Palestina telah dijajah selama 77 tahun. Penjajahan berawal dari kejahatan dunia internasional di abad ke-20. Sejak kekalahan Daulah Khilafah Utsmani
Borok Zionis Butuh Obat yang Sistematis
Penulis: Roess Mie Negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, untuk pertama kalinya secara resmi mendesak Hamas agar melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Sementara itu, Mesir justru menekan Imam Besar Al-Azhar untuk mencabut pernyataannya tentang Zionis—padahal dunia menyaksikan bagaimana pelaparan sistematis dijadikan senjata oleh Yahudi untuk melakukan genosida.
Di sisi lain, semakin banyak negara yang mulai menyatakan akan mengakui Palestina sebagai negara, setelah terbuka borok Zionis Yahudi dan tersingkap kejahatan yang tiada tara. Para penguasa Muslim ibarat buta dan tuli terhadap realita di Gaza, seolah tak ada ikatan iman antara mereka dan kaum Muslimin di sana. Sekat-sekat nasionalisme menjadi penghalang kokoh bagi keselamatan Palestina. Bukankah Allah SWT telah mengingatkan tentang ikatan ukhuwah Islamiyah sebagai landasan hubungan antar-Muslim?
Kepentingan dunia, jabatan, dan kekuasaan telah mematikan ukhuwah Islamiyah dan menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan musuh Allah SWT.
Palestina telah dijajah selama 77 tahun. Penjajahan itu berawal dari kejahatan dunia internasional di abad ke-20. Sejak kekalahan Daulah Khilafah Utsmaniyah dalam Perang Dunia Pertama, Palestina dijadikan sebagai zona internasional dalam perjanjian Sykes-Picot. Akhirnya, wilayah Palestina tidak lagi berada dalam perlindungan penuh Daulah Khilafah, melainkan berada di bawah intervensi Inggris sebagai negara pemenang perang kala itu.
Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang menyatakan dukungannya terhadap pendirian "tanah air nasional bagi bangsa Yahudi" di Palestina. Hal ini mendorong migrasi besar-besaran bangsa Yahudi dari berbagai belahan dunia ke tanah Palestina. Migrasi semakin masif setelah Inggris mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (LBB) untuk mengurus wilayah Palestina pada tahun 1922. Perampasan dan penjajahan tanah Palestina oleh Zionis pun mulai berlangsung hingga pecah konflik.
Pasca Perang Dunia Kedua, mandat Inggris dicabut dan digantikan oleh Amerika. Melalui PBB, Amerika mengeluarkan solusi dua negara pada tahun 1947. Di tahun berikutnya, 1948, Amerika membidani pendirian negara Zionis. Sejak saat itu, berbagai perjanjian yang dibuat hanya semakin menambah penderitaan kaum Muslimin di Palestina.
Pelaparan yang tersistem di Palestina seharusnya membuka mata batin kita. Bagaimana anak-anak Palestina, sejak bayi, bahkan tak menemukan air susu ibunya karena sang ibu tidak mendapatkan makanan yang cukup. Balita pun tak kalah perihnya—mereka sama laparnya, bahkan lebih. Sekalinya mereka mendapatkan bantuan, itu pun dilempar, dan mereka harus berlari serta berebut untuk mendapatkannya. Anak-anak Palestina, saudara kita, mengambil makanan dalam keadaan terhinakan. Mereka mengejar makanan yang diumpankan oleh musuh yang siap menerkam.
Kalaupun ada bantuan dari kaum Muslim berupa makanan, obat-obatan, dan doa, sungguh itu tidak cukup untuk membantu mereka. Mereka adalah umat mulia yang Rasulullah SAW katakan lebih mulia dari kemuliaan Ka'bah. Hal ini harus dipahami oleh seluruh Muslim di dunia: bahwa pengiriman bantuan tidak bisa menghentikan genosida. Itu hanya memberi makanan kepada orang yang hampir mati karena kelaparan.
Kini, negara-negara Barat sedang bersusulan menyatakan akan mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Tentu saja mereka memiliki syarat-syarat, salah satunya adalah pemberangusan kelompok perlawanan. Dan tentu saja ada syarat-syarat lainnya yang semakin menambah perih rakyat Palestina. Mereka seolah-olah memutarbalikkan fakta, seakan penyebab kelaparan bukanlah entitas Zionis.
Mari kita sama-sama menjernihkan hati dan berpikir mustanir. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Palestina?
Dengan waktu yang begitu lama, apakah belum cukup menyadarkan kita bahwa apa yang terjadi di Palestina hari ini adalah pembumihangusan umat Muslim secara tersistem? Penderitaan Palestina adalah tanggung jawab seluruh Muslim di dunia. Namun kenyataannya, rakyat Palestina semakin bertambah luka hatinya, yang hampir membusuk karena perlakuan para penguasa Muslim—seolah tak ada ikatan iman antara mereka dan Muslim Gaza.
Padahal sejatinya, umat Islam harus memahami kuatnya ukhuwah Islamiyah sebagai landasan hubungan antar-Muslim. Kepentingan dunia, jabatan, dan kekuasaan telah menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan Allah SWT.
Bukankah kita umat Islam adalah umat terbaik (QS 3:110)? Dan semua telah terwujud nyata dalam perjuangan Rasulullah SAW. Sungguh, kemuliaan umat harus diperjuangkan kembali, dengan kesadaran akan janji Allah dan dorongan untuk mewujudkannya.
Upaya itu tentu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang, sebagaimana yang diemban oleh jamaah dakwah ideologis yang menerapkan Islam secara kaffah. Demikian pula, perjuangan pembebasan Palestina akan terwujud manakala sistem Islam (khilafah) tegak dan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas.
Seharusnya, apa yang terjadi terhadap saudara Muslim kita di Palestina sudah cukup untuk membangkitkan umat dan mewujudkan kemuliaan Islam. Hanya Islamlah yang akan menjadi penyelamat, pelindung, dan penjaga kehormatan umatnya.

COMMENTS