Kekerasan pada anak
Oleh : Diah Indriastuti, SE
Maraknya tawuran yang terjadi di kalangan remaja tentu membuat para orang tua maupun masyarakat merasa cemas dan khawatir. Di usia mereka saat ini seharusnya fokus di dalam pendidikan atau mengembangan keahlian yang mereka miliki "bersifat positif", tapi malah melakukan hal yang membahayakan dan mengancam nyawa.
Remaja yang di gadang-gadang menjadi sosok remaja yang "ideal", berprestasi, berdedikasi untuk negeri, berkontribusi dalam masyarakat, dan harapan-harapan lainnya, faktanya adalah marak remaja melakukan kriminalitas yang meresahkan masyarakat, menjadi beban bagi negara.
Pandangan Kapitalisme Terhadap Pemuda
Dalam pandangan Kapitalisme Liberal, yang disebut anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Pada usia tersebut meski mereka sudah baliq, mereka masih diperlakukan sebagai "anak-anak".
Jarang sekali ditemui anak usia 9-18 tahun memiliki kemampuan untuk memahami tujuan hidupnya dengan benar. Karena dalam paham ini, agama tidak dipakai untuk memutuskan urusan kehidupan dunia. Padahal agama menuntun manusia pada tujuan hidup yang benar.
Dari pandangan Kapitalisme Liberal ini jugalah, melahirkan pemahaman bahwa pemuda atau remaja memiliki sifat labil, puber, pacaran, nakal, mencari jati diri. Mereka hidup untuk mengikuti kesenangan mereka, cuek dengan lingkungan, egois.
Yang itu memunculkan penyikapan di masyarakat berupa permakluman terhadap apa saja yang mereka lakukan. Membiarkannya mumpung masing muda dipuas-puaskan nakalnya, nanti kalau kepentok juga akan sadar.
Padahal hal itu bisa membahayakan bagi mereka dan justru mematikan potensi sejati mereka.
Seringnya masyarakat baru tersentak ketika para pemuda/remaja marak melakukan kejahatan yang meresahkan masyarakat.
Hanya saja, masalahnya adalah masyarakat, orang tua, dan negara tidak memahami bahwa akar permasalahan ada pada ditetapkannya Sistem Kapitalisme Liberal di negeri ini.
Masalah pemuda/remaja dipandang sebagai masalah pada personal individu saja bukan sistem. Sehingga masalah tersebut tidak akan pernah terselesaikan.
Islam Membentuk Pemuda Dambaan Umat
Islam memandang pemuda/remaja sebagai sosok muda, kekuatan, menyukai hal baru, masa pertumbuhan. Pemuda memiliki potensi sebagai miniatur umat dan generasi masa depan.
Dengan potensi yang mereka miliki maka Islam mengembangkan potensi tersebut semata-mata untuk ketaatan kepada Allah.
Islam mendorong mereka menjadi sosok-sosok yang dibutuhkan umat. Ketaqwaan yang dibentuk kepada mereka menjadikan urusan Islam dan kaum muslim menjadi hal yang senantiasa mereka pikirkan.
Ketaqwaan inilah menjadikan para pemuda berupaya untuk giat menuntut ilmu, ilmu merupakan cahaya dan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan meski harus bersusah payah mendapatkannya. Dengan ilmu , para pemuda dapat berinovasi dan kreatif terhadap kemajuan dan tehnologi.
Tak kalah penting, pemuda akan memiliki jiwa pejuang dan berani dalam menghadapi kebathilan.
Ini semua bisa terwujud , bila Islam ditetapkan sebagai sistem yang mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat dalam naungan Khilafah. Karena bila tidak ditetapkan dalam bentuk sistem, tentu akan berat mewujudkan pemuda berkarakter sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.
Ini butuh peran bersama dari seluruh kaum muslim untuk mewujudkannya, seperti para orang tua dan elemen masyarakat termasuk negara. Juga tak kalah penting, para pemudanya. Mengkaji dan memahami Islam kaffah dan berjuang dengan mendakwahkannya,.
Dengan dakwah Islam kaffah akan membentuk kesadaran pada umat, bahwa Sistem Islam kaffahlah yamg harus diperjuangkan bukan yang lain. Allahu A'alam bishshowab
COMMENTS