diskriminasi perempuan anak
Oleh : Ross A.R | Aktivis Dakwah Medan Johor
Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga adalah anugerah yang terindah. Namun, dalam sistem kapitalis sekuler saat ini para ibu menjadi dilema. Pasalnya para ibu saat ini terpaksa harus bekerja untuk membantu para suami dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dari mahalnya kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan dan lainnya memaksa para ibu harus bekerja agar memenuhi semua kebutuhan keluarga. Akhirnya, para ibu pun memiliki peran ganda dan kehilangan fitrahnya sebagai istri dan ibu yang seharusnya mengasuh anak-anaknya.
Melihat urgennya peran ibu terhadap pengasuhan anak, maka saat ini RUU kesejahteraan ibu dan anak sedang hangat diperbincangkan. Salah satu isi RUU KIA adalah perubahan cuti melahirkan dari tiga bulan menjadi enam bulan. RUU KIA inipun disepakati oleh Badan Legislasi (Baleg) dan disetujui oleh tujuh fraksi di DPR. Menurut Luluk Nur Hamidah, salah satu anggota DPR dari fraksi PKB, RUU KIA ini sangat penting untuk segera disahkan karena ada fenomena perempuan depresi pasca melahirkan, akibatnya terjadi kekerasan ibu pada bayinya pasca melahirkan. Detik.com (19/62022)
Seperti yang dilansir oleh viva.com.id (24/6/2022) cuti enam bulan pasca melahirkan bagi wanita pekerja mengharuskan perusahaan tetap membayar mereka selama cuti. Sejumlah kalangan pengusaha pun merespon RUU KIA ini, dengan meminta pemerintah dan DPR RI untuk mengkaji dan mengevaluasi secara mendalam, terkait hak cuti dan melahirkan selama enam bulan. Ketua umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta SARMAN Simanjorang mengatakan, RUU KIA ini menyangkut produktivitas tenaga kerja dan tingkat kemampuan dari masing-masing pengusaha. Psikologi pengusaha juga harus dijaga karena merekalah yang akan menjalankan kebijakan tersebut. Cuti dengan durasi relatif panjang dikhawatirkan akan menggangu kinerja dan produktivitas karyawan perusahaan. Dilematis disatu sisi RUU KIA ini membela hak ibu dan anak, disisi lain berdampak pada pelaku usaha.
Peran ibu sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Dari ibulah kualitas generasi akan ditentukan. Aktivitas menjadi ibu dan pengurus rumah tangga, jika dilakukan dengan ikhlas dan benar menurut syariat akan menghantarkan ibu ke Syurga-Nya. Namun, nilai-nilai tersebut bergeser karena menurunnya ketakwaan individu, khususnya ibu. Didukung pula oleh sistem kehidupan saat ini yang begitu jauh dari syariat Islam.
Dalam sistem kapitalisme liberal saat ini, bekerja bagi ibu menjadi suatu keharusan. Bagaimana tidak, kebutuhan pokok yang makin hari justru semakin melambung tinggi, biaya pendidikan yang mahal, biaya kesehatan juga tidak ada yang gratis, justru sangat mahal jika ingin fasilitas yang terbaik. Di tengah kesulitan hidup yang makin tercekik. Fenomena tersebut mengharuskan ibu bekerja membantu suami untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga.
Jika seorang ibu bekerja, maka akan terjadi benturan dengan fitrah nya sebagai seorang wanita. Salah satunya adalah polemik cuti melahirkan ini, tentu saja perusahaan tidak mau rugi dengan menggaji karyawati yang cuti. Disisi lain ibu masih perlu waktu untuk pemulihan dan merawat bayinya. Solusi seperti ini sering saja terjadi pada sistem kapitalis sekuler saat ini, memberikan solusi tambal sulam.
Dalam Islam tugas utama ibu adalah menjadi ibu bagi anak-anaknya sekaligus manajer rumah tangga. Peran ibu bagi anak tidak bisa digantikan oleh siapapun dan oleh apapun. Bahkan materi berlimpah tidak menjamin anak mendapatkan pengasuhan dan didikan yang benar. Bukan berarti Islam mengharamkan wanita untuk bekerja, karena bekerja adalah mubah bagi perempuan.
Islam pun menjamin kesejahteraan keluarga, dan dalam Islam kesejahteraan tidak bisa diraih hanya lewat peran individu atau keluarga saja. Negara Islam akan menjamin tercapainya kesejahteraan hidup seluruh rakyatnya. Pemimpin dalam Islam pun akan menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu memastikan seluruh kebutuhan dasar individu seperti sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan, dan pendidikan akan diberikan oleh negara Islam yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah.
Negara Islam juga akan memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dengan baik. Tidak terkecuali peran ibu sebagai ummun wa rabbatul bait, tentunya ketika seluruh kebutuhan keluarga mampu terpenuhi dan tercukupi, peran ibu akan maksimal dalam keluarga, karena tidak terbagi sebab harus bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga.
Betapa Islam memberikan peran terbaik bagi seorang ibu. Dan kesejahteraan dapat dirasakan para ibu ketika para penguasa perduli dengan nasib rakyatnya. Karena dalam Islam akan selalu memberikan solusi tuntas pada setiap problematika umat, bukan tambal sulam seperti sistem kapitalis sekuler saat ini. Sungguh, umat begitu rindu hidup dalam sistem Islam, yang mampu memberikan kemaslahatan dan kesejahteraan dalam kehidupan.
COMMENTS