Musibah,4,Muslimah,87,Nafsiyah,9,Nasihat,9,Nasional,2,Nasjo,12,ngaji,1,Opini,3556,opini islam,87,Opini Netizen,1,Opini Tokoh,102,ormas,4,Otomotif,1,Pandemi,4,parenting,4,Pemberdayaan,1,pemikiran,19,Pendidikan,112,Peradaban,1,Peristiwa,12,pertahanan,1,pertanian,2,politik,320,Politik Islam,14,Politik khilafah,1,propaganda,5,Ramadhan,5,Redaksi,3,remaja,7,Renungan,5,Review Buku,5,rohingya,1,Sains,3,santai sejenak,2,sejarah,70,Sekularisme,5,Sepiritual,1,skandal,3,Sorotan,1,sosial,66,Sosok,1,Surat Pembaca,1,syarah hadits,8,Syarah Kitab,1,Syari'ah,45,Tadabbur al-Qur’an,1,tahun baru,2,Tarikh,2,Tekhnologi,2,Teladan,7,timur tengah,32,tokoh,49,Tren Opini Channel,3,tsaqofah,6,tulisan,5,ulama,5,Ultimatum,7,video,1,
ltr
item
Tren Opini: Surabaya Menggugat
Surabaya Menggugat
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1iEy43k8hBLu5jPQ5oF_K3HxqbiO0bt7URPqOjqEMq03402RjTShvAKRZkQyXA7LzMqGaAslrh9w8FkVjIWFVwsOhnyyXo3TFBbCujeyxczQqd4FSiD4KLZE-eFcxE7SL2WmJsJF8VS8/s320/FB_IMG_1526816951778.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1iEy43k8hBLu5jPQ5oF_K3HxqbiO0bt7URPqOjqEMq03402RjTShvAKRZkQyXA7LzMqGaAslrh9w8FkVjIWFVwsOhnyyXo3TFBbCujeyxczQqd4FSiD4KLZE-eFcxE7SL2WmJsJF8VS8/s72-c/FB_IMG_1526816951778.jpg
Tren Opini
https://www.trenopini.com/2018/05/surabaya-menggugat.html
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/2018/05/surabaya-menggugat.html
true
6964008929711366424
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy