Perempuan Korban Kapitalisme
Oleh: Yulida Hasanah ( Seorang Ibu dan Aktivis Muslimah, tinggal di Brebes Jawa Tengah)
Hampir tak bisa berkata-kata saat mendengar berita tentang seorang ibu muda di Brebes Jawa Tengah yang tega melakukan percobaan pembunuh pada 3 anak kandungnya. Terlebih kejadian tersebut ternyata ada di sekitar kita. Sungguh tak kuasa merasakan bagaimana beban si ibu saat menggorok ketiga anaknya dan bahkan saat sayatan pisau di leher salah satu dari ketiganya berhasil membuatnya tak lagi bernyawa. Astaghfirullah!
Hingga sepekan pasca kejadian, sosok si ibupun menjadi viral diberitakan. Berat dirasakan dalam pikiran saat si ibu menuturkan alasan mengapa dia tega melakukan percobaan pembunuhan tersebut. Tak ingin ketiga anaknya merasakan sulitnya kehidupan dan tak bahagia di masa depan. Namun, kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Melihat meningkatnya keluarga muslim yang berada dalam jeratan kemiskinan, hampir bisa dipastikan kehidupan keluarga mereka benar-benar menyisakan beban amat berat yang harus diemban.
Tak bisa disepelekan, saat beban berat tak mampu lagi diemban, yang muncul selanjutnya adalah gangguan kejiwaan. Lebih tepatnya, gangguan kejiwaan yang dirasakan ibu adalah akibat logis jauhnya keluarga dari kesejahteraan. Lalu, mengapa keluarga muslim hari ini makin jauh dari kondisi sejahtera? Inilah yang menjadi fokus pembahasan.
Tak bisa dipungkiri bahwa penerapan sistem sekuler kapitalis menjadi penyebab mendasar dari semua penderitaan yang dirasakan hingga sulitnya mencapai titik kesejahteraan. Fakta membuktikan, dalam sistem sekuler kapitalis, masyarakat dijauhkan dari ajaran agamanya sebagai solusi bagi masalah kehidupan yang menderanya. Sekulerisme yang menjadi asas tegaknya tatanan kehidupan masyarakat kapitalis telah menjadikan hukum-hukum Allah sebagai sampah yang harus dibuang jauh-jauh. Sekulerisme hanya memandang agama sebagai agama ritual saja.
hanya ditempatkan dalam urusan sholat, zakat, haji, puasa dan ibadah mahdhah lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari seperti mendidik dan mengasuh anak, membangun dan menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah tak sedikitpun mendapatkan tempat yang kondusif agar kesemuanya itu bisa menjadi kenyataan. Yang ada, para suami dihadapkan pada masalah beban berat ekonomi. Terlebih sejak negeri ini diserang pandemi hingga hari ini. Para penanggungjawab nafkah dalam keluarga tak lagi mampu bertahan di tengah kerasnya kehidupan. Sulitnya mencari pekerjaan yang layak, persaingan ketat kaum buruh dihadapkan dengan perkembangan teknologi.
Belum lagi kebijakan ekonomi dan politik penguasa negeri ini yang serba kapitalistik. Mulai dari pencabutan subsidi besar-besaran pada pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, seperti listrik yang makin mahal, gas yang harganya melambung tinggi, harga-harga sembako yang terus meroket. Belum lagi kesehatan dan pendidikan yang merupakan hak rakyat, menikatinya secara gratis dan berkualitas, kinipun jadi ajang bisnis besar-besaran. Hal ini jelas semakin menambah deretan beban yang harus ditanggung oleh para tulang punggung keluarga.
Peran negara sudah lama hilang. Tergantikan oleh peran kaum pengusaha yang mendominasi kekayaan umat yang seharusnya diberikan untuk memenuhi semua hajat hidup rakyat. Dan kekuasaanpun tinggal nama, sebab para penguasa yang sejatinya sebagai ra'in/pemimpin yang bertanggungjawab dalam mengatur semua urusan rakyatnya kini hanya menjadi regulator saja. Semua kebijakan penguasa adalah hasil jual belinya dengan para pengusaha atau kaum kapital. Rakyat tak ubahnya hanya sebagai sapi perah yang terus dipalak dengan beragam pajak dan BPJS kesehatan yang dipaksakan. Inilah realita beban hidup keluarga muslim akibat penerapan sistem yang menjauhkan syariat Allah dari kehidupan dan diajak menjadi budak dunia yang melenakan. Sistem itu adalah sistem sekuler kapitalis.
Menjaga Kewarasan Kaum Ibu dengan Penerapan Syariat Islam Kaffah
Saat menjaga kewarasan kaum ibu makin sulit dilakukan, saat itulah ibu butuh solusi hakiki yang mampu menciptakan ketenangan dan kebahagiaan dalam menjalankan peran utama mereka sebagai ummun wa rabbatul bait. Disinilah Islam memiliki peran yang luar biasa.
Peran Islam sebagai sebuah sistem hidup yang sempurna akan terwujud dalam naungan Khilafah Islamiyah. Dalam naungan Khilafah inilah akan ada sistem perlindungan menyeluruh bagi keluarga. Yakni dengan penerapan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan, menghapus kemiskinan, menjamin terjadinya distribusi pendapatan, menciptakan lapangan kerja yang luas bagi kaum laki-laki dan tidak menyerahkan pengelolaan Sumber Daya Alam kepada asing sehingga hasilnya mampu memberikan layanan publik yang berkualitas. Dan Khilafah tidak akan pernah melaksanakan program zalim seperti pemberdayaan ekonomi perempuan yang notabene hanya dijadikan budak kapitalis, Kontrasepsi mantap tubektomi-vasektomi, larangan nikah dini, dan sejenisnya.
Khilafah akan menerapkan sistem informasi dan komunikasi publik yang penuh dengan nuansa edukatif dan menjaga ketakwaan seluruh keluarga, warga Daulah Khilafah.
Dengan sistem inilah setiap keluarga muslim khususnya di negeri ini akan meraih kebahagiaan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, wahai kaum Ibu, sesungguhnya aktivitas memperjuangkan kembali tegaknya Khilafah Islamiyah ini tak lain demi memenuhi seruan Allah SWT. yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan." (TQS. Al-Anfal : 24)
Dan dengannya akan terwujud kemuliaan, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicita-citakan kaum Ibu dan keluarga muslim tanpa khawatir akan masa depan anak-anak mereka. Wallaahua'lam
COMMENTS