Kemal Atatürk Pahlawan Kaum Sekuler
Kemal Atatürk Pahlawan Kaum Sekuler
Orang Yahudi beraliran Freemason ini menjatuhkan kekhalifahan seratus tahun lalu… dan “Yahudi masa kini” dari para penguasa warisan Sykes–Picot terus melanjutkan proyek untuk menghancurkan sisa-sisa negeri Islam yang sudah terpecah sejak dulu.
Kemal Atatürk, dengan memisahkan diri dari dunia Islam, berhasil memutus hubungan antara rakyat Turki dan Islam—agama yang dulu menjadi sumber kejayaan Kesultanan Utsmaniyah. Setelah itu, ia mulai perang terbuka terhadap Islam lewat serangkaian keputusan yang langsung diberlakukan tanpa penundaan.
Tahun 1928, dikeluarkan keputusan mengganti huruf Arab ke huruf Latin—serangan langsung terhadap bahasa Arab yang kemudian makin hilang di generasi muda. Atatürk meluncurkan kampanye yang disebut “revolusi huruf” untuk menghapus semua teks berhuruf Arab, bahkan orang yang tetap menggunakannya bisa dihukum mati.
Kaum sekuler juga meluncurkan proyek menjual arsip negara Utsmaniyah dengan alasan “membersihkan peninggalan lama.” Harga dokumen itu cuma 3 kuruş per kilo. Bulgaria membeli 50 ton dokumen itu dan baru sadar mereka mendapatkan 1,5 juta dokumen berisi seluruh sejarah modern Utsmaniyah. Bertahun-tahun kemudian, sebagian dokumen itu dijual lagi dengan harga jutaan dolar—jadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Adzan dalam bahasa Arab dilarang, jilbab dilarang di kantor pemerintahan, sekolah agama dan ribuan masjid ditutup, lembaga wakaf dibubarkan, dan laki-laki dipaksa memakai topi gaya Eropa.
Simbol-simbol Islam pun diperangi dengan kekerasan: pakaian syar’i dilarang, aparat menyerang perempuan berhijab di jalan dan memaksa mereka melepas kerudungnya.
Kurikulum pendidikan diubah total, diganti dengan sistem Barat. Majelis ilmu dan fikih ditutup, dan belajar ilmu agama dianggap kejahatan besar.
Hari libur mingguan diubah dari Kamis–Jumat menjadi Sabtu–Minggu. Kalender Hijriah yang biasa dipakai di era Utsmaniyah diganti dengan kalender Masehi melalui keputusan pemerintah.
Dalam hukum, hukum pidana Italia dan hukum perdata Swiss diambil menggantikan hukum syariah Islam. Sekularisme secara resmi dicantumkan sebagai asas dalam konstitusi tahun 1937.
Semua perubahan drastis itu dijalankan hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun—dengan paksaan dan tekanan pemerintah.
Sejarah juga mencatat bahwa perempuan pertama yang melepas hijab di Turki adalah istri Atatürk sendiri. Alih-alih berpidato di hadapan rakyat, sang presiden baru malah sering tampil menari bersama istrinya dengan gaya Barat, memperlihatkan wajah aslinya yang jauh dari citra “pahlawan Islam” yang dulu dipropagandakan.
Faktanya, Atatürk tidak membuat semua hukum itu sendiri; ia hanya menjalankan perintah Eropa. Dalam Perjanjian Lausanne, negara-negara besar—terutama Inggris—memasukkan empat syarat utama yang disampaikan oleh Lord Curzon (Menteri Luar Negeri Inggris saat itu):
1. Menjatuhkan kekhalifahan Islam sepenuhnya.
2. Menjadikan negara Turki sekuler dan memutus segala hubungan dengan Islam serta memerangi syariat.
3. Mengusir khalifah dan seluruh keluarga Utsmaniyah dari Turki serta menyita semua harta mereka.
4. Menggantikan konstitusi Utsmaniyah yang berdasarkan syariah dengan hukum sipil Barat.
Atatürk menenangkan pihak Eropa dengan berjanji menjalankan semua syarat itu. Sebagai imbalannya, pasukan Sekutu keluar dari Turki, dan Lord Curzon meyakinkan Parlemen Inggris bahwa mereka tak perlu khawatir Turki akan bangkit lagi, katanya: “Turki tak akan pernah berdiri lagi setelah kita mencabut Islam dan kekhalifahan darinya.” Dan benar, Turki pun masuk ke masa panjang pemisahan total dari agama, di mana rakyatnya mengalami tekanan keras terhadap segala hal yang berbau Islam.
Setelah itu, paham Freemason sekuler menguasai pemerintahan sepenuhnya, dan Turki berubah menjadi boneka di tangan kelompok Yahudi Dönmeh.
Meski semua pengkhianatannya sudah jelas dan terdokumentasi, Turki modern masih menjunjung Atatürk sebagai pahlawan nasional dan dengan bangga menghormati makamnya—yang bahkan memuat simbol-simbol Freemason—tanpa rasa malu.

COMMENTS