larangan hijab india
Penulis : Mariam
Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah India yaitu pemberlakuan perintah larangan hijab memicu protes keras dari sejumlah pihak. Terlebih setelah video viral beredar di media sosial ketika seorang wanita muslimah berhijab hitam dibagian negara Karnataka diamuk massa oleh segerombolan pria yang tidak mengijinkan muslimah tersebut masuk hanya karena dia memakai hijab.
Partai-partai oposisi dan kritikus di India menuduh jika pemerintah di tingkat federal dan negara bagian telah melakukan diskriminasi terhadap agama minoritas dan beresiko memicu kekerasan. Peraturan ini berlaku saat sebuah sekolah menengah khusus perempuan yang dikelola pemerintah kota Udupi melarang siswi muslim berhijab masuk kedalam ruang kelas. Hingga kebijakan tersebut diberlakukan dibeberapa sekolah yang lainnya dan meminta dukungan kelompok nasionalis untuk mengokohkan dukungan terhadap pelarangan hijab tersebut. Laporan inipun menjadi perhatian media nasional dengan tagar #HijabisOurRight yang beredar luas dijejaring sosial. Pihak sekolah mencoba mengkonfirmasi bahwa para siswa masih diperbolehkan mengenakan jilbab dilingkungan sekolah tetapi tidak didalam kelas.
Dengan adanya larangan tersebut memicu kontroversi hingga mengakibatkan kekerasan dan unjuk rasa disejumlah tempat. Negara bagian Karnataka di India pun mengeluarkan perintah untuk menutupi sekolah dan perguruan tinggi selama 3 hari. Para Muslimah berjilbab di Karnataka bukan saja dilarang untuk berhijab namun juga mengalami pelecehan dan intimidasi oleh warga Hindu.
Hal ini ditanggapi langsung oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI Anwar Abbas yang menilai bahwa tindakan tersebut sebagai islamophobia bagi umat muslim disana. Anwar mengatakan bahwa perlakuan buruk yang diterima oleh umat islam di India juga telah menyakiti hati umat islam yang ada di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Anwar menegaskan bahwa MUI menghimbau dan mendesak pemerintah India supaya menghormati kebebasan bagi umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.
Sebagai agama minoritas dengan populasi muslim hanya 15 persen atau hanya sekitar 200 juta orang dari 1,39 miliar orang India, kaum muslim di India termasuk yang paling tertindas di dunia. Bahkan bukan hanya saat ini kasus pelecehan terhadap agama terjadi di India dengan melarang para muslimah nya untuk berhijab namun masjid-masjid di India pun sering mengalami penyerangan, tentu belum hilang dari ingatan ketika banyak masjid dirobohkan di India pada beberapa tahun silam.
Karena itu, memang kekerasan dan intimidasi yang dialami Muslimah dibagian negara Kartika hanya berupa kepingan gelombang islamophobia yang dikobarkan di India. Nahasnya, Muslim di India nyaris tidak mendapatkan perlindungan dari negara, bahkan negara membiarkan dan mendukung hal tersebut terjadi. Meminta pertolongan kepada negara tetangga yang mayoritas muslim pun seolah tindakan yang percuma, lagi-lagi tokoh-tokoh yang berwenang hanya bisa mengecam tanpa ada tindakan dan kaum muslim di India masih dalam cekaman.
Padahal penderitaan yang dialami kaum Muslim khususnya di India harus menjadi bagian dari derita kita. Bukankah kaum muslim itu ibarat satu tubuh yang apalagi satu anggotanya sakit yang lainnya pasti akan merasakan. Lantas mengapa kita hanya diam? Bukankah menolong sesama muslim yang menderita dan teraniaya adalah fardhu kifayah. Haram berdiam diri saat melihat saudara kita terzalimi.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Dan apa solusi yang tepat untuk menyelesaikan problema ini hingga keakar-akarnya?
