Idul Fitri di Palestina: Antara Kebahagiaan dan Kepiluan
Idul Fitri di Palestina: Antara Kebahagiaan dan Kepiluan
By Li
Idul Fitri, yang dikenal sebagai "Hari Kemenangan" dalam Islam, adalah momen yang penuh kebahagiaan dan syukur bagi umat Muslim di seluruh dunia. Hari raya ini menandai berakhirnya bulan Ramadan, bulan penuh berkah dan ibadah. Namun, di tengah sukacita global, ada cerita pilu dari Palestina yang menggambarkan bagaimana perayaan ini direnggut oleh konflik yang tak kunjung usai.
Di Yerusalem, ribuan warga Palestina tetap berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Mereka berkumpul sejak pagi, membawa anak-anak dan keluarga, meski situasi keamanan terus memanas akibat konflik dengan Israel. Masjid Al-Aqsa menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi warga Palestina, tempat mereka bersujud memanjatkan doa di tengah ketidakpastian hidup.
Anak-anak terlihat membawa balon, mencoba menikmati momen bahagia meski bayang-bayang perang terus menghantui. Perayaan ini menunjukkan semangat tak tergoyahkan warga Palestina untuk tetap merayakan Idul Fitri sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.
Berbeda dengan suasana di Yerusalem, Gaza menghadapi mimpi buruk saat Idul Fitri. Serangan udara Israel pada hari pertama Idul Fitri 2025 menewaskan setidaknya 21 orang, termasuk anak-anak dan perempuan. Banyak keluarga kehilangan anggota tercinta di hari yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan. Di Deir el-Balah, seorang warga bernama Adel al-Shaer mengungkapkan kesedihannya setelah kehilangan 20 anggota keluarga akibat serangan tersebut.
Lebih dari itu, kondisi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan. Warga menghadapi krisis pangan akut, dengan banyak keluarga tidak mampu menyediakan makanan untuk sahur atau berbuka puasa selama Ramadan. Pada hari raya Idul Fitri, mereka bahkan kesulitan mendapatkan makanan sederhana untuk merayakan hari besar tersebut.
Di luar Gaza, pengungsi Palestina di Yordania juga menghadapi kepiluan. Di kamp pengungsian Wihdat, mereka merayakan Idul Fitri dengan kenangan pahit tentang rumah yang telah hancur dan keluarga yang tercerai-berai akibat konflik. Anak-anak pengungsi kehilangan kesempatan untuk bermain dan menerima hadiah lebaran seperti anak-anak lainnya di dunia.
Situasi ini mencerminkan dampak jangka panjang dari konflik yang telah memaksa lebih dari 1,7 juta orang meninggalkan rumah mereka. Banyak dari mereka kini hidup dalam kondisi yang sangat sulit tanpa akses makanan atau perlindungan yang memadai.
Refleksi Umat Islam: Sistem Kehidupan yang Tidak Layak
Kisah pilu dari Palestina menjadi cerminan nyata bahwa kebahagiaan umat Islam belumlah sempurna. Konflik berkepanjangan ini menunjukkan kegagalan sistem sekuler kapitalisme dalam memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi manusia secara global. Sistem ini telah menciptakan ketidakadilan struktural yang memungkinkan penjajahan dan penindasan terus berlangsung.
Sebagai alternatif, Islam menawarkan solusi sistemik melalui penerapan syariat secara kaffah. Sejarah mencatat bahwa sistem Islam pernah menghantarkan peradaban gemilang dengan keadilan sosial dan kemajuan ekonomi yang luar biasa. Dalam konteks modern, umat Islam semakin menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada sistem Islam melalui Khilafah-lah kebahagiaan hakiki dapat diraih.
Tragedi di Palestina menjadi panggilan bagi umat Islam untuk bersatu dalam perjuangan menegakkan Khilafah sebagai pelindung hakiki umat. Khilafah bukan hanya solusi politik tetapi juga sistem kehidupan yang menyeluruh berdasarkan ajaran Allah SWT. Dengan Khilafah, umat Islam dapat merasakan kebahagiaan sejati sekaligus melindungi hak-hak mereka dari penindasan global.
Untuk mewujudkan ini, diperlukan jamaah dakwah yang konsisten membangun kesadaran umat akan pentingnya sistem Islam. Perjuangan ini harus menjadi agenda utama umat Islam agar kehidupan Islami dapat kembali terwujud secara kaffah.
Idul Fitri adalah momen refleksi bagi umat Muslim untuk mensyukuri nikmat Allah SWT sekaligus merenungkan kondisi saudara-saudara mereka yang masih tertindas. Kisah pilu dari Palestina mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan belum berakhir. Umat Islam harus bersatu dalam solidaritas global untuk mendukung saudara-saudara mereka di Palestina dan memperjuangkan sistem kehidupan yang lebih baik berdasarkan ajaran Islam.
Semoga suatu hari nanti, Idul Fitri dapat dirayakan dengan penuh kebahagiaan oleh seluruh umat Muslim tanpa adanya perang dan penindasan. Hingga saat itu tiba, perjuangan untuk keadilan harus terus dilanjutkan sebagai bentuk komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan.[]
Citations:
[1] https://www.aljazeera.com/gallery/2025/3/30/eid-of-sadness-gaza-marks-festival-amid-israeli-bombings-lack-of-food
[2] https://adararelief.com/hari-tanah-palestina-2025-dan-harapan-idulfitri-yang-telah-sirna/
COMMENTS