predator seksual
Oleh: Heriani (Tim Pena Ideologis Maros)
Berita tentang predator kekerasan seksual kini menjadi topik perbincangan di sosial media. Siapapun pastinya akan merasa geram dan marah ketika mengetahui perlakuan seorang guru di Bandung bernama Herry Wirawan yang memperkosa belasan orang santrinya. Diketahui, dari kejadian bejatnya ini sudah berlangsung sejak 2016, dan telah lahir 9 anak dan dua orang santri lainnya tengah mengandung.
Dari kejadian ini, tentu menimbulkan trauma berat oleh santriwati yang menjadi korban kebejatan Herry Wirawan. Bagaimana tidak, korban yang masih dibawah umur, yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk masa depannya, justru malah dihancurkan oleh seorang yang tidak memiliki hati nurani dengan perlakuan biadapnya.
Dikutip dari sindonews.com. "Ini kejahatan luar biasa yang tidak masuk di akal sehat kita. Pelaku biadab ini harus dihukum seberat-beratnya atas apa yang dia lakukan. Di sisi lain, saya ingin menyoroti tentang pentingnya layanan konseling bagi para korban, mengingat para korban masih di bawah umur. Mereka pasti mengalami trauma yang luar biasa," ujar Sahroni kepada wartawan, Jumat (10/12/2021).
Kejadian ini sungguh sangat menyayat hati dan begitu miris. Bila diingat kembali, rasanya kekerasan seksual akhir-akhir ini tak lepas dari pemberitaan terkini. Namun perlu diketahui bahwa, masih banyak kejadian serupa yang terjadi diluar sana dan tidak tertangkap oleh media. Hal ini disebabkan karena, sistem kapitalisme membuat pemikiran cenderung untuk mengabaikan halal-haram suatu perbuatan, karenanya asas dari kapitalisme adalah sekularisme yakni menjauhkan agama dari kehidupan.
Sanksi Lemah Kapitalisme
Selain merupakan akar dari suburnya kekerasan seksual, kapitalisme juga tak memberikan sanksi yang tegas dan efek jera. Pasalnya prilaku bejat yang dilakukan Herry Heryawan hanya mendapat ancaman hukuman penjara selama 15 tahun, dan ini tentunya tak ada jaminan bahwa kedepannya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Selain daripada itu, dengan sanksi yang lemah ini maka pasti tak bisa menjadi tindakan yang efektif dan aman, karena alih-alih membuat efek pencegahan dan jera bagi pelaku kejahatan seksual, justru malah semakin memberi jalan bagi sang predator seksual lainnya, sebab tak ada rasa takut dari ancaman yang lemah ini.
Oleh karena itu, kapitalisme tak pantas dijadikan sebagai sistem bahkan harus disingkirkan dari kehidupan. Tak ada yang bisa diharapkan dalam kapitalisme ini, dari sistem ini pulalah akar masalah dan kerusakan terjadi dalam kehidupan. Maka masyarakat mestinya menyadari keburukan kapitalisme dan beralih pada sistem yang menjamin kemaslahatan seluruh umat.
Sanksi Tegas Islam
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, maka dari itu hanya Islam sajalah yang patut untuk dijadikan Ideologi atau sistem dalam kehidupan. Terkait masalah sanksi, sudah tak diragukan lagi. Sebab, ketetapan sanksi dalam Islam tentu saja tidak main-main bahkan bisa membasmi segala kejahatan sampai ke akar-akarnya, karena sanksi Islam dapat memberi efek pencegahan dan efek jera bagi para pelaku kejahatan.
Terkait masalah kejahatan kekerasan seksual, Islam telah menetapkan bahwa tak ada sanksi yang dapat dijatuhkan bagi pelaku kekerasan seksual diluar dari apa yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Karena itu sudah termasuk dalam kategori haram hukumnya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam (QS. Al- Ahzab ayat 36).
Adapun hukuman yang pantas untuk para pelaku kejahatan seksual bagi yang sudah menikah yaitu dirajam sampai mati, menurut riwayat (Hadis Bukhari no 6733 dan Abu Dawud no 6812) . Sedangkan hukuman kejahatan seksual yang belum menikah akan di beri sanksi cambuk seratus kali menurut (QS. An-Nuur ayat 2).
Sanksi dari Islam inilah yang paling efektif dan solutif daripada sanksi diluar Islam. Karena ketegasan dari sanksi Islam ini menunjukkan ciri khas sebagai jawabir (penubus dosa) dan zawajir (mencegah berulangnya tindakan kejahatan) serta dapat mencegah orang lain agar tak melakukan kejahatan yang sama, akibat tumbuhnya rasa takut dalam diri mereka ketika menyaksikan pelaksanaan sanksi tersebut.
Dari sini dapat dilihat bahwa kapitalisme tak menjamin keamanan bahkan hanya bisa mengeluarkan sanksi yang lemah sehingga tak dapat menjamin kekerasan seksual akan berhenti. Bedahalnya dengan sistem Islam, yang dengan kesempurnaan dan paripurnanya, dapat memberikan sanksi yang tegas sehingga tak akan ada lagi yang berani melakukan kejahatan seksual kapanpun dan dimanapun itu.
Wallahu’Alam Bisshawab.
COMMENTS