Sejatinya penghinaan dan penindasan yang dialami kaum Muslim terutama dinegara bagian India ini, khususnya kepada para muslimahnya harus menjadi peringatan keras bagi kaum Muslim sedunia, baha kasus ini bukan hanya ditangani oleh individual, organisasi atau lembaga-lembaga dunia sekelas PBB pun masih belum cukup. Kaum muslim sedunia harus punya institusi yang bersifat global dan memiliki kekuatan besar untuk melindungi dan membela kehormatan mereka, termasuk kaum muslim/muslimah India.
Institusi itu tiada lain adalah solusi hakiki yaitu Khilafah Islamiyah yang bersumber dengan penerapan alquran dan assunnah. Penderitaan kaum muslim yang terjadi dibeberapa belahan dunia ini tidak akan terjadi manakala khilafah hadir sebagai perisai kokoh yang menjaga kehormatan umat.
Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berkomentar bahwa Imam/Khalifah itu adalah perisai, yakni sebagai as-sitr (pelindung), karena imam/khalifah mampu menghalangi ataupun mencegah musuh dari mencelakai kaum muslim, mencegah manusia satu sama lain saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung dibelakang dia dan tunduk dibawah kekuasaannya. (An-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, 4/134. Maktabah Syamilah).
Sistem Islam dengan khilafahnya harus kembali diaplikasikan berdasarkan Al Qur’an dan Assunah, Biar kuceritakan kepadamu, kisah yang begitu menakjubkan dan betapa saat itu negara benar-benar bisa melindungi dan menjaga perempuan bagai intan permata.
Pada tahun 837 M, ketika dunia bernafas lega dan tentram karena penduduknya yang taat, pemimpin nya yang bertanggung jawab, adil dan rajin beribadah, serta kehidupannya di berkahi Allah karena sistem Islam diterapkan dimuka bumi pada zaman Daulah Abbasiyah. Khalifahnya yang bernama Muhammad bin Harun Ar Rasyid bahkan dikenal dengan julukan Al Mus’tashim Billah (Yang Berlindung Kepada Allah). Suatu hari, seorang budak muslimah dari Bani Hasyim berteriak meminta tolong karena dia telah dilecehkan oleh orang-orang Romawi yang berada di pasar kota Ammuriyah, yang saat ini masih dikuasai oleh Romawi. Hanya karena kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika dia berdiri tersingkap kainnya, terlihat sebagian auratnya dan orang-orang Romawi tertawa melihatnya. Muslimah yang sedang berbelanja dipasar itu merasa malu dan marah karena auratnya terlihat hingga ia meminta pertolongan dan memanggil nama Khalifah “Dimana kau Mustashim, Tolonglah aku!” mendengar laporan tentang pelecehan terhadap budak muslimah itu, apa yang dilakukan khalifah? Apakah hanya sekedar kecaman sambil duduk di singgasana kekuasaanya dengan mengutuk apa yang diperbuat oleh orang-orang Romawi tanpa melakukan tindakan apapun dan kembali dengan rutinitas biasanya seolah tidak terjadi apa-apa? Tentu tidak kawan, para pemimpin Islam pada saat itu sangat taat kepada Tuhannya dan takut akan pertanggung jawaban kelak diakhirat. Al Mu’tashim menyahut seruan seorang budak muslimah tersebut dengan menurunkan puluhan ribu pasukan bersenjata, tentara terbaiknya untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki) tempat pelecehan itu terjadi. Sebanyak 30.000 prajurit terbunuh dan 30.000 lainnya tertawan. Pembelaan kepada Muslimah ini sekaligus dimaksudkan untuk membebaskan Ammuriah dari jajahan Romawi.
Jika kita melihat kasus muslimah di India, kemana mereka bisa menjerit meminta pertolongan dan perlindungan untuknya, kemana dia bisa mendapatkan hak nya untuk menutup auratnya secara sempurna, dimana dia bisa mendapatkan keadilan? Jadi urgent sekali kebutuhan negara Islam untuk segera diterapkan. Demikianlah, dengan adanya Khilafah sebagai perisai, kehormatan Muslimah senantiasa terjaga. Khilafah juga akan menciptakan suasana kerukunan umat beragama lainnya, dan mempersilahkan umat lain beribadah sesuai keyakinan agamanya.
COMMENTS