Rumahtangga retak
By : L. Mawarani
Baru-baru ini diberitakan hasil survei aplikasi Just Dating tentang perselingkuhan yang cukup mengejutkan. Hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kasus perselingkuhannya terbanyak di Asia, setelah Thailand. Sebanyak 40% responden mengaku pernah berbuat selingkuh dari pasangannya (tribunnews.com, 18/02/2023). Perselingkuhan dengan beragam kasus yang tidak hanya berujung rusaknya rumah tangga, tapi banyak kejadian juga berujung maut. Belum lagi perselingkuhan yang terjadi antar teman, tetangga, hingga kerabat atau saudara. Tidak hanya itu, beberapa bulan silam juga terkuak dan viral adanya perselingkhuan antara menantu dan mertua. Sangat menjijikkan.
Maraknya kasus perselingkuhan ini menunjukkan bahwa bangunan keluarga dan ikatan pernikahan dalam masyarakat kita tergolong sangat rapuh. Bagaimana tidak, jika jumlah 40% dan merupakan tertinggi kedua di Asia. Pertanyaannya adalah bagaimana ini bisa terjadi, sementara Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar? Tidak dapat dimungkiri bahwa agama tidak lagi menjadi tolak ukur, karena sistem yang berjalan adalah sekulerisme, agama dipisahkan dari kehidupan.
Harus diakui bahwa faktor yang dominan sebagai penyebab perselingkuhan adalah aspek ketertarikan secara fisik dan mencari kesenangan sesaat. Kecantikan dan kemolekan tubuh kerap menjadi penyebab berpalingnya seorang suami dari istri yang setia menunggunya di rumah demi mengatur rumah dan menjaga anak-anaknya. Istri terlihat tidak secantik para wanita yang ada di luar rumah yang kerap berdandan sehingga tampak cantik, harum, dan menarik.
Menikah hanya karena cinta dan cinta karena fisik, fisik istri tidak menarik
Tidak ada rumah tangga yang tidak pernah mengalami masalah. Sistem sekuler kapitalis yang menekankan dilupakannya aturan agama dan diutamakan mencari manfaat dan kesenangan semata, menjadi hal yang turut mendorong terjadinya perselingkuhan. Terlebih dengan rendahnya keimanan, ketika muncul permasalahan di antara suami dan istri, tidak jarang selingkuh dianggap sebagai salah satu solusi.
Kasus perselingkuhan juga dipicu oleh berbagai hal yang kerap mengondisikan selingkuh sebagai pilihan. Bebasnya sistem sosial dan tata pergaulan menjadikan berinteraksinya laki-laki dan perempuan sedemikian bebas sehingga berdua-duaan dianggap biasa dengan dalih hanya tetangga, teman dekat, anggapan sebagai kakak/adik sendiri, dan sebagainya pada akhirnya membuat mereka saling nyaman dan menggiring mereka pada perselingkuhan. Ditambah lagi dengan bebasnya media sehingga kisah-kisah romantis dan konten-konten erotis bertebaran dan memicu bangkitnya syahwat yang kerap berujung pada pemenuhan yang salah. Demikianlah sistem kehidupan yang dilandasi sekulerisme dan kapitalisme memudahkan terjadinya perselingkuhan.
Berbeda dengan sistem kehidupan yang berlandaskan Islam. Islam menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bahkan merupakan perjanjian kuat di hadapan Allah SWT. Karena itu pernikahan bukan hanya untuk meraih kesenangan semata, namun ada tujuan mulia lainnya yang harus dijaga agar kehidupan masyarakat tetap dalam kemuliaan dan kesucian. Pernikahan adalah pintu untuk mendapatkan keturunan dan membentuk keluarga, menjalin tali kekerabatan, dan menjadi pilar penting bagi terjaganya kehormatan di tengah masyarakat.
Di dalam Islam, pernikahan tidak dilakukan dengan dasar cinta dan romansa yang terjalin sebelumnya, tetapi karena kedua pihak mengharapkan keridhaan Tuhannya. Cinta akan lahir di antara keduanya karena kecintaannya kepada Allah. Inilah yang menjadikan kokoh dan kuatnya bangunan pernikahan dalam Islam. Karena tidak bersandar pada fisik, maka ketika mereka beranjak tua dan kemolekan tubuh serta kecantikan mulai luntur atau kegagahan yang mulai hilang, tidak ada yang berubah dalam rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Tidak akan terpikir untuk berselingkuh, jika kecintaan kepada Allah adalah dasarnya
Meskipun demikian, Islam tidak menjadikan keberlangsungan pernikahan wajib dijaga oleh pasangan suami istri saja, namun juga oleh masyarakat. Sistem Islam mewajibkan negara untuk ikut menjaga kuatnya ikatan pernikahan dengan berbagai hukum atau aturan yang diterapkan dalam berbagaai aspek terkait. Dalam sistem sosial, pergaulan akan diatur sehingga laki-laki dan perempuan tidak berinteraksi kecuali jika ada keperluan yang tidak dapat dihindari. Sistem pendidikan juga dijalankan dengan kurikulum yang menanamkan iman dan takwa. Diterapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan seluruh rakyat dengan pengelolaan sumber daya alam milik rakyat dengan tepat. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, para suami dimudahkan dalam mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang baik sehingga dapat memberikan nafkah kepada keluarganya secara layak. Tidak hanya itu, semua media juga akan dikembalikan fungsinya sebagai sumber informasi dan edukasi yang bermanfaat bagi kehidupan. Demikianlah, sistem Islam mengatur semua aspek kehidupan dengan aturan Allah Sang Maha Sempurna sehingga manusia dapat hidup berbahagia.
COMMENTS