Gelap Sepanjang Waktu diantara Gedung Pencakar Langit
Gelap Sepanjang Waktu diantara Gedung Pencakar Langit
Oleh : Herliana Tri M
Siapa yang tak tergiur untuk tinggal dan merasakan megahnya Jakarta. Gedung- gedung menjulang tinggi, Restoran-restoran mewah siap memanjakan lidah para tamu dan pengunjung serta orang-orang hilir mudik berpakaian rapi khas baju dinas kantor- kantor dan pegawai pemerintahan. Ditambah lalu lalangnya film dan sinetron yang menyuguhkan kemewahan kota Jakarta.
Pesona Jakarta ini menjadi daya tarik bagi penduduk wilayah lain untuk berpindah atau urbanisasi menuju Jakarta. Harapan mengadu nasib, memperbaiki tingkat ekonomi ditengah kejumudan aktivitas di daerah asal.
Namun, diantara kemegahan- kemegahan yang terpampang nyata, tersimpan berbagai ironi kehidupan di dalamnya. Kerasnya perjuangan mendapatkan penghidup an layak, kesenjangan tajam status sosial, mewarnai hilir mudiknya berita Jakarta.
Berita yang cukup mengagetkan berasal dari Kampung Tongkol Jakarta Utara. Dilansir detik.com, 30/9/2025 menuangkan
potret aktivitas warga Kampung Tongkol. Kehidupan yang terpotret diantara gedung pencakar langit, menyimpan realitas masyarakat yang hidup di permukiman padat penduduk. Salah satunya adalah Kampung Tongkol, dengan padatnya bangunan, banyak rumah warga yang tidak terpapar sinar matahari.
Kampung ini terletak di RT 07/RW 01, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Permukiman ini berada di samping rel kereta api. Aktivitas padat penduduk yang terbiasa dengan suara kereta api yang melewati wilayah tersebut setiap 2-5 menit sekali melintas, KRL Commuter Line Bekasi/Cikarang-Kampung Bandan.
Rumah yang tak tersentuh matahari, tentu bukanlah pilihan ideal bagi mereka, namun keterpaksaan yang harus mereka terima sesuai kemampuan finansial yang ada. Tak terbayang sebelumnya, ada kehidupan seperti ini di tengah gemerlapnya kota.
Rumah padat penduduk, tanpa sinar matahari yang mampu menerobos masuk. Siang dan malamnya sama. Pemukiman padat penduduk yang tak tembus sinar matahari menjadikan listrik menyala sepanjang waktu baik itu di dalam rumah ataupun lampu jalan. Rumah sempit dengan petakan kecil, tanpa akses matahari, udara lembab, sungguh tak memenuhi standart hidup sehat.
Berbagai dampak turunan yang muncul tinggal di tengah- tengah gedung pencakar langit yang sebenarnya tak layak menjadi wilayah hunian tentu memunculkan berbagai masalah turunan seperti peluang sakit lebih tinggi karena udara lembab, sirkulasi udara tidak lancar, tanpa akses sinar matahari mampu menerobos masuk ke dalam rumah, menjadikan cucian kering dengan mengandalkan suhu udara panas kota Jakarta, bukan karena sinar alami matahari serta berbagai masalah lainnya yang muncul.
Peran Negara Menyelesaikan Masalah di Perkotaan
Kondisi seperti ini tentu tak bisa dibiarkan. Tingginya arus urbanisasi, tak dibarengi kemampuan kota tujuan menampungnya, memunculkan masalah kompleks bagi wilayahnya. Tingginya angka kriminalitas, pengangguran meningkat, bermunculannya rumah- rumah liar tak sesuai standart, dan yang pasti hunian tak layak huni akan berdampak buruk bagi kesehatan penduduknya.
Tiingginya Angka Urbanisasi
Kasus kampung Tongkol bukanlah satu- satunya masalah terkait perumahan di kota- kota Besar termasuk Jakarta. Keberadaan rumah tak layak huni merupakan potret permasalah makro yang butuh solusi. Melibatkan kebijakan yang lebih besar terkait tata wilayah, ekonomi yang merata, tak hanya terpusat di kota-kota besar saja.
Secara fakta, sekitar 70% perputaran uang di Indonesia berpusat di Jakarta. Tak bisa dipungkiri, posisinya sebagai pusat ekonomi, bisnis, dan keuangan utama Indonesia. Angka ini sering disebut dalam berbagai berita sebagai cerminan dari posisi Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional.
Pemerataan Pembangunan
Pembahasan pemerataan pembangunan adalah hal yang sudah dipahami khalayak umum. Solusi menyelesaikan derasnya arus urbanisasi adalah dengan pemerataan.
Namun jargon ini tak berimbas nyata apabila tak dibarengi dengan langkah- langkah riil dengan dan usaha sungguh- sungguh pemerintah meratakan pembangunan semua wilayah. Berbagai hal yang harusnya diperhatikan dalam rangka pemerataan.
Pertama, memperbaiki infrastruktur Pedesaan. Peningkatan akses transportasi, komunikasi, listrik, dan air bersih di daerah pedesaan untuk mendukung aktivitas masyarakat. Infrastruktur sangatlah penting untuk menunjang aktivitas warga, melancarkan aktivitas ekonomi serta pemenuhan semua.kebutuhan warganya.
Kedua, pemerataan fasilitas. Fasilitas pendidikan, kesehatan yang memadai di desa juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan kota. Memandang kebutuhan warga dalam kaca mata yang sama sebagai warga negara, bahwa setiap rakyat berhak atas perlakuan dan kesamaan fasilitas.
Ketiga, pengembangan ekonomi pedesaan. Permasalahan ini yang cukup krusial. Pemicu terbesar arus urbanisasi. Disaat desa atau kita kecil tak mampu menjanjikan lapangan kerja yang memadahi, sehingga secara alami warga akan mencari solusi atas masalah hidupnya. Sehingga arus urbanisasi atau bahkan menjadi TKI pun ditempuh dalam rangka menaikkan taraf hidup.
Oleh karena itu, diperlukan keseriusan untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Penguasa yang mendapat amanah mengurusi urusan rakyat harus selalu terpatri dalam dirinya bahwa tanggung jawab yang ada pada pundaknya akan dimintai pertanggungjawaban Allah SWT. Sehingga menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh tak sekedar pencitraan semata. Amanah besar yang benar- benar dijalankan akan mampu mengurai setiap permasalah dan solusi terbaik akan berhasil diraih
.jpeg)
COMMENTS