Charles Holland Taylor ditubuh NU
Disembunyikan Selama Ini, akhirnya Terbongkar ! Kok Ada Orang Barat di Tubuh Kepengurusan NU ?
Berikut Kronologinya:
1. Awal Kontroversi: Undangan Acara Internasional PBNU (Pertengahan November 2025)
Gejolak bermula ketika beredar undangan resmi PBNU untuk sebuah acara internasional yang akan diselenggarakan di lingkungan Asosiasi Kader Nahdlatul Ulama (AKNU). Acara itu bertajuk forum dialog peradaban dan demokrasi, sebuah agenda yang selama ini menjadi branding global PBNU.
Dan ini bukan Undangan biasa, yang bisa masuk ituorang-orang pilihan, mereka Undangan yang kelak akan jadi Kader.
Dalam undangan itu tercantum pemateri nama Peter Berkowitz, siapa dia ?
Dia akademisi Amerika yang dikenal :
• pendukung Israel,
• pembela tindakan militer Israel atas penyerangan Palestina,
• salah satu intelektual konservatif yang mendorong normalisasi hubungan Arab–Israel. Serta dia pejabat Sabilis Trump berkuasa.
Artinya apa ?
Orang Orang calon Pengurus Nadhlatul Ulama akan dicuci otak oleh orang Pro Zionis.
Masuknya tokoh seperti ini ke forum PBNU akhirnya memicu pertanyaan besar:
Siapa yang mengundang sosok pro-Zionis ke acara NU?
Dan kok bisa NU dikader oleh orang yang pro Zionis ?
(Peristiwa undangan ini bebarengan dengan 50.000 ribu warga P4 meregang nyawa akibat Isr4L )
⸻
2. Reaksi Rais Aam PBNU: Pencabutan Mandat (23 November 2025)
Merespons gaduh publik dan desakan internal, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengeluarkan keputusan tegas:
Memecat Ketua PBNU Yahya Colil Staquf yang bertanggung jawab atas undangan pemateri Israel
Ketua PBNU ini memang sering keluar masuk Israel bahkan photo mesra dengan Benjamin Netanyahu nya tersebar dimedia sosial luas
Namun ternyataaaa oh ternyataaaaaaa,
Diketahui kalau tidak hanya ketua PBNU yang bertanggung jawab tapi penasehat khususnya sebagai orang orang yang merekomendasikan setiap acara acara yang ada dilingkungan NU.
Ternyata penasehat Khusus yang menjabat bernama
Charles Holland Taylor
⸻
Siapa Charles Holland Taylor?
Profil Singkat
• Warga negara Amerika Serikat.
• Mualaf sejak 2003.
• Dalam komunitas NU dikenal dengan nama Haji Muhammad Kholil.
• Co-founder di berbagai lembaga internasional yang berafiliasi dengan NU:
• LibForAll Foundation,
• Bayt ar-Rahmah,
• Center for Shared Civilizational Values (CSCV).
• patner Gus Dur pada 2000-an.
• Penasihat internasional bagi beberapa tokoh NU sejak era Gus Dur hingga era Yahya Staquf.
⸻
Siapa Charles Holland Taylor?
A. Latar Sebelum Masuk Islam (Pra-2003)
Sebelum menjadi Muslim, Holland adalah:
• Pengusaha telekomunikasi AS (CEO USA Global Link).
• Aktif dalam lingkaran kebijakan luar negeri AS.
• Dekat dengan kalangan konservatif/liberal moderat Washington yang berorientasi pada:
• counter-extremism
• civilizational dialogue
• Middle East policy
Jejaring ini di Amerika dikenal sering sejalan dengan kebijakan pro-Israel, karena:
• Narasi “melawan ekstremisme Islam” di era pasca-9/11 banyak dikendalikan kalangan pro-Israel.
• Holland bergerak di sektor yang sama → sehingga reputasi “pro-Zionis budaya” melekat sejak lama.
Intinya: sebelum mualaf, ia bergerak di jaringan think-tank dan diplomat AS yang cenderung condong pada agenda keamanan AS–Israel.
