Bencana kapitalisme
Oleh : Esnaini Sholikhah,S.Pd (Pendidik dan Pengamat Kebijakan Sosial)
Bencana alam yang menimpa Indonesia dibulan Juli 2022 ini, mulai dari banjir bandang di Garut (15/7/20220, meletusnya anak gunung krakatau (17/7/2022) dan banjir di Karawang (16/7/2022), patut membuat kita melakukan instropeksi. Betapa bencana alam ini terjadi dan menuntut manusia menyadari keMahakuasaan Allah, mengevaluasi perilaku individu dan sistem terhadap alam.
Faktanya, pengelolaan alam dengan basis kapitalis justru menghasilkan kerusakan hingga bencana. Begitupun dengan kota Karawang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 304 rumah terdampak banjir di Kecamatan Telukjambe Barat Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (16/7). Banjir disebabkan intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga aliran sungai Cidawolong dan Kedunghurang meluap ke permukiman penduduk pada Sabtu sore. Dengan kondisi tersebut menurutnya perlu dilakukan reboisasi termasuk nanti penetapan tata letak yang tepat dengan kajian lingkungan, penataan bukan hanya di bagian hulu, namun di bawah juga ada yang rusak, tapi poinnya adalah bagaimana kita menumbuhkan pohon-pohon yang gundul.
Benarkah Banjir Akibat Fenomena alam?
Akibat banjir dan longsor rumah-rumah dan lingkungan rusak parah juga sekolah dan beberapa bangunan fisik ikut terkena dampaknya. Belum lagi aktivitas ekonomi yang terganggu, sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak dapat tertunaikan dengan sempurna. Alam sering dituding sebagai faktor penyebab utama. Perlu dipahami bahwa bencana yang menimpa sejumlah daerah tidak serta merta karena curah hujan yang tinggi, atau efek "el nino". Ada peran manusia yang memicu terjadinya bencana ini salah satu sebabnya adalah berkurangnya kemampuan hutan dalam menjalankan fungsinya, termasuk penyerapan air oleh tanah karena beralihnya fungsi hutan menjadi area industri seperti perkebunan kelapa sawit, tambang, Industri kayu, pembangunan infrastruktur pariwisata dan eksploitasi hutan yang berlebihan.
Allah telah menciptakan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi manusia. Tak hanya sebagai tempat tinggal, alam juga mmberikan pangan dan seluruh pemanfaatannya bagi manusia. Semua tergantung pada bagaimana manusia memperlakukan alam, apakah sesuai dengan syariatNya, atau justru bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam. Dalam persoalan ekologi misalnya, Islam sangat menganjurkan manusia untuk berperan sebagai seorang khalifah yakni orang yang selalu menjaga, menata dan mengatur kehidupan, manusia dan lingkungan alam semesta dengan dasar keimanan dan ketaqwaan. Islam sangat melarang keras adanya pengrusakan lingkungan setelah Allah menatanya.
Sedangkan ideologi kapitalisme sekuler yang hari ini diemban seluruh negeri, termasuk negeri-negeri kaum muslimin berasaskan memisahkan etika agama dalam mengelola manusia, alam semesta dan kehidupan. Dengan prinsip kapitalisme yang tak peduli halal haram yang terpenting keuntungan materi, maka ideologi kapitalis telah dengan congkaknya melakukan eksploitasi alam secara gila-gilaan. Kapitalisme telah membangun insfrastruktur besar-besaran tanpa peduli akan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Orientasi materialisme telah membutakan dan melalaikan manusia pada kepedulian terhadap sesama maupun lingkungan.
Para penguasa yang menggunakan sistem kapitalisme akan mengeluarkan kebijakan yang mencerminkan kerakusan atas duniawi tanpa mengindahkan hukum alam dan hukum Tuhan. Ekploitasi alam dan pembangunan infrastruktur yang gila-gilaan dan dipaksakan tanpa memperhatikan amdal, telah mengakibatkan banjir besar yang beberapa waktu ini terjadi.
