warung makan ramadhan
Oleh: Murni Supirman (Aktivis Dakwah Masamba)
Ramadhan tiba, Ramadhan tiba Marhaban ya Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah
Bulan Ramadhan telah tiba, kaum Muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan gembira tak terkecuali di Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia. Namun sayangnya disetiap bulan Ramadhan di tanah air selalu diwarnai polemik yang tak berkesudahan perihal warung yang boleh buka disiang harilah atau ungkapan-ungkapan orang liberal yakni Orang yang berpuasa diminta untuk menghormati mereka yang tidak berpuasa dengan dalih tidak ada larangan menjual di siang hari bagi pedagang warung makan. Hingga hal-hal seperti ini selalu menimbulkan kontroversi dikalangan kaum Muslim mengingat kaum Muslim selalu diminta untuk mengalah padahal kaum Muslim mayoritas di negeri ini.
Bahkan banyak pihak secara terang-terangan berupaya merevisi kebijakan tahun sebelumnya yang melarang warung buka di siang hari di bulan Ramadhan dengan dalih moderasi dan toleransi antar beragama dll.
Akibat dari massifnya pergolakan kaum liberal menggiring opini, pada akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengambil kebijakan. MUI menegaskan, warung makan tidak perlu tutup pada siang hari selama bulan Ramadhan. Mereka tetap diizinkan beroperasi melayani pembeli, namun diminta tetap menghargai umat islam yang berpuasa.
“Warung tak usah ditutup jualannya, tapi makannya jangan dipamerkan kepada orang yang sedang berpuasa,” kata Ketua MUI Cholil Nafis saat dihubungi JawaPos.com (grup Sumut Pos), Selasa (29/3).
Cholil menjelaskan, saat bulan Ramadan umat Islam untuk kategori tertentu juga membutuhkan makanan pada siang hari.
Misalnya, orang yang berhalangan berpuasa, perempuan yang sedang haid atau nifas, orang-orang dalam perjalanan jauh, dan lain sebagainya.
“Di bulan Ramadan warung-warung tidak usah tutup tetapi jangan ngeblak atau secara terbuka makan dan minum di depan orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa,” imbuhnya.
JAKARTA, SUMUTPOS.CO
Hampir setiap tahun persoalan Ini terus saja terjadi ini tak bisa dilepaskan dari kampanye massif kaum liberal yang selalu menggaungkan paham-paham yang cenderung menyerang hal-hal yang berkaitan dengan Islam padahal sebagian dari mereka adalah Muslim. Mereka selalu mengkampanyekan untuk
menghormati yang tidak berpuasa dan mencela pada pihak yang melarang.
Baru-baru ini pesohor sekaligus komika Indonesia Panji Pragiwaksono sempat berceloteh nyinyir di twitter menyinggung pihak-pihak yang tidak sepakat ketika warung makan dibuka pada siang hari pada bulan Ramadhan. Beliau meretweet unggahan fakta bola. "Pebasket Brooklyn Nets, Kyrie Irving yang berbuka puasa di tengah jalannya pertandingan, MashaAllah"
Dengan caption
"Kyrie ga minta dihormati ketika berpuasa dgn minta nutup warung, malah tetep tanding basket.
Jadilah seperti Kyrie.
Jangan seperti wkkkkkkskskkkwkssshhhh *ilang sinyal*"
Gara-gara twittnya tersebut memancing komentar beragam salah satunya dari pemilik akun Subhan Dahsyat:
"Pandji gue beli hampir semua DD elo. Gue dengerin Noice, nonton yt Lo, follow IG Lo karena gua anggap lo pny bobot dalam berargumen. Tapi kali ini agak kurang ya, Gak Apple to Apple donk ndji, disono kan Minoritas disini mayoritas. Dibali semua diminta menghormati Nyepi. Ape lo"
Pandji gue beli hampir semua DD elo. Gue dengerin Noice, nonton yt Lo, follow IG Lo karena gua anggap lo pny bobot dalam berargumen. Tapi kali ini agak kurang ya, Gak Apple to Apple donk ndji, disono kan Minoritas disini mayoritas. Dibali semua diminta menghormati Nyepi. Ape lo
— Subhan Dahsyat (@Subhan_Dahsyat) April 5, 2022
Kalau kita mau melihat persoalan ini lebih jeli, sebenarnya problem ini bukan hanya soal fikih kebolehan buka warung di siang hari, tapi ini soal paradigma kebijakan politik sebuah negara. Seharusnya penguasa dan ulama berkolaborasi menjadi ra’in, memastikan semua yang wajib puasa tidak meninggalkan kewajibannya untuk berpuasa, bukan justru fokus mempertimbangkan opini sesat yang dibawa oleh kaum liberal. Sebab negara punya kekuatan untuk mengatur apa saja terlebih hal tersebut dalam rangka menjaga keimanan kaum Muslim yang mayoritas di negeri ini.
Memang tidak ada persoalan boleh tidaknya seseorang menjual di bulan Ramadhan sebab ada beberapa pihak tertentu yang memang dalam kondisi tidak bisa berpuasa hanya saja ketika suasana dalam sebuah sistem tidak diatur dengan syariat maka hal ini wajar terjadi.
Ketika hukum syariat masih diterapkan, bulan Ramadhan menjadi bulan terpenting kaum Muslim dalam mensyiarkan Islam. Seperti pada masa Kekhilafahan Islam, suasana pada bulan Ramadhan, ruh keislaman begitu terasa di malam hari, umat Islam menghidupkan malam-malamnya tidak seperti malam biasanya. Mereka banyak berzikir, membaca Al-Qur’an, dan mengadakan berbagai halakah dll.
Begitu juga suasana pada siang hari, nampak seluruh masyarakat muslim ibadah dengan khusyuk. Tidak ada orang makan, minum, merokok, ataupun aktivitas yang bisa membatalkan puasa yang terlihat di publik, meski nonmuslim atau musafir yang tidak sedang berpuasa sekalipun. Semuanya menghormati umat Islam yang sedang berpuasa.
Dalam suasana Ramadhan, aktifitas puasa menjadi syiar yang tidak hanya ditampakkan kaum muslim, tetapi juga nonmuslim. Bukan malah sebaliknya, orang berpuasa malah diminta menghormati orang yang tidak berpuasa. Astaghfirullah.
Sungguh kehidupan islam memberi ketenangan dalam menjalankan ibadah bagi masyarakat baik kaum Muslim maupun nonmuslim terlebih ketika di bulan Ramadhan. Tidak akan ada konflik apalagi polemik yang membuat antar umat beragama di bawah naungan islam merasa tidak nyaman seperti saat ini. Semoga masa itu segera kembali Aamiin ya Rabb.
Wallahu'alam
COMMENTS