Gaza Tak Butuh Solusi Dua Negara
Gaza Tak Butuh Solusi Dua Negara
Oleh: Adelusiana
Dilansir dari tribunnews.com presiden RI Prabowo Subianto sudah tiga kali secara eksplisit membahas solusi dua negara (two-state solution) terkait konflik Israel vs Palestina.
Ia menegaskan, posisi diplomatik Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina sebagai syarat utama perdamaian, sambil menawarkan pengakuan terhadap Israel jika Palestina diakui secara berdaulat.
Susi dua negara sudah digabungkan Prabowo sejak masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI ( Menhan) periode 2014-2019 hingga sekarang ia duduk sebagai presiden RI. (23/9/2025).
Kondisi Gaza yang semakin memburuk akibat agresi zionis yang didukung penuh oleh Amerika Serikat, seakan menjadi panggung nyata bagaimana dunia internasional bersepakat untuk mengambil posisi aman. Tidak ada satupun negara yang benar-benar berdiri tegak di sisi Gaza, bahkan negara-negara besar lebih memilih bersembunyi dibalik jargon perdamaian semu yang ditawarkan oleh Amerika Serikat melalui solusi dua negara.
Padahal jika ditelisik lebih dalam, usulan solusi dua negara sejatinya merupakan bentuk keputusasaan Amerika Serikat atas keteguhan rakyat Gaza dan para Mujahidin yang terus berjuang mempertahankan tanah air mereka. Meskipun mereka diserang tanpa henti, Gaza tidak pernah tunduk bahkan terus memberikan pukulan balik yang membuat proyek penjajahan zionis tidak pernah benar-benar aman.
Justru karena itulah AS mengajukan solusi kompromi agar perlawanan itu dapat dilemahkan dan di arahkan ke jalur politik yang jauh dari spirit jihad pembebasan. Ironisnya, dukungan terhadap solusi dua negara ini (two-state solution) tidak hanya datang dari Barat. Para pemimpin negeri-negeri muslim termasuk Indonesia juga menyuarakan hal yang sama. Padahal langkah tersebut hanyalah ilusi dan justru semakin menjauhkan umat dari cita-cita sejati pembebasan Palestina, yaitu pembebasan penuh dari penjajahan bukan pembagian wilayah.
Dengan mengamini solusi ini para pemimpin muslim secara sadar atau tidak telah melegitimasi eksistensi zionis di tanah Palestina. Langkah ini sekaligus juga bentuk penghianatan atas darah para syuhada yang telah tumpah demi tanah suci. Alih-alih membela Gaza secara nyata dengan dukungan militer maupun politik yang tegas, mereka justru menjadi corong diplomasi semu yang meninabobokan umat.
Inilah bukti nyata kegagalan kepemimpinan dalam sistem sekuler yang tidak bertumpu pada syariat Islam sehingga tidak pernah melahirkan keberanian politik untuk benar-benar menolong Gaza dan membebaskan Palestina dari penjajahan.
Sungguh Al-Qur'an dan As-sunnah telah menuntun umat Islam akan solusi syar'i atas genosida terhadap Gaza, solusi ini adalah melakukan jihad fii sabilillah. Jihad adalah ajaran Islam berupa perang melawan kaum kafir dalam menegakkan agama Allah subhanahu wa Ta'ala. Ketika saudara kita diperangi, sesungguhnya kita wajib untuk membela dan menolong mereka.
Allah SWT berfirman yang artinya “perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usir lah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian,” (QS. Al-Baqarah: 191).
Karena itu sudah sepantasnya para penguasa muslim di Arab dan dunia Islam mengirimkan tentara mereka untuk berjihad bersama para Mujahidin Palestina demi mengusir kaum Yahudi penjajah dari wilayah Palestina. Sungguh ini adalah amalan yang pahalanya luar biasa. Karena itulah tak pantas para tentara muslim berdiam diri dan berpangku tangan.
Oleh karena itu, yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi perintah ini adalah para penguasa negeri Islam dan para panglima perang yang memiliki komando untuk menggerakkan militer negeri-negeri Islam. Apalagi yang dihadapi umat Islam dalam persoalan Palestina hari ini bukan sekedar entitas zionis tetapi Amerika dan sekutu Eropanya. Inilah kekuatan politik global yang juga siap mengerahkan militer mereka. Hanya dengan mobilisasi tentara-tentara negeri Islam akar krisis Palestina ini bisa dituntaskan.
Sekali lagi akar persoalannya adalah keberadaan entitas penjajahan Yahudi. Persoalan ini tidak bisa diselesaikan dengan bantuan kemanusiaan. Memang benar bantuan ini dapat membantu korban namun tidak menghentikan kejahatannya yang tidak hanya melukai namun juga membunuh korban. Demikian halnya dengan usulan kerangka perdamaian barat atau solusi dua negara yang justru berujung pada pengakuan eksistensi penjajah Yahudi seolah sebuah negara yang legal.
Oleh karena itu, persoalan ini hanya dapat diselesaikan dengan jihad fii sabilillah. Kaum muslimin dengan potensi yang dimilikinya saat ini sangat mampu menonjol dengan jihad bahkan akan memenangkan perang hanya dalam waktu 1 jam saja. Apa yang terjadi di Palestina ini menyadarkan kita bahwa umat ini harus bersatu, umat ini harus memiliki pelindung dan pemimpin yang satu berjuang dalam satu komando.
Sekat-sekat imajiner negara buatan penjajah berupa paham nasionalisme telah menjadikan umat ini lemah dan tercerai berai. Mengharapkan pertolongan PBB dan negara-negara kafir Barat adalah ilusi dan mustahil. Pasalnya mereka adalah bagian dari pembuat masalah di Palestina. Karena itu umat memang membutuhkan seorang Khalifah pemimpin kaum muslimin sedunia.
Rasulullah Saw telah bersabda: “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung,” (HR. al-Bukhari muslim).
Khalifah lah yang akan menyerukan sekaligus momen langsung pasukan kaum muslimin di seluruh dunia untuk membebaskan dan menyelamatkan kaum muslim di mana saja.
Khilafah akan menghentikan kolonialisasi, dominasi, dan hegemoni barat dengan tata dunia saat ini. Khilafah akan membentuk konstelasi internasional baru, juga tata dunia baru yang adil dan makmur atas landasan Islam. Inilah yang seharusnya menjadi tuntutan kaum muslimin dalam menyelesaikan persoalan Palestina.
Wallahu a'lam bi ash-shawaab[].
.jpeg)
COMMENTS