Metode dakwah Rasulallah
Teladan Nabi dalam Mengubah Kondisi Masyarakat
Penulis: Riris Restiti (Pengasuh Forum Muslimah Enterpreneur/ForME)
Hal yang penting dalam mengambil hikmah Maulid Nabi, yaitu mencintai Rasulullah sepenuh hati dan senantiasa mencontoh beliau tanpa tapi dan tanpa nanti dalam seluruh aspek kehidupan.
Penting bagi kita menyadari terlebih dahulu bahwa kondisi masyarakat saat ini belum lah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan salah satu perkara mendasar adalah bagaimana masyarakat sekarang mendudukan kedaulatan pada tangan manusia bukan pada syara. Padahal Allah SWT tegas telah menyatakan:
Bahkan Allah SWT telah menegaskan:
Maka bagaimana agar masyarakat bisa kembali kepada hukum Allah. Rasullulah telah mencontohkan bagaimana metode perubahan politik yang jelas dan tuntas agar masyarakat kembali kepada hukum yang telah Allah tetapkan. Beliau menempuh metode dakwah yang terarah melalui tiga tahap:
Pertama, Tatsqîf (Pembinaan): Beliau membina orang-orang yang telah masuk islam dengan fikrah Islam agar mempunya aqliyah dan nafsiyah yang islami dan agar keimanan mereka kokoh dan mereka siap berjuang untuk perubahan. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil diikat oleh Rasulullah dengan ikatan akidah dan menjadu sebuah jamaah atau kutlah dimana Rasul yang memimpinnya.
Kedua, Tafâ‘ul ma‘a al-Ummah (Interaksi dengan Masyarakat): setelah turun QS al hijr ayat 94, Rasul mendakwahkan Islam secara terang-terangan di tengah-tengah masyarakat sekaligus membongkar kebusukan sistem kufur hingga opini umum berpihak pada Islam. Pada tahapan ini dilakukan ash-shira al-fikri (pergolakan pemikiran) dan al-kifah as-siyasiyah (perjuangan politik). Dakwah dilakukan dengan melakukan benturan Islam dengan selain Islam baik berupa pemahaman (mafahim), tolok ukur (maqayis) maupun keyakinan (qanaat).
Ketiga, Istilam al-Hukmi (Tahap Penerimaan Kekuasaan). Meski telah memasuki tahapan ini, tahapan pertama dan kedua tetap dilakukan. Tahapan ini diawali dengan aktivitas thalab an-nushrah terhadap Ahlul Quwwah. Rasulullah saw. mendatangi kabilah-kabilah Arab untuk menyerukan Islam, menawarkan dirinya untuk dilindungi dalam mendakwahkan Islam serta diberi kekuasaan penuh untuk menerapkannya atas umat Islam. Thalab an-nushrah merupakan wahyu dari Allah SWT yang sifatnya wajib. Akhirnya, nushrah diberikan dari suku Aus dan Khazraj yang dikenal dengan kaum Anshar.
Selain meneladani metode dakwah Rasulullah kita juga harus meneladani bagaimana berjalannya dakwah tersebut. Pertama, serius dan tidak bermanis muka. Rasulullah ﷺ mencurahkan seluruh harta dan waktunya, bahkan segenap jiwa dan raganya untuk dakwah Islam. Meskipun banyak rintangan dan hambatan mengadang, beliau tetap teguh menjalankan dakwahnya, tidak bermanis muka, apalagi mengikuti keinginan masyarakat Makkah yang saat itu memusuhinya. Beliau menjalankan seluruh aktivitas dakwahnya dengan serius dan bertarget, hingga berdiri Negara Islam di Madinah dan beliau sendiri yang menjadi kepala negaranya.
Demikian halnya dengan kita. Sudah seharusnya aktivitas untuk menegakkan syariat Islam kafah di muka bumi ini harus serius, tidak bisa setengah-setengah, ataupun di sela-sela waktu kosong saja. Harus serius dan bertarget. Sudah sunatullahnya tujuan mulia itu harus kita tempuh dengan sungguh-sungguh dan serius, hingga dengan izin Allah tujuan itu akan segera terwujud. Amin.
Kedua, melalui jalur umat, membina umat dengan Islam.
Rasulullah ﷺ merupakan sel pertama dalam dakwah Islam. Setelah itu beliau mengajak istri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid ra., untuk memeluk Islam dan menjadi sel kedua dalam dakwah ini. Rasulullah ﷺ kemudian mengajak teman baiknya, Abu Bakar ash-Shiddiq ra., untuk memeluk Islam. Begitu seterusnya, hingga sel-sel tersebut berkembang, lalu terhimpun dalam sebuah halakah.
