Kebijakan Kapitalistik
Oleh: Khusnul Aini
Lagi dan lagi harga pangan mengalami kenaikan, seolah sudah menjadi hal yang lumrah menjelang ramadhan harga pangan mengalami kenaikan sebagaimana disampaikan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dilansir dari kompas.com, 22 April 2022. Dimana KPPU menemukan komoditas daging ayam, bawang putih, cabai, gula, minyak goreng, daging sapi, telur dan tepung terigu selalu mengalami kenaikan harga tiap jelang Ramadhan.
Komisioner KPPU Dinni Melanie mengatakan, sebagian besar komoditas belum menunjukkan gejala kelangkaan. Dia juga menjelaskan, sejak awal tahun Indonesia dihadapkan berbagai persoalaan di komoditas pangan, utamanya minyak goreng sejak akhir tahun 2021. Persoalan tersebut juga dihadapkan dengan adanya kenaikan pajak dan harga bahan bakar minyak sejak awal April.
Kondisi ini tentu membuat rakyat mengelus dada, dimana harga kenaikan pangan bersamaan dengan kenaikan pajak dan harga BBM pertamax yang diikuti langkanya BBM jenis pertalite. Disisi lain dihadapkan dengan kebijakan penguasa yang seolah tidak berpihak pada rakyat. Dimana pemerintah dikalahkan oleh mafia, tidak mampu berbuat apa-apa. sebagaimana pernyataan menteri disperindag. Dan adanya kabar bahwa gaji direksi pertamina naik bersamaan dengan adanya kenaikan harga BBM. Direksi Pertamina akan melakukan penyesuaian gaji yang disepakati kedua pihak dengan tetap memperhatikan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).
“Penyesuaian gaji 2021 dan 2022 akan diwujudkan, diimplementasikan kepada seluruh pekerja Pertamina tahun depan bulan April,” kata Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker, Indah Anggoro Putri dalam keterangannya pada akhir tahun lalu (www.wartaekonomi.co.id).
Sungguh suatu kondisi yang sangat pelik bagi rakyat cilik. Harus terus memutar otak dan menguras tenaga untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidup bagai tercekik dan terhimpit ditengah luasnya hamparan tanah dan melimpahnya sumber daya alam di negeri khatulistiwa. Sementara penguasanya sibuk mengurus pindah ibukota. Kepelikan hidup rakyat cilik tidak menjadi prioritas penguasa yang seharusnya perpihak pada wong cilik.
Sibuk dengan pernyataan kebingungan, tanpa ambil langkah kebijakan strategis. Ibaratnya setengah hati hanya sebagai lip service bahwa penguasa tengah berupaya dan bersimpati pada rakyat. Namun faktanya justru sebaliknya, pernyataan yang keluar seolah terkesan menyudutkan rakyat seperti memberikan solusi jalan kaki saat BBM mahal sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan, merebus dan mengukus saat minyak goreng mahal sebagaimana yang diuangkapkan oleh Megawati pada siaran yuotube Tribunnews, Jumat (18/03/2022) dan cukup makan dengan 2 buah pisang di tengah mahalnya harga pangan sebagaimana yang disampaikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Ponorogo, Jawa Timur pada Rabu (30/03/2022).
Beginilah wajah asli penguasa negeri yang berporos pada sistem kapitalisme. Tidak pernah sepenuh hati berpihak pada kepentingan rakyat, namun tunduk dalam ketiak para kapital pemilik modal. Berkiprah sebagai regulator dengan kebijakan yang memuluskan jalan bagi para kapital untuk mengangkangi sumber daya alam demi kepentingan pribadi dan golongan. Maka tidak heran meskipun negeri khatulistiwa yang subur dan melimpah sumber daya alam rakyatnya hidup dalam kepelikan.
Kondisi ini sangat akan berbeda bila sitem islam yang menjadi poros kepemimpinannya. Dibawah pimpinan seorang Khalifah seluruh kebijakan di dasarkan pada aturan syariat islam. Khalifah berdiri sebagai pelindung dan periayah seluruh rakyat, maka kesejahteraan rakyat menjadi hal yang mutlak untuk diupayakan. Bukan sekedar untuk sebagian atau hanya segelintir golongan.
Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka."
Dengan kesadaran akan tanggung jawabnya ini Khalifah akan membuat kebijakan strategis untuk memastikan bahwa harta tidak hanya berputar pada golongan orang kaya. Sebagaimana yang pernah terjadi di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dimana saat itu khalifah kesulitan untuk menyalurkan zakat karena rakyatnya sudah sejahtera sehingga sulit menemukan orang miskin, sangat berbanding terbalik dengan kondisi hari ini dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin kian miskin.
Demikian hal nya dengan masalah kelangkaan dan kenaikan harga pangan, dalam sistem Islam yang sempurna sudah ada seperangkat kebijakan yang mampu menyelesaikan dan mencegah terjadinya kondisi tersebut. Adanya sistem pengawasan dan sangsi yang tegas terhadap praktek spekulan /mafia yaitu adanya qadhi hisbah sebagai pengawas yang turun langsung ke pasar untuk memastikan tidak ada pelanggaran yang terjadi di lapangan serta uqubat yang tegas bagi pelaku kecurangan, sehingga mampu membuat jera pelakunya dan mencegah perbuatan serupa terulang.
Selain itu Khalifah juga melakukan langkah preventif dengan pemetaan yang gamblang terhadap kebutuhan pangan dan memastikan aliran distribusi barang dan jasa agar berjalan lancar ke seluruh daerah. Dengan didukung pembangunan infrastruktur dan pengembangan riset tekonologi untuk meningkatkan faktor produksi dan mitigasi.
Demikianlah sistem Islam yang sempurna mampu menyelesaikan seluruh problematika yang terjadi hari ini, yang tidak bisa diselesaikan oleh sistem kapitalis hari ini. Maka tiada pilihan lain bagi kita selain mengambil dan menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita
Wallahu alam bis showab
COMMENTS