Maraknya Kecelakaan, Bukti Lemahnya Regulasi Keselamatan
Maraknya Kecelakaan, Bukti Lemahnya Regulasi Keselamatan
Oleh : Reka Putri Aslama (Ummu wa Robbatul Bait)
Lagi, terjadi sejumlah kecelakaan di jalan tol dalam beberapa bulan terakhir, yang terbaru di tol Ciawi. Kecelakaan di tol Ciawi ini terjadi pada Selasa, 4 Februari dini hari. Bermula karena sebuah truk yang bermuatan air mineral menabrak kendaraan yang tengah mengantri pembayaran di gerbang tol (GT), diduga karena rem truk tersebut blong, akibatnya kecelakaan beruntun tidak dapat dihindari, 6 kendaraan yakni 1 truk dan 5 mini bus saling bertabrakan.
Menurut pihak jasa marga selaku badan usaha milik negara (BUMN) pengelola jalan tol, kecelakaan persisnya terjadi di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2, KM 41+400 Ruas Tol Jagorawi arah Jakarta. 8 orang tewas, 4 orang mengalami luka berat dan 7 orang mengalami luka ringan. Termasuk diantaranya adalah petugas customer service jasa marga yang tengah bertugas di lapangan. (bbc.com, 05/02/2025)
Menurut saksi mata, Nurdin Hidayat mengatakan, meski memang di gerbang tol 1 dan 2 sering terjadi kecelakaan, namun menurutnya ini adalah yang paling parah. Korban bergeletakan, ada yang terhimpit oleh truk, tertindih oleh air mineral, kobaran api terlihat dari kejauhan, dan 3 gardu tol rusak parah.
Terus Berulang
Kecelakaan di jalan tol terus berulang, ini seharusnya menjadi pertanyaan bagi kita semua, mengapa kecelakaan terus saja berulang?
Mari kita urai, setidaknya ada 2 masalah yang menjadi penyebab kecelakaan terus berulang
1. Masalah Person
Ini terkait kapabilitas supir, menurut pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, ia mengatakan hanya sekitar 10% pengemudi yang benar-benar memahami aturan berkendara, baik untuk truk tunggal, gandeng, maupun trailer, terlebih truk yang mengangkut barang berupa cairan, karena barang berupa cairan ini memiliki gaya _sloshing_ [gerakan cairan bebas di dalam wadah yang tidak terisi penuh, seperti tangki truk atau kapal]. Tenaga dorongnya sangat besar, tentu akan membahayakan apabila supir tidak mendapat edukasi dan pelatihan terkait hal ini.
Kesadaran untuk melakukan pengecekan kendaraan juga masih minim, seharusnya ini dilakukan berkala. Namun inipun berkaitan dengan vendor yang memperkerjakan supir tanpa mengecek kondisi truk terlebih dahulu.
Sebagian besar truk pengangkut barang bukan perusahaan produksi, melainkan vendor. Dan vendor ini sering kali 'kejar target pengiriman' sehingga jika supir telah selesai dari satu pengiriman, dilanjut mengirimkan barang baru tanpa ada pengecekan terlebih dahulu. Baik dari sisi kendaraan maupun sisi supirnya itu sendiri. Karena beban kerja yang berat akan menimbulkan kelelahan, sehingga ini pun menjadi masalah baru, sebab tidak sedikit terjadi kecelakaan karena supir yang mengantuk akibat kelelahan.
Padahal menjadi supir truk merupakan pekerjaan yang tidak mudah, dengan beban kerja yang berat, seringkali upah dibawah UMR, kesejahteraan supir di sistem kapitalisme sering kali terabaikan.
2. Masalah Sistem
Ini terkait regulasi keselamatan pengendara yang salah satunya adalah pemberian SIM kepada supir tanpa proses pengujian terlebih dahulu atau yang sering kita kenal dengan 'nembak SIM'. Disistem hari ini nembak SIM menjadi hal yang lumrah terjadi, karena meski harga relatif lebih mahal, tapi tidak perlu antri lama dan tidak melalui proses pengujian. Akibatnya pengendara hanya mengantongi izin tanpa adanya kapabilitas yang layak. Ini karena memang disistem kapitalisme keselamatan para pengguna jalan tidak menjadi prioritas.
Pengawasan pemerintah terhadap pemilik kendaraan pun terkesan abai, karena tidak sedikit kecelakaan terjadi akibat rem yang blong, pemerintah tidak memastikan dan mengawasi vendor atau perusahaan dalam melakukan pengecekan terhadap kendaraan secara rutin dan berkala, padahal ini berkaitan dengan keselamatan pengguna jalan lainnya.
Pemerintah pun tidak menindak tegas bagi vendor atau perusahaan yang tidak melakukan pengecekan rutin terhadap kendaraan. Akibatnya tidak ada efek jera bagi mereka, sehingga ini akan terus berulang selama regulasi keselamatan tidak diperbaiki.
Semua itu menunjukkan lemahnya jaminan keselamatan transportasi dan mitigasi berdasarkan pada sistem kapitalisme, yang menjadikan negara hanya sebagai operator dan fasilitator.
Pandangan Islam
Islam memandang bahwa jalan adalah kebutuhan publik dan memiliki kegunaan khusus sehingga membutuhkan perhatian khusus.
Maka dari itu, didalam sistem Islam, kelayakan jalan bagi kendaraan yang melintas akan benar-benar diperhatikan, pengecekan kelayakan jalan akan dilakukan secara berkala, pun dengan perbaikan jalan, akan dilakukan demi mencegah terjadinya kecelakaan.
Negara dalam sistem Islam tidak akan membiarkan praktik curang terkait pemberian SIM, para pengemudi akan dipastikan memenuhi syarat yang berlaku sehingga dapat berkendara dengan aman dan tidak akan membahayakan pengendara lain juga para pengguna jalan.
Negara dalam sistem Islam pun akan memastikan pengaturan beban kerja yang layak bagi supir berikut dengan upah yang sesuai.
Supir didalam sistem Islam akan mendapatkan kesejahteraan, mereka tidak akan menjadi budak yang diperkerjakan secara tidak manusiawi.
Semua itu akan mudah diwujudkan karena Islam menjadikan penguasanya sebagai Raa'in sebagaimana dalam hadits Rasulullah :
الْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ
"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat), dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyat nya." (H.R Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut menekankan bahwa tanggung jawab pemimpin adalah mengurus rakyatnya, pun dalam hal memberikan layanan berkualitas untuk rakyatnya, termasuk memberikan jaminan kesejahteraan pada para pengemudi.
Maka dari itu, bila kita ingin merasakan jaminan kesejahteraan, maka mari senantiasa ikut andil dalam memperjuangkan Islam agar menjadi satu-satunya sistem yang mengatur kehidupan.
Wallahu a'lam bishshowaab.
COMMENTS