SDA Afghanistan
Oleh : Halimah
Pada bulan Juli lalu Taliban memberi pernyataan resmi bahwa mereka telah menguasai 85% wilayah di Afghanistan. Perang di Afghanistan juga dinyatakan berakhir setelah Taliban menduduki Istana Kepresidenan di Kabul.
Rasa frustasi Amerika Serikat yang gagal menguasai Afghanistan selama 20 tahun pasca invasi tahun 2001 lalu, akhirnya membuat Amerika Serikat melakukan negosiasi dengan Taliban dalam perjanjian Doha Qatar.
Perjanjian ini adalah bentuk negosiasi jaminan, yakni meski tentara AS sudah hengkang dari Afghanistan, namun kepentingannya tidak akan terusik oleh Taliban. Begitu pula dengan Taliban yang ingin menguasai Kabul, tentara Amerika Serikat tidak boleh mengganggu kepentingan mereka.
Adapun Cina dan Rusia mereka melakukan pertemuan dengan Taliban pasca berakhirnya kekuasaan Afghanistan. Titik pengambil alihan Afganistan oleh Taliban memperlihatkan kebersamaan Rusia dan China. Kedua negara disamping Iran dan Pakistan, telah membuka kedutaan mereka dan berkomunikasi secara teratur dengan perwakilan Taliban, walaupun belum mengakui Taliban secara resmi.(Republika.co.id. 19/8/21)
Seperti diketahui, Afghanistan menyimpan kekayaan mineral yang besar. Meski dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia, nyatanya Afghanistan memiliki kekayaan mineral besar yang belum dimanfaatkan.
Ahli Geologi Amerika Serikat memperkirakan bahwa Afghanistan salah satu negara termiskin di dunia yang memiliki kekayaan mineral hampir 1 triliun dolar Amerika Serikat. Kekayaan tambang tersebut antara lain, yaitu biji besi, tembaga, litium, kobalt dan logam rangka dengan kandungan cukup banyak di Afghanistan. Titik dalam beberapa dekade sebagian sumber daya alam tersebut tetap tidak tersentuh dan tidak sempat dieksploitasi, karena rentetan konflik yang ada di Afghanistan.
Diperkirakan kekayaan mineral baru di Afghanistan ini mungkin mencapai 3 triliun dolar Amerika Serikat, termasuk bahan bakar fosil litium yang digunakan dalam baterai untuk mobil listrik, smartphone dan laptop. Maka, dengan potensi alam yang begitu menggiurkan, tentu menjadi incaran negara-negara besar seperti Amerika Serikat Rusia maupun Cina.
Ketika masa penjajahan Inggris di India, Afghanistan menjadi dinding penyekat antara kekaisaran Rusia dan Imperium Inggris. Sejak abad 19, Afghanistan menjadi sasaran perseteruan antara Inggris dan Rusia. Mereka juga telah melakukan tiga kali peperangan yang berlangsung hingga awal abad ke-20, yakni pada tahun 1919. Hal ini menyebabkan Inggris tertanam di Afghanistan.
Alhasil, Afghanistan tidak pernah kosong dari persaingan kekuasaan internasional untuk menguasainya.
Adanya fakta-fakta tersebut semakin menguatkan bukti gagalnya sistem demokrasi serta gambaran eksploitasi kafir penjajah dalam menjarah sumber daya alam negeri muslim yang berlangsung bertahun-tahun.
Saat ini umat Islam genap satu abad hidup tanpa Khilafah. Ketiadaan Khilafah tidak hanya berdampak pada kerusakan di tubuh umat Islam, tapi juga dunia secara keseluruhan.
Lihat saja, bagaimana kondisi umat saat ini yang diatur dengan sistem kapitalis demokrasi menjadikan kondisi ekonomi kian terpuruk, pendidikan yang sekuler serta kehidupan yang makin hedonis. Hukum dan peradilan materialis yang sarat akan tebang pilih kebijakan, hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Juga masih banyak lagi dampak kerusakan lainnya yang ditimbulkan.
Kita bisa melihat, ketidakberdayaan negara dalam menjaga kehormatan, darah harta dan jiwa umat. Inilah malapetaka yang menimpa umat baik berupa penjajahan fisik maupun pemikiran yang mendarat di seluruh dunia.
Penindasan ini hanya akan dapat dihentikan bila sistem Islam diterapkan. Ini hanya akan terwujud dengan berdirinya Khilafah Islam berdasarkan metode kenabian. Karena, Islam tidak akan mungkin membiarkan pemerintahannya di bawah pengaruh kekuasaan asing.
Khilafah akan berperan sebagai junnah atau pelindung dan penjaga urusan kaum muslimin dengan menerapkan hukum-hukum Allah untuk kemaslahatan umat di dunia.
Wallahu a'lam bish shawwab
COMMENTS