Melalui Abu Bakar ra., beberapa orang Quraisy akhirnya masuk Islam, terbentuklah halakah kedua, ketiga, dan seterusnya. Mereka dibina secara intensif oleh Rasulullah ﷺ yang kebanyakan mereka dari kalangan pemuda. Mereka mengimani dan menaati Rasulullah ﷺ, serta menekuni dakwah bersamanya.
Ketika tsaqafah para sahabat sudah matang serta terbentuk akal yang islami (‘aqliyah islamiyyah) dan jiwa Islami (nafsiyah islamiyyah) dalam kurun tiga tahun, Rasulullah ﷺ pun menampakkan dakwah Islam dengan terang-terangan.
Islam pun menyebar dan dianut oleh orang-orang yang lurus dan terbina oleh Islam. Pada akhirnya, umat menghendaki diterapkannya Islam dengan memberikan dukungan penuh kepada Rasulullah ﷺ dan ikut berhijrah ke Madinah.
Ketiga, tanpa kekerasan, menanamkan dakwah pemikiran.
Pertarungan pemikiran dilakukan dengan membongkar kepalsuan ajaran nenek moyang jahiliah beserta sistem hidup mereka. Bahkan, Allah menurunkan wahyu menunjukkan kesesatan mereka (lihat QS Al-Anbiya: 98), kemudian menyampaikan kebenaran ajaran Islam beserta sistemnya yang layak menjadi aturan hidup manusia. Allah Taala juga memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk membongkar kedok para pemimpin jahiliah dengan menurunkan QS Al-Lahab: 1—5.
Rasulullah ﷺ sama sekali tidak melakukan kekerasan, seperti menghancurkan berhala-berhala dan sebagainya. Bahkan, ketika penentangan kaum Quraisy makin keras terhadap kelompok dakwah ini, tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa selama Rasulullah ﷺ berdakwah di Makkah, beliau melakukan aktivitas perlawanan fisik atau kekerasan kepada penduduk, termasuk para pemimpin Quraisy di Makkah.
Akan tetapi, bukan berarti Rasulullah ﷺ mendiamkan adanya adat dan budaya jahiliah yang berkembang pada saat itu. Rasulullah ﷺ tetap menyerang dan menjelaskan kesesatan atau kesalahan adat dan budaya jahiliah, termasuk ritual kemusyrikan, seperti menyembah berhala. Kala itu, Rasulullah ﷺ mencelanya dan mengajak masyarakat Makkah untuk menyembah Allah Taala semata, bukan yang lainnya.
Demikian halnya dengan kebiasaan orang Arab jahiliah ketika ada keluarga yang melahirkan bayi perempuan. Mereka akan mengubur hidup-hidup bayi tersebut karena hal itu mencoreng kehormatan keluarga. Budaya ini pun dicela oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat terdahulu. Kedatangan Islam dengan diutusnya Rasulullah ﷺ menghentikan setiap praktik biadab orang-orang jahiliah, termasuk membunuh bayi-bayi perempuan.
Keempat, berjemaah, yaitu membentuk kelompok dakwah.
Rasulullah ﷺ memulai dakwahnya dengan menyeru manusia secara individu untuk menerima Islam dan turut berdakwah. Setelahnya, mereka dihimpun untuk bersama-sama melakukan dakwah berkelompok yang terorganisasi dengan baik.
Sejak turunnya QS Al-Hijr: 94, dimulailah tahapan dakwah Rasulullah ﷺ beralih dari tahap yang bersifat rahasia menuju tahap menyeru umat secara terang-terangan dengan menampakkan keberadaan jemaah dakwah. Bersamaan dengan tahap ini, aktivitas pembinaan kader tetap berlanjut.
Pada tahap ini, Rasulullah ﷺ memainkan peran sebagai pemimpin kelompok dakwah. Mula-mula Rasulullah ﷺ menampakkan keberadaan kutlah yang beliau kader selama ini ke tengah masyarakat. Untuk strategi ini, Rasulullah ﷺ mengorganisir para sahabat dalam dua kelompok yang masing-masing dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khaththab. Kedua kelompok ini menampakkan diri dengan berbaris berjalan menuju Ka’bah lalu tawaf bersama-sama.
Keharusan adanya jemaah dakwah ini dilandasi oleh QS Ali Imran: 104 yang mengharuskan minimal ada satu jemaah dakwah yang menyeru kepada Islam dan beramar makruf nahi mungkar. Merekalah orang-orang yang menang dan beruntung.
Demikianlah teladan dari Rasulullah dalam hal dakwah da’a-yad’u yang berarti ‘mengajak, menyeru, dan mengundang’. mengajak atau menyeru manusia untuk menuju jalan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Merubah kondisi masyarakat yang belum islam menjadi islam. Semoga Allah An Nashir senantiasa menolong kita dalam menapaki jalan ini.

COMMENTS