Cinta Pertama Rasulallah
Sejarah mencatat bahwa ada cukup banyak lika liku pada diri Rasulullah SAW. dalam perjalanan mencari cintanya. Ternyata kesempurnaan yang ada pada diri Rasulullah tidak serta merta menjadikan Beliau dengan mudah mendapatkan hati dari perempuan yang dicintainya. Sebab ternyata ada perempuan yang pernah menolak cinta Rasulullah, Muhammad SAW.
Perempuan itu adalah Fakhitah binti Abu Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim atau yang biasa dikenal dengan sebutan Ummu Hani, karena nama anak pertamanya adalah Hani. Ia adalah sepupu dan cinta pertama Nabi Muhammad. Ia juga adalah teman masa kecil Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah pertama kali meminang Ummu Hani sebelum Beliau menerima wahyu kenabiannya. Muhammad muda kala itu menyampaikan niatannya untuk meminang, kepada Abu Thalib yang tak lain merupakan pamannya.
Tapi sayang, Rasulullah terlambat, karena pada saat itu Abu Thalib telah lebih dahulu menjodohkan Ummu Hani dengan Habirah bin Abi Wahab yang lebih dulu meminang anaknya. Apalagi, Ummu Hani juga menerima pinangan Harabih dan tak mungkin dibatalkan. Keduanya pun akhirnya menikah.
Tak berselang lama Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, hal ini menyebabkan Ummu Hani' berpisah dengan suaminya karena sang suami, Hubirah, enggan masuk Islam dan lari keluar Mekah saat Fathu Mekah. Suami Ummu Hani pun meninggalkan ia dan Ummu Hani merawat keempat anaknya seorang diri.
Kemudian Rasulullah pun kembali meminang Ummu Hani untuk kedua kalinya. Namun, lagi-lagi Ummu Hani menolak. Ia beralasan, takut jika menikah dengan Rasulullah maka akan mengabaikan anak-anaknya.
Dengan halus Ummu Hani berkata, “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada pendengaran dan penglihatanku sendiri. Namun, hak suami sangatlah besar, hingga aku merasa takut apabila melayani suami, kemudian anak-anakku terlantar.
Dan jika aku mengurusi anak-anak, aku khawatir hak-hak suamiku tidak bisa kupenuhi.” jawabnya menolak lamaran kedua Rasulullah.
Begitulah cinta yang pada hakikatnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT., pada akhirnya seseorang mau tidak mau harus menerima apa yang sudah menjadi kehendak Nya.
Hikmah terbesar dari apa yang pernah terjadi pada diri Rasulullah ini adalah, bahwa apabila Manusia sekelas Nabi saja pernah ditolak cintanya, apalagi kita manusia biasa yang penuh dengan ketidaksempurnaan.
Maka, wahai jomblowan/wati, tetaplah menjadi taat sekalipun sampai saat ini belum ada seseorang yang mau menjadi pendamping hidupmu. Tetaplah istiqomah dalam mengemban tugas sebagai seorang hamba! Lebih baik menjadi jomblo karena Allah daripada mempunyai pasangan dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Nya.
Katakan "Tidak untuk Pacaran!"
Irkham Fahmi al-Anjatani
COMMENTS