test pegawai kpk
Oleh : A.Qurratu Aini, Member Shahaba Tafkir.
“Pilih yang mana, Al-Qur’an atau Pancasila mengingatkan saya pada pertanyaan tes wawasan kebangsaan KPK,” tulis Febri Diansyah eks juru bicara KPK melalui akun Twitter-nya, @febridiansyah, Selasa (1/6/2021).
“Pegawai jawab, dalam konteks beragama saya memilih Al-Qur’an. Dalam konteks bernegara, saya memilih Pancasila. Namun pewawancara mendesak beberapa kali, harus pilih salah satu,” kata Febri.
Apakah ini adalah bagian dari wawasan kebangsaan?
Jelas akan menuai kontroversi, karena wawasan kebangsaan apa yang sebenarnya mereka kehendaki juga belum ada penjelasan clear. Pertanyaan yang muncul sangat janggal dan tidak relevan terhadap tugas komisi antirasuah dan tupoksi kerja ASN KPK.
Disini diletakkan Al-Qur’an sebanding dengan Pancasila. Padahal keduanya tidak setara, Al-Qur’an itu suci karena merupakan wahyu Allah Swt. Al-Qur’an tidak boleh diubah dan sudah jelas kebenarannya. Sedangkan Pancasila adalah hasil rumusan makhluk, tidak suci, dan bisa saja disusupi kesalahan dan kekeliruan. Tidak layak membandingkan keduanya.
Lebih-lebih lagi hasil dari asesmen tes alih status pegawai KPK menjadi ASN, dimana yang memilih Al-Qur’an masuk kepada 75 orang yang tidak lolos. 24 diantaranya masih akan dibina, namun 51 pegawai lainnya tidak dapat ‘diselamatkan’. Artinya mereka telah menyepakati untuk meletakkan Pancasila diatas Al-Qur’an.
Ini jelas menyeret kita pada kekufuran yang nyata. Pasalnya Islam adalah tinggi, mukmin tidak boleh meletakkannya dibawah apapun, sebab merupakan asas berfikir dan berbuat, dan sebagai sumber segala hukum.
Kita tidak bisa mengerjakan semua hal, aktivitas, dan ibadah karena dasar Pancasila dan konstitusi. Pasalnya syarat diterimanya perbuatan kita adalah ikhlas karena Allah serta benar sesuai syari’at yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an. Bukan karena sifat taat kepada Pancasila dan konstitusi buatan manusia, karena akan mengantarkan pelakunya pada hal yang sia-sia karena keliru dan tertolak.
TWK KPK menggambarkan profiling ASN sejalan arus moderasi beragama yang panas di gemborkan belakangan ini. Yakni yang bisa menempatkan isu ‘kebangsaan’ lebih tinggi dibanding prinsip agama. Berdasarkan keterangan sejumlah pegawai KPK, tes tersebut bukan TWK, melainkan Tes Moderasi Kebangsaan. Soal yang diberikan kepada pegawai lebih mirip screening ideologi.
Moderasi beragama yang nampak seakan-akan Islam, terbukti justru merendahkan Islam yang tinggi. Mengambil jalan tengah tidak mengenal halal dan haram. Jika misi ini berhasil maka muslim akan semakin jauh dari agamanya, karena bagian dari Islam yang diambil dalam moderasi beragama hanya nilainya saja bukan seluruhnya. Selamatkan yang masih bisa kita pegang, jadilah muslim yang kaaffah.
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Putra Maryam telah berkata kepada pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” pengikut itu berkata “Kamilah penolong agama Allah”, segolongan beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” [TQS Ash Shaff (61):14].
COMMENTS