Eksploitasi anak
Oleh : Nonik Sumarsih (Aktivis Dakwah Kampus)
Beberapa waktu lalu pasangan youtuber mendapat teguran dan kritikan dari warganet. Pasalnya, pasangan ini dinilai melakukan kegiatan yang berbahaya untuk buah hati mereka yang masih berusia 5 bulan. Saat itu, keluarga youtuber ini sedang merayakan liburan tahun baru di Bali. Di momen tersebut, mereka mengajak bayinya mengendarai jetski yang agak sedikit ngebut tanpa pelampung. Si bayi hanya digendong menggunakan satu tangan oleh si ayah. Tak hanya itu, pasangan ini juga mengajak bayinya menaiki ATV (all-terrain vehicle) yang digendong si ibu dengan gendongan. Dalam captionnya, sang ibu mengatakan ingin melatih anaknya menjadi pemberani.
Tentu saja, membawa seorang bayi yang masih berusia 5 bulan menaiki wahana tersebut bisa membahayakan keselamatan si bayi. Terlebih jika aksi itu dijadikan sebagai sebuah konten. Memang, arus kehidupan saat ini dikuasai oleh popularitas, bahkan dijadikan sebagai salah satu tujuan hidup yang harus diraih. Mirisnya popularitas membuat seseorang abai akan hal-hal yang harus dijaga, bahkan keselamatan anaknya sendiri yang masih bayi.
Inilah dampak penerapan sistem kehidupan batil bernama sekularisme kapitalisme. Paham ini membuat kehidupan manusia dipisahkan dari agama dan fokus pada capaian materi. Akibatnya, mereka akan melakukan apapun agar bisa menjadi viral sekalipun itu membahayakan.
Sangat berbeda jika masyarakat diatur oleh sistem kehidupan shahih yakni Islam. Pemikiran, perasaan, dan sistem masyarakat Islam akan dipengaruhi dan terikat oleh akidah Islam. Sehingga kehidupan mereka akan dilingkupi oleh syariah Islam, tak terkecuali dalam mengasuh dan menjaga keselamatan anak.
Islam memandangan anak adalah titipan Allah Ta’ala. Karena itu, anak adalah sesuatu yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik. Kelak setiap orang tua yang Allah Ta’ala titipkan amanah ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat bagaimana mereka mengasuh dan mendidikan anak-anak mereka.
Tak hanya itu, Islam juga memandang bahwa anak adalah aset generasi mendatang yang memegang estafet perjuangan suatu bangsa. Masa depan umat berada di tangan mereka. Untuk itu, Islam memberikan berbagai hak kepada anak yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan siap menjadi pemimpin umat. Di antaranya adalah:
Pertama, hak hidup. Syariat menjamin hak hidup setiap anak, baik sebelum atau bahkan setelah dilahirkan. Allah Ta’ala berfirman, artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (terjemah QS Al-Isra: 31)
Syariat menjamin hak hidup setiap anak, baik sebelum atau bahkan setelah dilahirkan. Dengan keimanannya, tidak akan ada orang tua yang tega membunuh anaknya hanya karena khawatir tak mampu memberikan nafkah yang layak.
Kedua, hak nafkah. Islam mewajibkan laki-laki untuk menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya, termasuk istri dan anak-anaknya sebagaimana perintahnya dalam surah al Baqarah ayat 233.
Ketiga, hak untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan. Artinya anak mendapatkan perlindungan dari berbagai ancaman baik secara fisik maupun psikis, dan hal-hal lain yang membahayakan anak. Tentu orang tua yang paham konsep ini tidak akan membawa putra-putri mereka pada aktivitas yang membahayakan si anak hanya demi popularitas.
Keempat, hak pengasuhan. Seorang ulama mujtahid mutlak Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya An-Nizhamu al-Ijtima’i fi al-Islam menjelaskan bahwa pengasuhan anak merupakan hak bagi mereka, sekaligus kewajiban bagi orang tua terutama ibu sebagai pendidik utama dan pertama. Pengasuhan ini termasuk menjaga jiwa (hifzh al-nafs) sehingga orang tua dilarang menelantarkan anak mereka yang hal itu menyebabkan si anak terjerumus pada kebinasaan.
Kelima, hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan terbaik. Pendidikan yang diberikan ibu dan ayah layaknya sebuah benteng yang akan melindungi anak dari berbagai kerusakan. Orang tua wajib mendidik anaknya dengan akidah Islam dan mengarahkan tujuan hidup mereka hanya untuk Islam. Sehingga dari konsep ini akan lahir anak-anak yang berjiwa pemimpin akan peduli kepada yang lain dan akan bertanggung jawab terhadap baik buruknya kehidupan bangsanya.
Adanya hak-hak tersebut akan menuntun seorang perempuan yang diamanahi menjadi seorang ibu akan senantiasa memperhatikan upayanya menjaga keselamatan anak. Bahkan jika dalam sistem kehidupan Islam, negara juga diwajibkan menjadi pelindung setiap rakyat termasuk anak-anak. Negara yang demikian disebut dalam Islam fikih sebagai Khilafah. Maka meski Khilafah tidak mencampuri urusan privasi sebuah keluarga, akan tetapi Khilafah akan memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Sehingga mereka mampu melahirkan generasi berkualitas.
Negara memastikannya melalui serangkaian mekanisme kebijakan yang lahir dari hukum syariat. Seperti menjamin setiap laki-laki mendapat pekerjaan yang layak sehingga mampu menafkahi keluarganya secara ma’ruf; memberi jaminan kebutuhan dasar publik seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis. Jaminan ini akan membuat setiap anak mendapat layanan terbaik dan berkualitas di kehidupan publik; memberi sanksi kepada orang tua yang terbukti membahayakan anak. Demikianlah Khilafah menuntun agar orang tua, khususnya seorang Ibu memberikan pengasuhan untuk keselamatan putra-putri mereka.
COMMENTS