3. Rekam Jejak Pengaruh Holland Taylor di NU
Holland bukan tokoh sembarangan.
Ia berada di balik gerakan besar yang selama ini mengarahkan NU ke panggung global. Empat sepak terjang utamanya:
⸻
(A) Arsitek Gerakan “Islam Moderat” NU Internasional
Holland adalah tokoh yang membangun konsep:
• Humanitarian Islam,
• Shared Civilizational Values,
• narasi “Islam ramah, bukan marah”,
• diplomasi peradaban ala PBNU.
Seluruh dokumen strategis ini sebagian besar lahir dari lembaga yang ia dirikan bersama para kiai.
Gaya kampanyenya sangat progresif, sering dipuji kalangan Barat, namun juga dikritik sebagian umat Islam karena:
• dianggap mempromosikan agama yang “jinak”,
• mengurangi artikulasi syariat,
• men-downgrade gerakan Pro Syariat Islam.
⸻
(B) Perang Ideologis Melawan “Islam Radikal”
Sejak 2000-an, Holland memposisikan dirinya sebagai lawan keras kelompok Islam politik.
Melalui buku The Illusion of an Islamic State (ditulis bersama Gus Dur dan kiai-kiai NU), ia:
• mengkampanyekan bahwa gerakan penegakan syariat berpotensi mengancam pluralisme,
• membingkai kelompok pro-khilafah sebagai ancaman keamanan,
• mendorong negara dan jaringan internasional untuk melawan politik identitas Islam.
Ia membangun jejaring global think tank anti-radikalisme yang dekat dengan Barat, mempromosikan model Islam Nusantara sebagai alternatif bagi dunia Muslim.
⸻
Mirip “Snouck Hurgronje” Zaman Modern.
Di ujung kontroversi, sebagian kiai dan pengamat menyebut:
“Holland Taylor ini seperti Snouck Hurgronje zaman sekarang.”
Maksudnya:
• Snouck adalah tokoh asli Belanda, yang menyamar jadi mualaf dan tampil sebagai ulama Islam dengan nama Abdul Ghofur. Untuk melanggengkan kekuasaan Belanda di bumi Nusantara, Snouck mempromosikan ideologi anti Syariat, Anti Jihad, dan politik pecah belah sesama Muslim.
Sehingga umat Islam disibukan dengan pertengkaran internal dan lupa memerangi musuh bersmaa Belanda.
Snoujk membangun jaringannya lewat kedekatan dengan ulama lokal untuk mengendalikan arah Islam di Nusantara agar tunduk dengan Belanda.
• Holland Taylor dianggap memakai kedekatan dengan tokoh-tokoh NU untuk mengarahkan Islam Indonesia ke agenda pluralisme ala Barat.
• Ia dianggap mengembosi gerakan-gerakan Islam yang mendorong penerapan syariat.
• Bahkan dianggap membentuk cara pikir generasi muda NU agar memusuhi gagasan negara Islam dan piagam syariat.
Sebagian menyebutnya sebagai sosok yang “mengatur dari belakang layar” pada isu-isu moderasi, deradikalisasi, dan politik global NU.
⸻
Kontroversi ini membuat publik sadar bahwa:
• Ada jejaring asing yang terlalu dalam masuk ke tubuh PBNU.
• Tokoh seperti Holland Taylor ternyata memegang posisi penting yang tidak banyak diketahui jamaah awam.
• Program moderasi, pluralisme, dan agenda internasional PBNU mungkin tidak sepenuhnya asli dari dalam, tetapi ikut diarahkan oleh aktor luar.
Maka wes wayahe, Sudah saatnya NU bersih-bersih. Kembali ke khittah.
Kembali memperjuangkan aspirasi umat, kembali memperjuangkan Piagam Djakarta, Syariat Islam dibumi Indonesia.
Bukan menjadi corong ideologi Barat yang pro-demokrasi liberal, feminis, liberal, moderasi beragama dan akidah-akidah menyimpang lainnya.
Semoga Nadhlatul Ulama kembali lagi sebagaimana tujuan awalnya.
⸻
Jika postingan ini menarik follow Ngopidiyyah

COMMENTS