Solusi Wabah PMK
Oleh : Hani Handayani (Pemerhati Kebijakan Sosial)
Negeri ini seperti belum bisa benar-benar terbebas dari wabah. Setelah wabah covid-19 yang melanda negeri ini selama lebih dua tahun mulai reda, masyarakat kembali dibuat risau dengan wabah yang menyerang mulut dan kuku pada hewan ternak sapi, atau dikenal dengan penyakit mulut kuku (PMK).
PMK adalah penyakit transboudary atau penyakit yang tidak mengenal batas wilayah dan menyebar dengan cepat. Infeksi penularan PMK ini sangat cepat yakni 1-14 hari. Hewan yang terinfeksi akan sulit makan inilah yang akan menyebabkan kematian pada hewan bila tidak ditangani secara baik. Penularan infeksi PMK ini bisa terjadi melalui udara dengan jarak 100-200 kilometer dan infeksi ini belum ada obatnya.
Mengutip dari laman kompas.com (13/6/2022), Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Drh H Muhammmad Munawaroh MM mengatakan, penyakit PMK ini harus menjadi fokus oleh para peternak hewan terutama sapi. Hal ini dikarenakan sebanyak 1.247 hewan ternak di daerah Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto dan Aceh Tamiang dilaporkan terinfeksi penyakit ini. Belum lagi di wilayah lain seperti Yogyakarta, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Jawa barat.
Dengan adanya kasus ini maka PDHI meminta pihak terkait agar lalu lintas hewan ternak dilockdwon agar penyebaran dapat dikendalikan. Diharapkan juga pemerintah bisa menyediakan pintu khusus ternak yang dilengkapi dengan disinfeksi dan menyediakan tenaga kesehatan yang bisa memeriksa ternak-ternak tersebut.
Pernah Ada Kasus
Kembalinya infeksi PMK pada hewan ternak ini di Indonesia merupakan hal yang membuat pemerintah “malu”. Hal ini karena Indonesia sudah mendeklarasikan terbebas dari PMK pada tahun 1986. Di era Presiden Suharto dilakukan vaksinasi masal pada tahun 1974 hingga di tahun 1980-1982 tidak ditemukan lagi kasus PMK. Namun di tahun 1983 wabah ini terjadi kembali di Blora, Jawa Tengah namun, dikendalikan dengan pemberian vaksin yang di impor dari Australia.
Mengutip tulisan Dahlan Iskan, yang menceritakan bahwa temannya seorang dokter hewan Indro Cahyono. Mendapatkan proyek untuk meneliti PMK ditahun 2007, hasil penelitiannya dari 20 persen sampel yang diambilnya ternyata telah memiliki antibodi. Kesimpulan penelitiannya bahwa sapi-sapi yang diambil sempelnya pernah tertular PMK dan sembuh yang akhirnya menciptakan antibodi.
Laporan hasil penelitiannya membuat gempar, tetapi beliau di suruh diam karena bisa membuat malu Indonesia. Akhirnya dibuatlah penelitian tandingan untuk menyenangkan pihak yang harus disenangi. Jelas hasil penelitian tersebut menyatakan di Indonesia tidak ditemukan PMK, hasil ini membuat pedang daging besar dari Australia senang.
Dampak Kapitalisme
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), akan ada dampak ekonomi yang besar dan signifikan, dari sisi produksi susu sapi atau daging sapi. Ini pula yang disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan agar pemerintah bergerak cepat demi menjaga keamanan pangan nasional. Ia pun mengatakan ini kegagalan pemerintah dalam melakukan deteksi dini PMK yang merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti dunia.
Munculnya PMK kembali tak lepas dari kebijakan impor dari negara-negara yang tidak bebas PMK maka pemerintah harus bertanggung jawab. Hal ini berakibat fatal dengan bobol-nya pertahanan PMK. Terlebih impor daging ini telah diserahkan kepada swasta, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.11/2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 4/2016 tentang Pemasukan Ternak Dan/Atau Produk Hewan Dalam Hal Tertentu Yang Berasal Dalam Hal Tertentu Yang Berasal Dari Negara Atau Zona Dalam Suatu Negara Asal Pemasukan, yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi pada 22 Februari 2022 lalu.
Kebijakan ini beralasan untuk perluasan impor kepada swasta dikarenakan kenaikan harga impor dagi sapi dari Australia. Inilah konsekuensinya saat negeri tergantung impor pada negara lain, menyebabkan harga ditentukan negara pengimpor.
Permasalahan saat ini tidak dipungkiri akibat penerapan sistem yang salah. Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini membuat para kapital berkuasa dalam menentukan harga. Terlebih urusan pangan di serahkan kepada pihak asing atau swasta tentu mereka akan mencari keuntungan semata. Permasalahan yang terjadi terhadap rakyat bukan menjadi prioritas para pemilik modal.
Pandangan Islam
Hewan ternak seperti sapi dan kambing merupakan hewan yang dibutuhkan umat Islam terlebih menjelang Hari raya Idul Adha. Umat Muslim yang mampu untuk berkurban akan membeli hewan kurban berupa sapi atau kambing, dengan terjadi Infeksi PKM pada hewan ternak ini membuat kekhawatiran bagi umat Muslim untuk membelinya. Maka di sini diperlukan peran pemerintah agar kondisi ini dapat segera di kendalikan.
Impor hewan ternak bukanlah solusi, tetapi bagaimana seharusnya pemerintah mampu membantu masyarakat agar peternakan di negeri ini berkembang dengan baik. Mulai dari membudidayakan hingga memproduksi pakan ternak hingga kebutuhan rakyat terpenuhi dengan harga yang terjangkau.
Maka dibutuhkan pemimpin yang bertanggung jawab atas berbagai urusan umat sebagaimana hadis Rasulullah Saw, “imam adalah laksana penggembala, dan dia akan diminta pertanggung jawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya).” HR. Imam Al Bukhari dan Imam Ahmad. Pemimpin seperti ini hanya ada dalam sistem Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Wallahu a’lam
COMMENTS