khilafah pelindung dan penjaga umat
Oleh : Murni Supirman (Aktivis Dakwah Masamba)
Demam Islamofobia semakin meluas di negeri ini, faham Islamofobia berusaha disebar secara massif oleh sekelompok orang yang mulut dan jemarinya tanpa henti berkoar-koar menyebarkan opini radikal radikul baik di media sosial maupun di media televisi. Bahkan penguasa terkesan mendukung dan memberi ruang bagi kelompok-kelompok tersebut dalam menyuarakan anti Islam atau Islamofobia. Terbukti beberapa bulan yang lalu BNPT kembali merilis nama-nama penceramah radikal berserta ciri-cirinya hingga hal ini sempat membuat beberapa penceramah angkat bicara mengenai hal ini.
Meski tidak diketahui pasti siapa yang menyebarkan daftar nama-nama tersebut, namun patut diduga bahwa ini permainan kelompok Islamofobia dimana tujuannya untuk menyudutkan islam dan mengadu domba umat islam.
Bukan itu saja, baru-baru ini kegiatan kajian atau ceramah pada acara Muslim Life Fair di Istora Senayan, Gelora Bung Karno (GBK) yang seyogyanya akan dihadiri beberapa ustadz seperti Khalid Basalamah. Selain itu, ada juga nama Syafiq Riza Basalamah hingga Subhan Bawazier akhirnya dibatalkan oleh aparat kepolisian tanpa kejelasan. Sebagaimana yang diketahui Pameran Muslim Life Fair ini akan berlangsung sejak Jumat (25/3) hingga Minggu (27/3) (cnn Indonesia)
Padahal sebelumnya menurut CEO Lima Event, selaku pelaksana acara Deddy Andu mengatakan bahwa pihak penyelenggara sudah mendapat izin, baik dari kepolisian maupun dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar kegiatan itu. Dan masyarakat sudah pasti bisa menebak siapa dibalik batalnya agenda tersebut. Mereka adalah pihak-pihak yang itu lagi itu lagi yang sejak awal memang tidak menyukai beberapa penceramah yang sedianya akan mengisi perhelatan tersebut.
Selama ini ketakutan terhadap Islam atau Islamofobia marak terjadi di kalangan masyarakat Barat di Amerika dan Eropa, namun kini Islamofobia mulai menjangkiti Indonesia padahal penduduknya mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Menghadapi serangan kelompok islamofobia, Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fahmi Salim menyebut bahwa tugas semua muslim untuk menjelaskan dan menampilkan Islam yang tidak seperti mereka takutkan.
Dilansir dari laman PP Muhammadiyah, di Negara-negara Barat yang sekuler, terjadinya fenomena islamofobia menurutnya itu bukan suatu yang mengagetkan. Akan tetapi islamofobia di negara dengan penduduk mayoritas Islam lebih mengkhawatirkan.
Melihat dari kacamatanya, Fahmi Salim menyebut bahwa terjadinya islamofobia menjadi arus besar di ruang publik diakibatkan arus informasi serampangan yang ditampilkan oleh media. Banyaknya akun anonim yang memproduksi konten informasi bagi publik yang mendiskreditkan Agama Islam.
“Ada semacam kebencian, narasi-narasi hate space atau ungkapan – ujaran kebencian,” tuturnya pada, Selasa (5/4) di acara Tausiyah Online yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI. Yogyakarta, dikutip dari muhammadiyah.or.id (7/4).(kabardamai.id)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh sebagian kaum muslim untuk menjelaskan kepada masyarakat agar tidak mudah termakan isu yang dihembuskan oleh para pembenci islam. Namun karena massifnya pemberitaan diberbagai platform yang mereka kuasai, maka bisa dipastikan Islamofobia akan terus bergulir dan tak bisa dihentikan.
Meskipun PBB telah menetapkan 15 maret sebagai hari anti islamofobia, namun hal itu bukanlah sebuah solusi fundamental untuk menghilangkan faham ini sebab, masalahnya bukan pada hari peringatannya melainkan kita harus memahami akar masalahnya terlebih dahulu kenapa faham Islamofobia ini masih marak dari hari ke hari.
Terbukti sampai hari ini di berbagai belahan dunia kaum muslim masih mengalami tindakan kekerasan fisik maupun verbal seperti yang dialami saudara Muslim kita di India yang masih berlangsung hingga hari ini.
Mundurnya peran kaum Muslim di berbagai belahan dunia
di era pertarungan pemikiran dan benturan peradaban tidak terlepas dari lemahnya pemahaman kaum musim terhadap aqidah Islam. Keadaan ini berlangsung karena umat muslim telah kehilangan perisainya. Sejak institusi Islam runtuh, Islam dan kaum muslim tidak lagi memiliki pelindung atas beragamnya serangan ini. berbagai pihak mulai memanfaatkan isu ini untuk melampiaskan kebencian serta berusaha memenangkan pertarungan dalam kepentingan politik dan ekonomi yang pada akhirnya hal tersebut mengekalkan kebusukan peradaban ini.
Jika kita betul-betul ingin keluar dari permasalahan ini maka para pemimpin muslim dan para Ulama di dunia hendaknya tidak hanya fokus mengecam islamofobia tapi harus ada upaya serius menyampaikan serta menggambarkan keagungan islam secara massif dalam forum-forum diskusi umum, membuka halakah-halakah dalam rangka membina aqidah umat agar mereka kembali mengingat betapa mulianya peradaban mereka dulu. Serta bertindak nyata mewujudkan kembali kehidupan islam dalam bingkai Daulah Islam. Dengan begitu umat dapat kembali memiliki kepemimpinan islam atau Khilafah yang terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim selama berabad-abad.
Inilah tugas pokok para pengemban dakwah agar tidak berhenti menyeru dan mengingatkan kepada penguasa dan kaum muslim agar tidak lalai dan lupa bahwa mereka adalah umat terbaik yang pernah memiliki konstitusi terbaik sepanjang sejarah peradaban dunia.
Semoga kemenangan itu segera tiba.
Wallahu'alam
COMMENTS