Air adalah materi yang memiliki sifat tertentu, yakni akan selalu mengalir ke arah yang lebih rendah. Air juga merupakan penyubur bagi tanah dan kebutuhan pokok manusia. Namun, jika tak ada keseimbangan antara curah air di darat dan daya serap di tanah, maka air akan menjadi malapetakan bagi manusia. Makin banyak pembangunan infrastruktur dan makin sempitnya serapan, maka air akan tumpah di darat dan mengakibatkan banjir. Dengan demikian banjir yang terjadi akhir-akhir ini tidaklah terjadi tanpa sebab. Semua ini disebabkan oleh cara berfikir, bertindak, bersikap dalam mengelola lingkungan ini yang tidak sesuai dengan ketetapan hukum Allah, bima kasabat aidinnnas. Padahal Allah-lah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini dengan diikuti aturan yang jelas.
Banjir merupakan salah satu peringatan dari Allah SWT atas keserakahan manusia mengeksploitasi alam. Allah SWT berfirman (artinya) :
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (TQS Thahaa : 124)
Allah dengan tegas mengingatkan kepada manusia untuk hanya tunduk kepada aturan Allah dan tidak tunduk kepada seluruh aturan selain dari Allah. (artinya) "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu". (TQS An Nisaa : 59)
Islam memerintahkan untuk mengelola bumi dengan baik dan melarang untuk merusaknya, dengan memberikan seperangkat aturan yang pelaksanaannya melekat pada status manusia sebagai individu, sebagai masyarakat, bahkan dalam konteks bernegara. Menjaga alam dalam pandangan Islam, memberi porsi besar pada penguasa atau negara, kiranya tapak sejarah peradaban islam dalam mengelola alam telah berhasil membawa kwgemilangan selama 14 abad. Negara akan menegakkan aturan Islam secara kaffah, yang akan mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam termasuk menjaga lingkungan ini.
Keberhasilan ini ditunjang karakter bahwa seorang pemimpin Islam tidak hanya bertanggung jawab pada rakyatnya tetapi juga pada pemilik alam semesta yaitu Allah SWT sehingga dia akan terjaga dari konflik kepentingan pribadi dan golongan dalam mengelola alam. Sistem ekonomi islam mengatur masalah kepemilikan, mana yang boleh dimiliki individu dan mana yang merupakan milik umum dan negara. Sehingga individu/ swasta tidak boleh menguasai hutan seenaknya, negara tidak boleh memberi hak kelola pada pengusaha seperti saat ini. Dengan aturan islam para kapitalis dan penguasa rakus tidak bisa merusak lahan-lahan milik umum demi keuntungan pribadi yang sesaat.
Islam memiliki sistem sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran. Islam akan menghukum berat pihak-pihak yang melanggar hak umat dan menimbulkan kemudaratan bahkan jika terjadi pada dirinya sendiri. Dalam implementasinya, negara Islam akan merancang strategi pembangunan dengan paradigma lurus dan komprehensif. Semata-mata bertujuan mewujudkan kemaslahatan umat dan pelestarian alam dan lingkungan. Termasuk dalam perkara tata kelola wilayah, pembangunan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia, dan lain-lain. Sungguh hanya aturan Islam yang telah terbukti memberi solusi melalui aturan yang komprehensif. Bencana dapat diminimalisir. Penerapan aturan Islam secara kaffah efektif karena didorong spirit ketakwaan yang membawa berkah.
Allah SWT Berfirman (artinya) “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS Al-A’raaf: 96)
Kini saatnya kita kembali ke jalan Allah, sebelum datang isyarat langit yang lebih dahsyat dari bencana banjir dan sejenisnya. Mari bersegeralah kembali pada Islam dengan menerapkan syariat Islam kaffah dalam naungan Khilafah semoga umat manusia didunia dijauhkan dari bencana di dunia dan di akhirat. Wallaahu a’lam bi ash Shawwab.
COMMENTS